Mereka di tempatkan di salah satu ruangan yang kosong. Tidak ada satu pun tempat duduk. Mereka duduk di lantai, berderet-kecuali Minho yang masih belum sadarkan diri, dia berbaring. Seorang laki-laki dengan sebuah Launcher di tangan masing-masing berjaga di jalan masuk.
Thomas, Brenda, Gally, dan Sonya memasang wajah ingin tahu. Namun, tidak ada yang menyuarakan rasa penasarannya. Semuanya hanya diam, mempelajari laki-laki yang menjaga mereka. Mereka hanya terpisahkan beberapa yard dengan penjaga itu, terlalu riskan mengatakan sesuatu. Hal sekecil apa pun yang berkaitan dengan kecurigaaan mereka bisa menjadi begitu sensitif. Penjaga itu tidak akan ragu menembakkan Launchernya karena itu.
Thomas memiliki firasat yang dia sendiri benci memikirkannya. Mengingat penyerang mereka memiliki Laucher, Thomas menduga semua laki-laki itu termasuk kelompok ... WICKED. Ditambah dengan gaya berpakaian mereka yang serba hitam, seperti penjaga-penjaga WICKED. Dia tentu tidak lupa dengan kompleks WICKED yang telah diledakkan oleh Right Arm. Dia pun tidak bisa menganggap WICKED remah. Mereka mungkin memiliki lebih dari satu markas. Siapa tahu?
Lantas apa yang diinginkan mereka? Pertanyaan itu benar-benar mengganggunya. Dia teringat dengan surat yang diberikan oleh Chancellor Paige. Di bagian awal surat itu, Chancellor Paige mengatakan bahwa rekannya tidak setuju dengan yang akan dia lakukan. Apakah ini maksudnya? Beberapa anggota WICKED dari markas yang lain mencoba mengumpulkan kembali para imun untuk memulai kembali segala trial mereka? Thomas mendesah. WICKED mungkin tidak perlu mengulang trial-trial mereka. Mereka hampir mendapatkan blueprint. Satu hal lagi yang dibutuhkan mereka adalah otaknya. Itu bisa jadi rencana mereka, membawa dia dan teman-temannya ke semacam laboratorium yang berada di Denver, lantas mengambil otaknya.
"Apa yang salah denganmu?" Brenda berbisik, menyikutnya.
"Uh, em." Dia membuang napas. "Hanya penasaran dengan mereka." suaranya juga sama rendahnya.
"Aku pikir, aku tahu yang kamu pikirkan." Brenda mendorong kedua sudut bibirnya, tersenyum tipis.
Thomas mengangguk. Jika Brenda serius dengan ucapannya, dan jika dia memiliki kecurigaan yang sama, tentu penilaian Brenda akan lebih baik darinya. Brenda memiliki semua memorinya. Dan dia tidak sebentar tinggal di markas WICKED. Brenda jelas mengetahui lebih banyak daripadanya. Dia harus mendiskusikan soal itu, segera setelah kedelapan laki-laki itu pergi.
"What the shuck happened here?!"
Thomas menolehkan wajahnya dengan kasar, terkejut. Suara Minho sangat keras, dia sudah dalam posisi duduk. Bahkan penjaga itu melakukan gerakan spontan, mengangkat Launchernya ke arah mereka. Untung dia tidak langsung menarik pelatuknya.
"Tutup mulutmu jika kamu tidak ingin merasakan tembakan Launcher ini!" Penjaga itu memberikan pandangan marah. Dia tidak main-main dengan ucapannya, jelas saja.
"Siapa kamu? Apa yang kamu inginkan?" Minho memberengut.
Thomas menggeleng dalam hati. Anak itu benar-benar tidak berubah. Dia masih berani menantang, bahkan setelah dia merasakan betapa buruknya tertembak oleh Launcher. Minho tampak sama sekali tidak peduli bahwa tindakannya dapat dengan mudah memancing amarah penjaga itu.
"Aku bilang, tutup mulutmu, idiot!" Suara penjaga itu meninggi. Pandangannya membelalak. Thomas khawatir dia akan segera menarik pelatuk.
"Aku tidak akan melakukannya, kecuali kamu mengatakan siapa kamu, shuck face? Ke mana kalian membawa kita?" Minho memberontak. Urat-urat di lengannya terlihat mnonjol. Jika dia tidak diikat, pasti Minho telah maju dan menerjang penjaga itu.
"Kuingatkan sekali lagi, tutup mulutmu!"
"Dan kukatakan lagi, ke mana kalian membawa kita?" Suara Minho tidak kalah meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
After the Crank (FF TMR)
Fanfic[The Wattys 2020 fan fiction winner] Aku berada di surga. Thomas mengingatkan dirinya. Dia sudah seharunya menjalani hari demi hari dengan suka cita. Dia aman dari flare, ada ataupun tidak ada obatnya. Dia juga terbebas dari WICKED dan segala omong...