Matanya mengedip, kemudian terbuka. Bunyi tembakan yang samar-samar didengar Thomas baru saja membangunkannya. Dia mengucek matanya, lalu membukanya kembali lebar-lebar seraya bangkit hingga posisinya duduk. Meski masih sedikit linglung, dia dengan cepat menyadari ada yang tidak beres. Dia sendirian di ruangan itu. Kantong tidur yang lain sudah tidak diisi lagi. Kemana semua orang? Thomas segera keluar dari kantong tidurnya.
Dia bergegas menuju pintu keluar. Namun, rupanya dia tidak perlu pergi ke sana. Dia terhenti di ruangan utama, tempat dia, Newt, dan yang lain berkumpul kemarin malam. Semua orang berkumpul di sana. Beberapa anak berkerumun. Dia menemukan teman-temannya terpisah dari kerumunan. Mereka menampilkan ekspresi sedih. Mereka mengatupkan mulutnya, seperti menolak berbicara. Dia menghendaki jawaban kendati tidak mengutarakan pertanyaannya, maka dia segera mendekati kerumunan. Terdengar suara meringis. Ketika dia bergabung dengan kerumunan, dia dapat melihat seorang anak terbaring. Newt dan Clarisse berada di kanan dan kirinya, memeriksa sesuatu. Empat anak lain di sekitar mereka berdiri dengan mata yang basah. Mereka menangis?
"Tidak apa-apa, Ed. Kamu akan baik-baik saja." Suara Newt bergetar dikendalikan oleh kecemasan.
Thomas berjongkok di samping Newt. Anak itu, Newt belum mengenalkannya. Dia kira-kira baru berusia tiga belas tahun. Matanya bulat. Rambutnya berwarna tembaga. Bibirnya memutih. Thomas yakin itu bukan warna alaminya karena dia melihat darah memerahkan kaus anak itu. Newt dengan putus asa menekan dada anak kecil itu yang Thomas yakini itu adalah bagian yang mengeluarkan dara. Apa yang terjadi dengannya? Apakah dia yang baru saja tertembak?
"Aku tidak akan bisa melakukannya, Newt." Suara anak kecil itu hanya serupa bisikan. Dia menggeleng lemah. Matanya mengerjap, seperti akan menutup.
Thomas memikirkan sesuatu yang bodoh. Dokter. Kenapa mereka tidak segera mencari dokter? Bodoh sekali malah. Tentu saja mereka akan melakukannya jika saja mereka bisa. Ada sesuatu yang mencegah mereka, itu jelas. Mendadak dia teringat Chuck. Anak kecil yang dipengaruhi WICKED untuk mengorbankan dirinya itu, dia juga tidak dapat memanggilkan dokter untuknya. Sebuah gumpalan terbentuk di kerongkongannya, membuat napasnya sesak.
"Tidak, Ed. Tidak. Hei, lihat aku!" Newt masih menekan dada anak itu. Air mata menggenang di matanya. "Lihat aku! Kamu akan baik-baik saja."
"Newt, selamatkan yang lain ..." Anak itu tampak berusaha keras untuk tidak kehilangan kesadarannya. "Aku percaya ..." Kata-kata selanjutnya tidak berhasil dia ucapkan. Matanya menutup sempurna.
Newt terdiam sebelum melepaskan tangannya dari dada anak itu, berpindah untuk menggenggam pergelangan tangan anak itu. Dia menggeleng kencang. Genangan di matanya mengalir. Newt membiarkan dirinya duduk. Sebelah tangan menutup kedua matanya. "Shuck it!"
"Apa?" Clarisse menatap Newt tidak percaya. "Ed? Ed? Ed, kembali padaku! Edward?" Dia menggerakkan bahu anak laki-laki itu. Air mata menggelincir di pipinya.
Thomas tidak benar-benar mengetahui yang sedang terjadi. Sejauh yang dia tahu, yang baru saja dilihatnya menyedihkans ekali. Dia yakin, Newt, Clarisse, dan anak-anak yang lain sedang mengalami apa yang dulu pernah dia rasakan. Karena itu, Thomas mendekati Newt. Dia menepuk bahu Newt, lalu menggenggamnya erat, berharap Newt merasakan sedikit kekuatan yang dikirimnya.
"Edward, kumohon kembali kepada kita!" Clarisse memohon dengan suara serak.
"Shuck it!" Newt mengumpat seraya menjauhkan telapak tangan dari matanya. Thomas melepaskan tangannya, memberi Newt kebebasan untuk bergerak. Newt berdiri. Sekali lagi, Thomas menepuk bahunya. Newt menoleh padanya, mengangguk. Dia berusaha keras meredam kesedihannya. Dia tahu yang harus dia lakukan.
Thomas menoleh yang lain. Teman-temannya tampak memasang ekspresi yang sama. Minho tidak terlihat hendak melakukan sesuatu. Sebaliknya, dia seperti sedang menunggu komando. Thomas penasaran komando dari siapa yang sedang ditunggu Minho. Jika Minho berharap dia yang mengambil komando, Thomas pikir itu bodoh sekali. Dia sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
After the Crank (FF TMR)
Fanfic[The Wattys 2020 fan fiction winner] Aku berada di surga. Thomas mengingatkan dirinya. Dia sudah seharunya menjalani hari demi hari dengan suka cita. Dia aman dari flare, ada ataupun tidak ada obatnya. Dia juga terbebas dari WICKED dan segala omong...