February 15th

623 40 4
                                    

  Australia sudah berhasil ditapaki oleh seorang Yuri. Selama seminggu penuh, setiap ia bertemu dengan kekasih hatinya, hanya sejarah Australia yang baru dipelajarinya akan diceritakan. Donghae hanya menanggapi dengan kata-kata seperti, "Benarkah?", "Oh iya?", "Kenapa?", "Lalu?", yang membuat Yuri kesal karena selain hanya merespon begitu saja, Donghae sibuk dengan ponsel dan laptopnya.

  "Kau ini menganggapku sebagai kekasih atau tidak?" tanya Yuri sedikit kesal. Pria itu menoleh lalu tersenyum. "Tentu saja aku menganggapmu sebagai kekasihku. Kaulah satu-satunya yang aku cintai, Kwon Yuri," jawab Donghae lembut sambil mengusap punggung sang kekasih.

  Yuri langsung berdiri dan menatap Donghae tidak paham. "Kalau kau hanya sibuk memandangi seluruh gawaimu itu dua puluh empat jam, kenapa tidak kau jadikan semua gawaimu sebagai kekasihmu?" tanya Yuri. Ia memrotes pria itu karena mengabaikannya hampir seminggu ini dengan alasan 'pekerjaan'.

  "Kwon Yuri.."

  "Aku muak, Donghae! Aku ingin semuanya berakhir. Aku tidak mencintaimu dan bahkan tidak tahu cinta itu seperti apa," ucap Yuri begitu saja. Donghae lalu mengangguk. "Baiklah, kalau itu maumu. Kurasa memang kita tidak bisa bersatu," jawab Donghae singkat.

  Wanita itu dengan hati yang merasa dikhianati berlari meninggalkan kabin pria itu dan kembali ke kabinnya. Tanpa sengaja, ia menabrak Kyuhyun yang baru saja kembali dari bar. 

  "Kwon Yuri, ada apa?" tanya pria itu bingung melihat Yuri keluar dan berlari dengan airmata membanjiri pipi. Yuri menggelengkan kepalanya. Kyuhyun lalu membawa wanita itu kembali ke kabinnya yang tak jauh dari kamar Donghae.

  Pria itu mendudukkan Yuri di kasur lalu memeluk wanita yang sedang menangis tanpa henti. "Aku merasa selama ini hanya menjadi pajangan Donghae," ucap Yuri di sela-sela tangisannya. Kyuhyun mengerutkan dahinya. Ia tahu wanita ini tidak mempermasalahkan keputusan untuk berpisah, namun ia kecewa saat tahu dirinya hanya pajangan semata.

  "Pria seperti itu sudah kuberitahukan sejak awal kepadamu. Dia itu playboy. Kau akan mengetahuinya nanti dan itu akan terkuak dengan sendirinya. Kau diselingkuhi selama ini dan kau tidak tahu karena kau terlalu polos," Kyuhyun mengucapkan kalimat-kalimat itu dengan jelas, membuat Yuri terdiam.

  "Sekarang kau lebih baik beristirahat karena tidak ada gunanya menangis. Airmatamu tidak boleh jatuh semudah itu, Kwon Yuri. Kita mungkin baru mengenal satu sama lain, tapi sebagai teman aku akan menghiburmu dan membantumu keluar dari keterpurukan yang tidak jelas alasannya," ucap Kyuhyun.

  Pria itu memeluk Yuri yang sedang menghapus airmatanya. "Aku akan kembali ke kabinku. Istirahatlah. Aku tak ingin melihatmu kacau besok," ucap Kyuhyun sebelum meninggalkan kabin milik wanita lulusan sebuah universitas negeri ternama di Korea Selatan itu.

###

  "Yuri!"

  Kedua mata wanita itu terbuka. Terlihat Kyuhyun berada di atas tubuhnya saat ini, entah apa yang baru saja pria itu lakukan kepadanya. "Apa yang kau lakukan?" tanya Yuri sedikit terkejut. Pria itu lalu duduk di samping Yuri.

  "Kau berhenti bernapas entah apa penyebabnya. Aku memberikanmu napas buatan dan akhirnya napasmu kembali," jawab Kyuhyun sambil memeriksa wanita itu secara keseluruhan. Yuri yang masih terbaring dengan pakaiannya semalam hanya bisa diam, membiarkan Kyuhyun memeriksa kondisinya.

  "Kenapa kau bisa berada disini?" tanya Yuri bingung.

  Kyuhyun menoleh. "Kau tidak keluar kabin hampir seharian dan banyak sekali pasien hari ini mencarimu namun kau tidak kelihatan juga. Beberapa kali kuteriakkan namamu di pintu naun kau tidak membuka," jawabnya cepat.

