March 2nd

576 35 2
                                    

  Seorang dokter yang kini diperlakukan seperti budak.

  Yuri menjelaskan kondisinya saat ini seperti kalimat itu. Bukan kebahagiaan menjadi seorang dokter di kapal pesiar seperti yang orang-orang katakan atau bayangkan saat ini. Luka di tubuh Yuri semakin banyak, tidak sedikit yang menyadarinya.

  Hampir semua orang menyadarinya, bahkan tamu seringkali bertanya. Tak ada yang tahu hubungan Yuri dan Donghae sebelumnya selain Kyuhyun, yang saat ini merupakan sahabat serta rekan dari masing-masing individu.

  Kyuhyun saat ini sedang berada di ruangannya, berusaha mencari-cari apa yang sebenarnya terjadi ke wanita itu.

  "Aneh sekali. Yuri memang pendiam namun ia berubah drastis ke titik ia bahkan tidak berminat membahas hal-hal mengenai Inggris lagi," gumam pria itu bertanya-tanya. Ia duduk di sisi tempat tidurnya, masih ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada wanita itu. "Pertama, aku harus melihat tingkah laku Yuri di dekat Donghae. Dengan begitu, aku setidaknya bisa menyimpulkan," ucapnya pelan.

  Ia bergegas menghampiri Yuri yang mungkin saja kini sedang berada di klinik. Langkahnya begitu cepat. Tangannya mengetik di ponsel pintarnya ke Donghae.

  Hyung, ayo kita minum di bar.

  Sebuah jawaban diterimanya. Donghae setuju untuk minum di bar bersamanya saat ini. Baru saja ia akan pergi ke kabinnya, matanya menatap sosok wanita itu di dekat kolam renang. "Yuri! Mau berdiskusi mengenai Ratu Victoria dan Pangeran Albert?" tanya Kyuhyun dari kejauhan. Yuri yang baru saja menoleh mengangguk setuju.

  Kedua kaki kecilnya berlari menyusul Kyuhyun yang terlihat bersemangat untuk mengajak Yuri, tanpa wanita itu ketahui bahwa itu semua hanya akal-akalan pria itu saja untuk mengorek informasi lebih dalam.

  Yuri lalu duduk di samping Kyuhyun ketika dirinya sampai di bar. Keduanya sibuk membicarakan mengenai Ratu Victoria dan Pangeran Albert yang memiliki sembilan orang anak itu. Hingga senyum Yuri mendadak hilang ketika Donghae datang dan menyapa Kyuhyun.

  "Hi, Kyu! Kau menikmati perjalanan sejauh ini?" tanya Donghae sambil memeluk pria itu dan duduk di sampingnya. 

  Yuri lalu langsung menunduk dan meneguk red wine yang sedari tadi diminumnya. Lalu diam memerhatikan kedua pria itu berbicara.

  "Yuri! Kau hanya diam sejak Donghae datang. Seperti orang bermusuhan saja," canda Kyuhyun, sengaja memancing tanggapan Yuri. Wanita itu hanya tersenyum kaku dan tawanya pun juga terkesan sama-sama kaku. 

  Donghae hanya tertawa sinis mendengarnya. "Biarkan saja. Mungkin dia sedang memikirkan pria di klub malam semalam," balas Donghae, menyindir. "Oh, kau pergi ke klub malam semalam, Yuri?" tanya Kyuhyun yang baru tahu. Yuri menganggukkan kepalanya. "Aku hanya berusaha menikmati waktu. Maksudku, aku belum turun sama sekali sejak kapal ini melakukan pemberhentian pertama," jawab Yuri.

  "Lihat siapa yang sekarang sudah mulai nakal,"

  Sindiran itu membuat Yuri terdiam. Tak ada tanggapan tawa atau senyum seperti yang biasa ditunjukkannya. Kyuhyun dapat melihat gestur tidak nyaman dari tubuh Yuri. Wanita itu benar-benar seperti ingin kabur dan pergi dari tempat itu secepatnya. "Kenapa kau bilang nakal, Donghae? Dia sudah hampir berusia tiga puluh tahun. Berikan dia kebebasan berklubbing ria setiap malamnya. Dia bukan anak kecil," Kyuhyun memberi pendapat, kini berusaha memancing Donghae.

  "Ah.." Pria itu tertawa kecil. "Kau tidak akan paham mengapa ia nakal, Kyu. Tapi, ia kurang lebih seperti perempuanmu," balas pria itu. Kyuhyun mengerutkan dahinya tidak paham. Melirik Yuri, wanita itu sudah tertunduk malu sambil meneguk wine-nya. Wajahnya terlihat merah bukan karena tersipu malu akibat seseorang yang disukainya, tetapi malu yang menyngkut harga dirinya.

  "Permisi, dr. Kwon. Ada seseorang yang membutuhkan pertolonganmu di klinik. Mungkin kau bisa segera kesana?"

  Seorang staff tiba-tiba menyela pembicaraan mereka, meminta sang hawa untuk segera kembali ke klinik menangani pasien. Yuri meletakkan gelas wine itu di atas meja. "Aku permisi terlebih dahulu, Kyuhyun," ucap Yuri pelan. Wanita itu melirik Kyuhyun sedikit. "Donghae,"

  Kwon Yuri meninggalkan bar dengan cepat, disusul staff yang tadi memanggilnya. Kyuhyun tersenyum. Benar dugaanku. Yuri sama sekali tidak nyaman di sekitar Donghae dan justru merasa terintimidasi. Pria ini juga terus seakan berusaha memojokkan Yuri agar wanita ini tidak bisa berkutik dan berada di bawah sifat otoriternya, batin Kyuhyun sambil mendengarkan Donghae yang sibuk becerita mengenai masalah bisnis.

###

  Yuri menangis tanpa suara.

  Hanya terbalut selimut tipis, Ia terdiam. Donghae sedang memakai pakaiannya kembali. Tanpa belas kasihan terhadap sahabat sekaligus mantan kekasihnya, ia menjadikannya sebagai pemuas nafsu dan menyiksanya sesuka hati.

  "Kenapa kau menangis, Yuri-ah?" tanya Donghae sambil mendekat ke Yuri. Tangannya menangkup dagu perempuan kelahiran seribu sembilan ratus delapan puluhan itu. Wajahnya menunjukkan eskpresi prihatin dan kasihan. "Lepaskan aku," ucap wanita itu lemah. "Tinggalkan aku, Lee Donghae," sambungnya.

  Pria itu tersenyum lembut sebelum membuang wajah itu kasar. "Beraninya kau memerintahku, Kwon Yuri!" teriak pria itu sambil menunjuk-nunjuk tepat di wajah Yuri. Wanita itu menangis sedikit keras dibandingkan sebelumnya. Donghae meninggalkan kabin Yuri dan menutup pintu kabin itu kasar.

  Yuri menggigiti jari-jarinya sendiri. Takut.

  Ia ingin meminta pertolongan tapi kepada siapa? Yuri tidak berani membuka mulut mengenai masalah ini. Malu, hal pertama yang akan dihadapinya. Lagipula, i ajuga tidak terlalu dekat dengan orang-orang di kapal pesiar ini.

  Tenggelam dalam keterpurukan, itu yang justru Yuri lakukan saat ini. Ketukan di pintu membuatnya terbangun dan segera memakai seluruh pakaiannya. 

  "Yuri!" 

  Suara Kyuhyun terdengar. Wanita itu berlari ke luar dan menemukan pria itu berdiri tepat di depan pintunya. "Ada apa, Kyuhyun?" tanya Yuri pelan. Kyuhyun terkejut melihat kondisi Yuri. Wajahnya merah, bekas tamparan. Dagunya seakan baru saja dipegang dengan keras.

  "Kau terlihat-"

  "Ah.. aku tahu," jawab Yuri cepat. "Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja,". Kyuhyun menganggukkan kepalanya paham dengan apa yang sebenarnya terjadi. Ada kekerasan yang baru saja terjadi di kabin ini dan terhadapnya. Namun, jika memang benar itu Donghae pelakunya, lalu kenapa? batin Kyuhyun bingung.

  Kyuhyun menggelengkan kepalanya. "Aku mendengar jeritan dan suara keras dari kabinmu dan hampir semua orang mendengarnya. Kau tidak apa-apa? Ada yang bisa aku bantu?" tanya Kyuhyun. Wanita itu dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku tidak perlu apa-apa. Hanya ada aku sendiri disini, mungkin kalian salah mendengar. Kabin sebelah diisi oleh pasangan suami istri asal Hong Kong," jawabnya. 

  Pria itu mengangguk.

  "Kyuhyun!"

  Seorang wanita memanggil pria itu dari kejauhan. "Apakah rencana kita jadi siang ini?" tanyanya ke pria yang berdiri di depan Yuri saat ini. Kyuhyun merangkul wanita seksi itu lalu tersenyum. "Tentu saja. Kalau begitu aku pergi dulu, Yuri,"

  Yuri tersenyum kaku sebelum langsung menutup pintu.

to be continued.

Love Never DiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang