"Karena cinta tidak perlu waktu lama untuk menemukan lokasi untuk menetap. Sebenarnya semua itu tergantung kepadamu, apakah kau memang yakin dan benar-benar serius, atau hanya bermain-main saja,"
Kata-kata yang dilontarkan Yuri membuat seorang perempuan yang kini duduk di depannya terdiam. Seorang penumpang berusia dua puluh lima itu menanyakan berbagai macam hal mengenai cinta kepada Yuri, yang namanya tiba-tiba dikenal seisi kapal dengan undangan pernikahannya yang disebar bersama Kyuhyun.
Besok adalah hari pernikahannya. Tidak butuh waktu lebih dari tiga bulan untuk menjalin ikatan kasih dengan pria itu, Yuri dan Kyuhyun sudah sangat yakin dengan satu sama lain. Mereka ingin menghabiskan waktu mereka bersama sampai nanti ajal menjemput. Mereka terlanjur nyaman dengan satu sama lain.
"Terima kasih, dr. Kwon. Aku sangat mengapresiasi waktu yang kau luangkan untuk pembicaran ini. Aku masih sangat bimbang dengan lamaran kekasihku sebelumnya namun saat ini aku sudah menemukan jawaban untuk pertanyaannya," ucap perempuan itu. Kepala Yuri mengangguk.
"Semoga saja jawabanmu itu merupakan jawaban yang menuntunmu menuju kebahagiaan,"
Perempuan itu tersenyum sebelum meninggalkan dokter itu sendiri di kursinya. Pernikahan mereka akan diadakan di kapal pesiar itu, dengan hal yang paling tersulit sebelumnya adalah mengabari Donghae, yang merupakan mantan kekasih dokter itu sebelumnya.
"Yuri! Aku mencarimu kemana-mana dan kau malah berada disini bersantai. Kau sudah mencoba pakaianmu untuk besok?" tanya wanita tua itu sambil memukul pundak Yuri pelan. Yuri meringis sedikit lalu menoleh dengan senyum di wajahnya. "Tentu saja aku sudah mencobanya, eommeonim. Semuanya sudah seperti yang direncanakan dan kau tidak perlu khawatir dengan apapun," jawab Yuri.
Yemin lalu menarik kursi di depan Yuri dan duduk disana. Tangan kanannya meraih tangan kiri Yuri yang berada di atas meja lembut, lalu menggenggamnya erat. Tersenyum bahagia melihat putranya tidak salah memilih wanita yang dicintainya sendiri, yang akan menjadi pendampingnya seumur hidup.
"Eommeonim, ada apa? Kenapa menangis?" tanya Yuri khawatir melihat calon ibu mertuanya itu tiba-tiba meneteskan airmatanya sambil menatap lekat dirinya yang tepat berada di depannya. Tubuhnya sedikit dicondongkan, lalu tangan kanannya mengusap tangis di wajah wanita itu dengan selembar tisu.
Wanita itu tersenyum tipis.
"Kau adalah gadis yang baik. Wanita yang sangat cocok mendampingi Kyuhyun. Kau mengubahnya menjadi sosok yang tenang dan tidak suka bermain perempuan lagi. Entah bagaimana caranya aku dan Hyukjun berterima kasih kepada Yuri-ah," kata wanita itu. Yuri tersenyum. "Aku hanya menjadi diriku sendiri, eommeonim. Jangan menangis seperti ini," balas Yuri, ikut menitikkan airmata karena merasa sedih dan bahagia, bercampur semua perasaan menjadi satu.
Yemin memeluk Yuri erat, sama seperti Yuri memeluk wanita itu. Di wajah Kyuhyun, senyum terlihat ketika ia melihat kedua wanita yang paling dicintainya tersenyum dan menangis bersama, bahagia.
"Appa tahu kau pasti tidak akan salah memilih pasangan, Kyu. Yuri memang gadis yang luar biasa. Eomma dan appa sudah mengenalnya sejak masih berusia sehari. Kedua orang tuanya mendidiknya dengan benar, menanamkan akar yang kuat pada dirinya sebelum pergi. Sebaiknya kita jangan ganggu mereka, ayo, kita kembali saja ke kabin," ajak Hyukjun sebelum memutar balik arahnya menuju kabin.
###
Pagi sudah tiba dan sinar matahari sudah mulai menyinari dek kapal dan kabin-kabin eksklusif dengan jendela yang tidak tertutup tirai. Acara pernikahan akan dilangsungkan nanti malam di Inggris, di Westminster Abbey lebih tepatnya. Gereja yang menjadi saksi pernikahan beberapa putri dan putra Inggris itu akan menjadi lokasi pernikahan mereka.
Di dalam kabinnya, Yuri sudah dirias oleh para perias yang didatangkan dari Venice, sebuah kota di Italia yang indah dan juga terkenal dengan keindahan arsitektur klasiknya. Iya, kapal harus memutar kembali ke Inggris untuk acara pernikahan ini dan setelah melewati jajak pendapat, tidak ada seorang pun yang protes dengan keputusan ini.
Tentu saja, pernikahan keduanya memang yang paling ditunggu-tunggu semenjak kabar jalinan kasih mereka tersebar ke seluruh penghuni kapal pesiar selama setahun lamanya itu.
Kapal pesiar bernama HMQE II ini sendiri sudah menepi sejak tadi malam, sekitar pukul sebelas malam, memberikan kesempatan bagi semua orang untuk beradaptasi lagi di negara tersebut sebelum mereka turun pada malam ini untuk menghadiri pernikahan pasangan yang sama-sama merupakan seorang dokter itu.
Waktu berjalan semakin cepat bagi Yuri, hingga tak terasa sore hari sudah tiba. Mobil mewah berwarna putih itu kini membawanya ke Westminster Abbey yang letaknya sudah tidak jauh lagi. Jantungnya berdegup kencang, membayangkan dirinya melangkah di tengah altar menuju sang suami, ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
"Jangan terlalu tegang, kau pasti bisa," bisik Seohyun yang duduk di samping Yuri, sebagai bridesmaidnya hari ini. Yuri hanya menganggukkan kepalanya sebelum menatap ke luar jendela.
Eomma, appa, anakmu akan menikah dalam hitungan menit. Aku harap kalian melihatku hari ini sudah bisa mandiri dan akan menjadi istri dari seorang pria yang merupakan anak dari sahabat dekat kalian dulu. Aku yakin, kalian pasti bangga sekali bisa melihatku seperti ini, hari ini, saat ini, batin Yuri penuh rasa rindu kepada kedua orang tuanya setelah nyaris dua puluh tahun lebih terpisah sejak pembunuhan itu terjadi.
Mobil terhenti tepat di depan pintu gereja. Ia dibantu beberapa orang turun dari dalam mobil. Gaun putihnya yang press body di bagian atas itu lalu memiliki ekor yang panjangnya nyaris enam meter, terlihat begitu indah dipandang mata. Wajahnya tertutup veil putih yang berhias permata serta berlian kecil yang bertaburan.
Pintu gereja terbuka, sendirian, Yuri melangkah dengan bunga di tangannya. Diiringi lantunan musik klasik yang indah, ia dengan yakin melangkah dengan anggunnya menuju Kyuhyun yang berada di ujung sana, bersama seorang pendeta.
Kakinya terhenti ketika ia kini sudah mencapai pria itu. Ekspresi kagum seluruh tamu yang diundang terhadap kecantikan dan kemegahan gaun pengantin serta lokasi pernikahan itu sangat terlihat jelas.
Kyuhyun meraih tangan Yuri, membantunya melewati beberapa anak tangga sebelum saling berhadapan di depan pendeta tersebut.
"Apakah kau, Cho Kyuhyun, bersedia menjadi suami dari Kwon Yuri, menemaninya dalam suka maupun duka, menjadi ayah yang baik bagi anak-anakmu kelak, dan menjaganya dengan segenap hati?" tanya pendeta itu sambil memegang sebuah Al-Kitab di tangannya.
"Aku bersedia,"
"dan apakah kau, Kwon Yuri, bersedia menjadi istri yang baik dari Cho Kyuhyun, menemaninya dalam suka maupun duka, menjadi ibu yang baik bagi anak-anakmu kelak, dan menjaganya dengan segenap hati?" tanya pendeta itu lagi, kini pandangannya ke arah sang mempelai wanita.
Yuri menatap Kyuhyun tepat di kedua matanya.
"Aku bersedia,"
Sorakan kecil atas ekspresi kebahagiaan dari pernikahan dua insan itu terdengar. Orang tua Kyuhyun menangis bahagia melihat mereka kini harus melepas Kyuhyun, membiarkan putra mereka satu-satunya kini hidup bersama wanita yang dipilihnya untuk hidup bersamanya hingga mau memisahkan.
Tanpa aba-aba dari sang pendeta, ciuman lembut menyapu bibir Yuri. Kyuhyun merasa benar-benar bahagia. Melihat istrinya -saat ini- saat tadi melangkah menuju dirinya, ia benar-benar terkagum-kagum dan beruntung.
"Aku mencintaimu," bisik Kyuhyun lembut di telinga Yuri, membuat sang istri tersipu malu.
The End.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Never Dies
FanfictionKwon Yuri, seorang dokter dengan pengetahuan luar biasa mengenai keluarga kerajaan Inggris, yang bekerja di kapal pesiar bertemu dengan seorang dokter bedah yang sedang melarikan diri dari kenyataan bahwa pertunangannya gagal, Cho Kyuhyun. Kapal yan...