  "Jam berapa sekarang?" Sang hawa bertanya melihat langit terlihat gelap. "Sudah jam tujuh malam. Kau hampir tidur dua puluh empat jam dan nyaris meninggal selama lima menit," Kyuhyun menjawab dengan spesifik, membuat Yuri sendiri terkejut mendengar ia tertidur selama itu.

  Yuri segera duduk dan bersandar pada dinding. "Aku akan meminta Seohyun untuk membawakan makanan kesini karena kau belum makan seharian. Sebagai dokter yang baik, aku menyarankanmu untuk beristirahat," Kyuhyun berpesan. Yuri hanya mengangguk. "Terima kasih, Kyuhyun. Kalau kau tidak masuk ke kabin ini, mungkin aku sudah tidak bernapas lagi saat ini," ucap Yuri lembut.

  Pria itu hanya mengangguk. Yuri dibantu Kyuhyun berdiri, memastikan wanita itu masih memiliki keseimbangan pasca 'kematiannya'.

  Keduanya saling bertatapan tanpa sengaja. Kyuhyun yang tak pernah bisa belajar mengontrol nafsu mulai mendekatkan dirinya ke sang hawa hingga hanya tersisa beberapa senti saja. Yuri yang begitu polos dan naif bingung sehingga tubuhnya terpaku seperti patung di tempatnya saat ini.

  Kyuhyun membenamkan wajahnya di tengkuk wanita itu sebelum menghembuskan napasnya disana, membuat Yuri menutup matanya geli. Sensasi berbeda muncul di tubuhnya, membuat dirinya sedikit bergetar. Kyuhyun lalu perlahan turun, menciumi pundak Yuri yang hanya dilapisi kain dress transparan yang tipis.

  Yuri merasa berbeda. Rasa geli dan keinginan lebih muncul dari dalam tubuhnya. 'Apa ini? Mengapa tubuhku menurut?' batinnya tidak paham.

  Pria itu kemudian membaringkan Yuri ke atas kasur. Tangannya meraba seluruh tubuh dokter itu dengan perlahan, membawa Yuri pasti ke dalam perintahnya.

  Desah kecil mulai terdengar dari bibir Yuri, membuat Kyuhyun semakin menjadi-jadi. Kecupan di leher dan punggung membuat Yuri berpegangan pada kedua pundak Kyuhyun. "Kyu..hyun, kita tidak seharusnya melakukan ini," ucap Yuri pelan, membuat Kyuhyun terhenti, sadar siapa yang saat ini akan ia sentuh.

  Kyuhyun lalu perlahan mundur. Sebelum meninggalkan Yuri sendiri di kabinnya. 

  "Apa yang baru saja aku rasakan? Apa hal itu? Aku merasakan jantungku berdegup kencang, menginginkan hal itu lagi. Seperti candu," gumam Yuri bertanya-tanya. Tangannya menyusuri kulit yang tadi disentuh oleh bibir ranum Kyuhyun; dari leher hingga punggung. Semuanya nyata, namun terasa seperti mimpi.

  Ia pun lalu terlelap tak lama ketika kantuk mulai menerjang. Minggu keempatnya di tahun ketiga bekerja di kapal pesiar ini dan ia merasa hatinya sudah dibolak-balikkan begitu saja. Sebenarnya ada apa? Yuri juga tidak paham. Mengapa dirinya terlalu polos sampai ia tidak paham hampir segalanya?

###

  Yuri menunjukkan batang hidungnya keesokan harinya. Ia menyantap sarapannya di restauran seperti biasa dan akhirnya memutuskan untuk berenang di kolam untuk menyegarkan diri. Rasa bosan dan kantuk hilang seketika ketika ia mulai berbaur dengan tamu lain yang belum dilihatnya atau dikenalnya lebih mendalam sebelumnya.

  "dr. Kwon, bagaimana rasanya menjadi dokter di kapal pesiar?" tanya seorang anak kecil. Yuri tersenyum. "Rasanya menyenangkan. Selain bisa bekerja sesuai dengan minat dan keinginan sejak kecil, menjadi dokter disini bisa berkeliling dunia digaji tinggi. Semua kebutuhan sudah dipenuhi oleh pihak manajemen!" jawab Yuri semangat.

  Anak kecil itu menganggukkan kepalanya paham. "Memangnya kau ingin menjadi apa saat nanti sudah beranjak dewasa?" tanya Yuri lembut. "Aku ingin menjadi seorang astronot, dr. Kwon. Astronot perempuan pertama dari Korea Selatan!" serunya semangat.

  "Maka dari itu, kau harus belajar dengan rajin, ne?"

  "Ne!"

to be continued.

Love Never DiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang