May 6th

473 44 4
                                    

    Jalinan pertemanan antara Yuri dan Jiyeon berjalan cukup baik, tanpa sang dokter ketahui bahwa wanita itu merupakan tunangan dari Kyuhyun yang lain. Mereka bercanda gurau satu sama lain, saling mengisi setiap harinya, hingga Jiyeon sempat berpikir jahatkah dirinya menyakiti wanita bernama Kwon Yuri ini?

  Namun, ia juga berhak memperjuangkan Kyuhyun yang merupakan tunangannya sejak awal. Ia mencintai pria itu, namun tidak kuat melihat Yuri dan Kyuhyun selalu bersama tanpa wanita itu ketahui bahwa dirinya juga merupakan tunangan Kyuhyun.

  "Kyuhyun, aku ingin memperkenalkanku kepada temanku. Sahabatku, lebih tepatnya. Namanya Jiyeon," ucap Yuri sambil menunjuk Jiyeon yang sedang melangkah ke arah keduanya. Kyuhyun seperti dihantam batu yang cukup besar. Kakinya nyaris tak bisa bergerak lagi melihat siapa yang Yuri anggap sebagai sahabat, siapa yang diperkenalkan kepada dirinya.

  "Jiyeon, ini tunanganku, Kyuhyun. Dia juga merupakan seorang dokter, satu profesi denganku," ucap Yuri sambil menoleh ke Kyuhyun beberapa saat. Wanita di depannya itu tertawa dalam hati, melihat kepolosan dan ketidaktahuan Yuri akan apapun. Ia pun maka akan mengikuti alurnya, seakan ia tak pernah mengenal Kyuhyun sebelumnya.

  "Park Jiyeon imnida,"

  "Cho Kyuhyun," ucap Kyuhyun kaku. Ia enggan bersalaman dengan sahabat baru Yuri. "Hari ini rencananya aku akan mengajakmu keliling Yunani. Kau mau kemana terlebih dahulu?" tanya Kyuhyun ke Yuri, tepat di hadapan Jiyeon. Wanita itu menatap Kyuhyun bingung. "Kemanapun kau mengajakku. Aku akan ikut. Ah, bolehkah Jiyeon ikut? Kita juga tidak bisa meninggalkannya sendiri," kata Yuri sambil tersenyum.

  "Ta-"

  Yuri menatap tajam Kyuhyun, membuat Kyuhyun merasa bersalah. "Baiklah, kita ajak Jiyeon juga berkeliling hari ini. Kau mempunyai teman baru sepertinya," Kyuhyun menanggapi. Begitulah akhirnya, keduanya berkeliling bersama. Walau Jiyeon seperti orang ketiga yang selalu merasa tersisih dari percakapan kedua pasangan itu, setidaknya ia bisa berada di dekat Kyuhyun, pria yang dicintainya.

  Waktu makan siang sudah tiba dan ketiganya memesan makanan yang diinginkan. "Kyu, aku akan ke kamar kecil sebentar. Mengobrollah dengan Jiyeon," kata Yuri cepat sebelum menghilang ke kamar kecil restauran berdesain unik dan aneh itu.

  "Aku tidak tahu apa rencanamu, Jiyeon,"

  "Tentu saja menghancurkan hatinya setelah mengetahui sahabatnya ini ternyata tunangan dari seorang Cho Kyuhyun, tunangannya sendiri," balas Jiyeon dengan nada menyindir dan meledek, membuat Kyuhyun berpikir keras apa yang harus dilakukannya agar masalah tidak semakin melebar dan membesar di kemudian hari.

  Kyuhyun mengepalkan tangannya geram. "Kau! Jangan pernah menyakiti Yuri atau kau tahu akibatnya!" ancam pria dengan kaus kuning itu. Jiyeon hanya tertawa kecil. "Kau pikir aku takut dengan ancamanmu, Cho Kyuhyun?" tanya Jiyeon dingin.

  Yuri lalu kembali ketika Kyuhyun baru saja ingin memaki Jiyeon langsung di depan semua orang karena emosinya yang sudah memuncak.

  "Apakah makanannya belum datang?" tanya Yuri sambil duduk di kursinya. Jiyeon menggelengkan kepalanya. "Belum datang sama sekali. Lama sekali pelayana restauran ini," jawab Jiyeon. "Pelayananannya sedikit buruk, menurutku," komentar Yuri sambil meneguk teh manisnya.

  Kyuhyun menatap Yuri. "Kau mau pindah restauran?" tanya Kyuhyun. Namun, Yuri menggelengkan kepalanya. "Disini saja tidak apa. Kita juga sudah memesan makanan. Mungkin makanan yang mereka hidangkan rasanya enak," Yuri membalas. Kyuhyun kembali diam, menunggu makanan yang tak lama datang.

  "Rasanya enak," puji Yuri ketika ia sudah selesai dengan makanannya itu. "Iya, benar katamu, Yuri. Makanannya tidak terlalu buruk disini. Lezat sekali!" sahut Jiyeon setuju dengan apa yang dikatakannya.

  "Menurutmu bagaimana, Kyu?" tanya Yuri sambil menggenggam tangan kanan Kyuhyun. Pria itu sedikit terkejut. "Ada apa?" tanya Kyuhyun yang sejak tadi berpikir keras di kepalanya. 

  "Apakah makanannya enak?" Yuri mengulang pertanyaannya ke Kyuhyun. Pria itu mengangguk. "Cukup lezat, Yuri. Hanya pelayanannya saja yang buruk seperti yang kau katakan," Kyuhyun menambahkan. Yuri hanya menghela napasnya dan menunduk pelan. Ketiganya akhirnya pulang setelah makan malam di Yunani, negeri para dewa itu.

  "Aku akan pergi ke kamar kecil sebentar saja," ucap Yuri yang sudah menahannya sejak mereka terakhir makan malam.

  Jiyeon dan Kyuhyun lagi-lagi berdua. Dalam diam, keduanya menunggu Yuri kembali. Jiyeon tiba-tiba memeluk Kyuhyun dan mencium bibir pria itu, tepat ketika Yuri baru saja keluar dari kamar kecil. Pria itu mendorong Jiyeon, namun tentunya Yuri melihatnya dengan jelas.

  "Kyuhyun..?"

  Suara itu membuat Yuri tersekat napasnya. "Yu..ri, bukan begitu.." ucap Kyuhyun cepat, berusaha menglarifikasi apa yang baru saja terjadi namun wanita dengan hati yang hancur itu meninggalkan keduanya menuju kabin. Jiyeon tersenyum simpul.

  "Tamatlah dirimu,"

  Kyuhyun menatap Jiyeon geram sebelum berlari ke kabinnya dan menemukan Yuri menangis di sofa. Di tangannya terdapat surat-surat yang disembunyikan Kyuhyun. Surat-surat dari Jiyeon saat ia belum tiba di kapal pesiar ini.

  Flashback

  Yuri duduk setelah hatinya hancur melihat Kyuhyun dan Jiyeon berciuman dan berpelukan saat dirinya menghilang sebentar ke kamar kecil. Tanpa sengaja, matanya melihat sebuah surat di bawah laci yang seakan tersembunyi dan tak pernah ia lihat.

  Tangannya meraih surat-surat itu dan membacanya.

  'Cho Kyuhyun, aku ini Park Jiyeon, tunanganmu. Kenapa kau tega meninggalkanku dan berlayar selama setahun tanpa sepengetahuan siapapun?'

  Kalimat itu menusuk hati terdalam Yuri. Kakinya bergetar syok. Tak pernah menyangka pria bernama Cho Kyuhyun yang telah menerbangkannya tinggi itu kini menjatuhkannya begitu saja ke dasar bumi, lebih dalam dibandingkan palung laut mariana mungkin.

  "Kau.. jahat, Kyu," tangisnya sambil bersimpuh di lantai.

  Kyuhyun mendekati Yuri namun wanita itu berteriak, meminta Kyuhyun untuk menjauh dari dirinya yang tak ingin disentuh sama sekali oleh Kyuhyun. Namun, Kyuhyun keras kepala. Alhasil, Yuri mendorongnya keras dan memukulinya marah.

  "Kenapa kau lakukan semua ini kepadaku? Mengapa kau tidak jujur kepadaku? Mengapa kini tunangan dan sahabatku menusukku sendiri?!" tanya Yuri histeris sambil melempar surat-surat itu ke wajah Kyuhyun. 

  Kyuhyun memeluk Yuri erat, namun wanita itu terus memberontak dengan cara memukulinya dan menendanginya. Airmata yang tak tertahan jatuh bebas sejak tadi, hingga wajahnya tidak karuan lagi. Rasa terkhianati membuatnya merasa bodoh dan terlalu naif menjadi seorang perempuan.

  "APA YANG KAU MAU JELASKAN?"

  Yuri berteriak sebelum ia berhenti memberontak. Lemas dan lelah. Dalam pelukan itu, Yuri menangis tersedu-sedu. Marah dan kecewa pada Kyuhyun dan dirinya sendiri kenapa selama ini dirinya selalu dipermainkan walaupun sepertinya ia tidak pernah membuat kesalahan sama sekali dengan pria.

  Kyuhyun meneteskan airmata, rasa penyesalan dan amarah. "Maafkan aku, Yuri. Maafkan aku. Tapi, aku mencintaimu lebih dari apapun. Tolong, jangan seperti ini. Jiyeon dan aku hanya berdasarkan perjodohan orang tua saja," Kyuhyun menjelaskan. "Aku menaiki kapal ini untuk lari dari perjodohan itu dan menemukan belahan hatiku, yaitu kau Yuri," tambahnya.

  Pria itu merasa hancur melihat Yuri seperti ini keadaannya. Ia tak pernah bermaksud membohongi Yuri namun keadaan mendesaknya untuk terus menutupi semuanya.

  "Aku mencintaimu lebih dari apapun," Kyuhyun mempertegas kalimatnya.

to be continued.


Love Never DiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang