Are you ready?
Go ahead!
----------------------------------Minho memulai kembali langkahnya, berhenti tepat di samping Thomas. Mereka bertukar pandang sesaat, lantas sama-sama mengarahkan pandangannya kepada orang ketiga itu. Orang ketiga itu berjalan mendekat, sedikit pincang. Dua anak laki-laki yang masih mengacungkan pistolnya menyingkir, memberi ruang buat orang ketiga itu. Dia berhenti hingga jaraknya dengan mereka hanya tiga kaki.
“Minho?”
“Thanks, God. Aku senang sekali melihatmu, Newt. Aku pikir kamu ...” Minho tidak melanjutkan kata-katanya.
Newt menangkap bahu Minho, mencengkeramnya erat. “Aku tahu, dude.”
“Newt, aku minta maaf. Waktu itu aku meninggalkanmu sendirian. Seharusnya, aku membawamu ikut denganku, apa pun yang terjadi.”
“Jangan katakan itu, Tommy!”
Tatapan yang sangat bersahabat dari Newt mengirimkan kehangatan kepada Thomas. Newt sama sekali tidak terlihat kecewa atau marah. Satu-satunya emosi yang melekat di wajahnya hanyalah senang, sebagaimana yang dirasakan Thomas.
“Aku merindukanmu, Newt.” Thomas dan Minho mengucap bersamaan.
“Aku juga. Aku sangat merindukan kalian.”
Kebahagiaan yang tak terperi menyalakan senyum di bibir mereka masing-masing. Newt maju selangkah lagi. Mereka menubruk satu sama lain, bersatu ke dalam pelukan persahabatan.
Thomas hampir saja kehilangan harapan setelah mendengarkan ucapan Gally. Dia mengira akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mencari satu di antara ribuan orang yang tinggal di Denver—jika Newt benar masih hidup. Terlebih dengan keberadaan WICKED dan Crank-Crank yang akan membuat upaya mereka semakin sulit. Tapi, di sinilah sahabatnya sekarang, dalam pelukan mereka. Dan dia terlihat sangat sehat.
“Aku pikir, aku hanya akan emlihatmu dalam mimpi saja, dude,” Minho bergumam. Suaranya terdengar serak.
Mereka melepas pelukan. Air mata membasahi mata mereka. Mereka memandang satu sama lain, seakan memastikan bahwa yang menangis bukan dirinya saja. Tawa meledak di antara mereka setelah mengetahui mereka bertiga menangis seperti perempuan.
“Bagaimana kamu bisa selamat, Newt?” Thomas menyetop tawanya pelan-pelan. Dia segera menyadari ada yang salah dengan pertanyaannya. “Aku tidak bermaksud ... kamu tahu, aku senang sekali kamu selamat. Hanya ingin tahu.”
Newt mengangguk. “Well, aku yakin aku sama senangnya dengan kalian.” Bibirnya melebar, menyeringai. Mata coklatnya berkilau oleh rasa bungah. “Ini cerita yang panjang. Lalu, bagaimana kalian berdua bisa tiba di sini?”
“Sebenarnya, tidak hanya kita berdua.” Minho menyingkir beberapa langkah, memberi ruang agar Newt dapat melihat teman-teman yang ada di belakangnya. “Oh, dan aku punya kejutan untukmu.”
Gally dan yang lain sudah menyadari yang sedang terjadi. Mereka berdiri sejajar, bahu menempel pada bahu yang lain. Pandangan mereka membeku, tertuju kepada satu orang. Sonya akhirnya mengambil langkah. Dia tidak melepaskan mata dari Newt sebentar pun selagi berjalan mendekatinya. Air mata berkumpul di matanya, membuat matanya terlihat berkilauan. Dia berhenti satu langkah di depan Newt.
“Newt,” Sonya berkata lirih. Tangan kanannya terangkat, menjangkau pipi kakak laki-lakinya itu.
Senyum menghilang dari wajah Newt. Ekspresi yang dia tunjukkan sulit untuk dibaca. Dia mungkin bingung dengan gestur Sonya, tidak mengerti bagaimana harus menanggapinya. Newt tidak mengizinkan WICKED mengembalikan ingatannya. Dia mengenal Sonya hanya sebatas teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
After the Crank (FF TMR)
Fanfiction[The Wattys 2020 fan fiction winner] Aku berada di surga. Thomas mengingatkan dirinya. Dia sudah seharunya menjalani hari demi hari dengan suka cita. Dia aman dari flare, ada ataupun tidak ada obatnya. Dia juga terbebas dari WICKED dan segala omong...