September 8, 2018
-----------
Halo, shank!
Ready for the next chapter? It's a bit heartbreaking.
-----------Newt memimpin jalan. Dia setengah berlari dengan Thomas tepat di sampingnya. Setiap langkah diambilnya tanpa sedikit pun ragu. Tidak takut tersesat lantaran salah berbelok. Dia bagai sudah memetakan seluruh markas WICKED dalam kepalannya. Fakta itu membuat Thomas lega. Dia berharap itulah yang memang terjadi. Teman-temannya sudah mengetahui benar seluk-beluk markas WICKED sehingga yang lainnya tidak akan kesulitan menemukan jalan keluar.
Thomas memperlambat langkahnya ketika Newt berbelok ke kiri. Sesuatu yang dia lihat di sebelah kanan menahan pergerakannya. Dia berhenti. Bukan sesuatu, tepatnya seseorang. Atau dua orang. Dia mengenal salah satunya. Sangat mengenalnya. Perempuan itu tidak salah lagi Brenda. Dia tidak menyadari Thomas sedang memperhatikannya, terlalu sibuk dengan seorang laki-laki yang bersamanya.
Thomas tanpa sadar sedang mendekat kepada mereka. Dia tidak bisa pergi begitu saja. Di samping dia harus memastikan Brenda keluar dari markas WICKED dengan selamat, rasanya dia tidak dapat membiarkan pemandangan di depannya berlangsung lebih lama lagi. Mereka sangat dekat satu sama lain. Brenda bahkan merangkulkan kedua tangannya pada leher laki-laki itu dan membiarkan laki-laki itu menyentuh pipinya.
“Tommy!” Newt memanggil dari jarak yang agak jauh. Dia baru menyadari Thomas tidak sedang mengikutinya.
Thomas tidak menghiraukan panggilan Newt. Tetapi, panggilan itu membuat Brenda menoleh padanya. Dia menemukan rasa bersalah dalam sorot mata Brenda. Dia tidak yakin itu sungguhan karena Brenda tidak melepaskan tangannya dari laki-laki itu. Brenda malah diam saja kala laki-laki itu mendaratkan bibir di pipinya. Thomas meremas tangannya. Amarah yang seketika bergolak di dadanya itu bercampur dengan rasa sakit.
“Tommy, lewat sini!”
Thomas masih tidak mau menghiraukan Newt. Hanya Brenda yang dia pedulikan. Sebaliknya, Brenda justru memalingkan wajah darinya. Brenda menatap laki-laki itu dengan pandangan yang semakin mendidihkan amarah Thomas dan menjadikan rasa sakitnya kian menyiksa. Dia masih membiarkan jemari laki-laki itu bermenelusuri wajahnya. Apa yang dia pikir dia lakukan? Thomas bertanya entah kepada siapa. Dua jenis emosi yang memenuhi dirinya perlahan melucuti kemampuannya untuk berpikir.
Dia hanya bisa membiarkan kenangan meluap di kepalanya. Semua ingatan yang diperlihatkan padanya berkaitan dengan Brenda. Sebelumnya, dia tidak pernah merasakan kenangannya dengan Brenda memberikan tusukan yang menyakitkan di kepalanya. Dia pikir Brenda mencintainya. Atau dia telah menganggapnya begitu sejak lama. Dia tidak tahu itu penting sekali baginya hingga sekarang.
Laki-laki itu lagi-lagi mengecup pipi Brenda. Brenda sekejap memejamkan matanya. Dia tampak menikmati yang sedang dilakukan laki-laki itu. Rasa sakit bagai diempaskan padanya. Anehnya, dia masih sudi menahan pandangannya dan membiarkan langkahnya tetap mengarah kepada mereka. Mungkin amarah yang lebih menguasainya saat ini. Dia dituntun oleh inan yang sangat besar untuk menjauhkan Brenda dari laki-laki itu, lantas mendaratkan bogem mentahnya pada wajah laki-laki itu.
“Tommy, apa yang kamu pikir kamu lakukan?” Newt sudah bergerak, menyusulnya. Bunyi langkah kakinya terdengar jelas. Dia menduga Newt hanya belasan kaki di belakangnya.
Brenda menangkap wajah laki-laki itu. Laki-laki itu menurnkan kedua tangannya, melingkarkannya di pinggang Brenda. Brenda mendekatkan wajah laki-laki itu padanya. Jarak yang tipis di antara wajah mereka kian terhapus. Thomas memalingkan wajahnya sebelum dia melihat bagian yang paling menyakitkan, bersamaan dengan newt yang meraih tangannya, kemudian tanpa aba-aba menariknya. Thomas tidak dapat melakukan apa pun, selain ikut berlari bersama Newt.
KAMU SEDANG MEMBACA
After the Crank (FF TMR)
Fanfiction[The Wattys 2020 fan fiction winner] Aku berada di surga. Thomas mengingatkan dirinya. Dia sudah seharunya menjalani hari demi hari dengan suka cita. Dia aman dari flare, ada ataupun tidak ada obatnya. Dia juga terbebas dari WICKED dan segala omong...