February 22nd

610 44 7
                                    

  Pemberhentian selanjutnya adalah India. 

  Yuri lag-lagi memutuskan untuk diam di kapal karena harus merawat seorang bayi berusia kurag lebih sepuluh bulan yang sakit dan rewel. Ia mendiagnosa bayi itu demam biasa, namun orang tuanya yang terlalu berlebihan menanggapi sakit sang anak membuat Yuri dipanggil hampir setiap jamnya hanya untuk mendengar reaksi biasa anak bayi demam.

  "Yuri, kau lagi-lagi tidak ikut turun?" tanya Kyuhyun yang sedang menggandeng seorang wanita. Wanita itu hanya tersenyum. Sejak kejadian malam itu, mereka sempat menjauh dan merasa canggung jika harus berhadapan satu sama lain. Tapi, kembali seperti semula setelah waktu tujuh hari berlalu begitu saja.

  "Sepertinya ada yang akan menemanimu hari ini?" tebak Yuri, merasa dugaannya sudah pasti benar. Kyuhyun tertawa. "Iya, dia akan menemaniku hari ini, tapi tidak malam nanti,"  jawab pria itu sambil mengusap punggung wanita itu. "Kenapa?" tanya Yuri penasaran. Biasanya jika pria di depannya ini membawa seorang wanita, pastilah wanita itu baru akan pergi dari kamarnya di pagi keesokan harinya.

  Kyuhyun menatap wanita yang dibawanya tadi dan hanya tersenyum kecil. "Karena aku tidak akan melakukannya di malam hari, Kwon Yuri. Aku akan menikmati siang yang indah ini di kabin," bisik pria itu tepat di telinga Yuri, membuat dokter itu merinding. Kepalanya sudah dihiasi bayangan aneh, bahkan ingatannya ke kejadian seminggu yang lalu itu kembali muncul.

  "Urgh.. pergilah! Selamat bersenang-senang, Cho Kyuhyun. Menjijikan sekali," kata Yuri sedikit keras sebelum berlalu begitu saja ke gym untuk berolahraga sebentar. Selama hampir lima minggu dirinya sama sekali tidak berolahraga atau melakukan yoga dan baginya ini adalah waktu yang tepat, berhubung orang tua bayi itu belum memintanya untuk memeriksa keadaan buah hati ketiga mereka.

  Di atas treadmill, ia berlari kecil. Selama kurang lebih sepuluh menit, ia menikmati lantunan lagu yang keluar dari earphone yang dipakainya dan dihubungkannya ke ponsel pintar miliknya. Lantunan lagu klasik penuh semangat membuatnya semakin bersemangat hingga ia menambah kecepatan treadmill tersebut.

  Keringat mulai membanjiri tubuhnya setelah hampir lima belas menit menghabiskan waktu di alat itu. Sejujurnya, hanya alat ini yang bisa digunakannya dan biasa digunakannya untuk berolahraga. Tidak ada lagi yang lain selain treadmill yang memacunya untuk berlari terus menerus di atas alat tersebut.

  Pemandangan lautan yang luas dari kaca membuat suasana terkesan sangat santai, hingga Yuri sendiri lupa waktu dan tidak sadar hampir setengah jam ia sudah berada di mesin itu. "Sepertinya aku sudah harus berhenti.." gumamnya pelan sambil menekan beberapa tombol, memperlambat sebelum mematikan mesin itu.

  Ia lalu melangkah keluar gym dan bergegas ke kabinnya untuk membersihkan diri setelah keringat benar-benar sampai membasahi kaus dan celana yang dipakainya. Air dingin yang segar menyambutnya setelah ia meneguk segelas air mineral dari dapur kabin.

  Setelah mandi, ia terkejut mendapati kehadiran Donghae di sofa.

  "Ada apa, Donghae? Kau masuk sembarangan tanpa mengetuk atau menekan bel," kata Yuri, berusaha biasa saja semenjak kejadian mereka mengakhiri hubungan yang bagi Yuri tidak ada kesannya sama sekali dan juga aneh.

  "Aku hanya memeriksa keadaanmu," jawab pria itu. Yuri mengerutkan dahinya. "Aneh. Kau memang benar-benar orang yang aneh dan aku tidak paham apa mau dan siapa dirimu," sahut Yuri. Ia lalu memakai jas putihnya dan menatap pria itu kesal, memintanya keluar. 

  "Keluar dari kabinku. Aku akan pergi ke klinik dan tidak akan pernah membiarkanmu diam disini saat aku pergi. Keluar, Donghae," Yuri mengusir pria itu halus. Namun, hal tersebut tidak ditanggapi dengan baik oleh sang adam yang kini menjadi 'tamu tak diundang' oleh sang 'tuan rumah'.

  Pria itu menarik Yuri paksa hingga terjatuh ke lantai keras. Sakit yang dirasakan Yuri. "Donghae! Apa yang kau lakukan? Sakit sekali," rintih Yuri sambil mengusap lengannya. "Kau adalah wanita yang tidak tahu diuntung dan kau pantas menerimanya!" seru Donghae penuh amarah, membuat Yuri semakin tak paham dimana letak kesalahannya.

  Donghae berusaha mengikat tangan Yuri namun wanita itu terus menerus memberontak dengan tangan dan kedua kakinya yang menendang-nendang, membuat Donghae semakin murka. Ia tidak terima dengan keputusan Yuri minggu lalu.

  Pria itu menyumpal mulut Yuri dengan sapu tangannya, memuat teriakan Yuri tak terdengar sama sekali. Airmata keluar dari kedua sudut mata Yuri. Donghae merobek pakaiannya dan berhasil merenggut Yuri begitu saja, membuat wanita itu menjerit kesakitan. Ia sama sekali tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya dan pertama kalinya hal itu terjadi, justru direnggut secara kasar oleh sosok yang tidak mau ia nikahi sama sekali.

  Perih dan sakit. Pria itu bergerak, namun Yuri yang terikat, tersumpal dan terus ditampar kasar tidak dapat berkutik lagi. Hatinya hancur melihat sahabatnya sendiri melakukan hal seperti ini kepada dirinya. 

  "Kau harus menjadi budakku, Kwon Yuri! Kau dengar itu? Kau akan melayaniku kapanpun aku mau jadi kau harus bersiap kapan saja!" teriak pria itu di telinga Yuri, membuat Yuri menangis menjadi-jadi. "Kau sudah merusak harga diriku dan aku tidak terima. Kau rasakan akibatnya!" jerit pria itu.

  Tangannya membuka ikatan tangan dan sumpalan di mulut Yuri sebelum menamparnya keras hingga Yuri tidak sadarkan diri. Ia lalu meninggalkan kabin itu begitu saja.

###

  "Lebam di sekujur tubuhmu ini kenapa?" tanya Kyuhyun bingung melihat rekannya penuh lebam dalam hitungan beberapa jam saja. Yuri tidak menjawab. "Tidak kenapa-napa. Hanya aku terpeleset di koridor kabin dan membentur tembok berkali-kali," jawabnya sedikit ragu. Pria itu hanya mengerutkan dahinya, bertanya-tanya apakah hal seperti itu mungkin terjadi dan menurutnya iya.

  Yuri melihat sekelilingnya was-was, takut akan kehadiran Donghae yang bisa saja mengintimidasinya dan menyiksanya tadi karena itulah yang diucapkan pria itu. Dirinya akan terus melayani pria itu sampai pemilik kapal pesiar bernama lengkap Lee Donghae itu puas. Ia tidak menyangka dan membayangkan bahwa hal seperti ini bisa terjadi kepada dirinya.

  Ia dikhianati sahabatnya sendiri.

  Ia kotor.

  Ia malu terhadap dirinya sendiri.

  "Kau kenapa, hey! Kwon Yuri! Kau seperti orang dikejar-kejar setan saja," Kyuhyun menepuk kedua tangannya tepat di depan wajah Yuri agar wanita itu kembali ke alam yang sebenarnya. Yuri kembali menggelengkan kepalanya seperti orang ketakutan.

  "Tidak. Tidak. Aku.. baik-baik saja. Hanya merasa tidak enak badan," balas Yuri cepat dan asal sebelum menyantap makan malamnya. Lebam di tubuh dan kakinya tentu masih bisa ditutupi dengan pakaian dan stocking, namun pada bagian leher dan wajah tidak semudah itu dan ia juga tidak mungkin memakai masker 24 jam kemanapun ia pergi.

  Kyuhyun yang sebenarnya merasa tidak yakin hanya menganggukkan kepalanya saja. Ia tahu mungkin saja Yuri berbohong namun tidak ingin terlalu larut masuk ke dalam masalah yang dimiliki rekan sesama dokternya itu.

  "Ah! Donghae!"

  Wajah Yuri langsung pucat pasi. "Aku kembali ke kamar dulu. Aku mual," ujarnya cepat sebelum berlari masuk ke kabinnya, meninggalkan makan malamnya yang sebentar lagi habis. Tidak ada Donghae sebenarnya, Kyuhyun memanggil hanya untuk memancing apa benar dugaannya mengenai lebam Yuri itu berkaitan dengan Donghae dan ia mendapatkan jawabannya.

  Jawaban yang sudah ia duga sejak lama. Namun ia tidak tahu persis apa alasan pemilik kapla pesiar ini melakukan hal sekeji itu ke mantan kekasih sekaligus sahabatnya sendiri. Ia akan mengorek semuanya lebih dalam.

to be continued.

Love Never DiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang