Chapter 25

734 96 7
                                    

Sorry nih baru ngupdate lagi. Setelah kembali dalam rutinitas yang menyibukkan, saya juga perlu recovery Batin setelah Jerman tersingkir dari World Cup. 😢

Happy reading, shanks!
------------------------------------------------------
Hans mengemudikan minibusnya, meninggalkan Thomas, Newt, Minho, dan Sonya. Empat remaja itu masih memandangi minibus yang membawa teman-teman mereka hingga lenyap setelah berbelok.

“Kita mulai dari mana?” Pertanyaan Thomas menjadi pertanda akan segera dimulainya kesibukan.

“Ada tempat yang hanya aku, Hans, dan Clarisse yang tahu.” Newt menjawab dengan memulai langkahnya, disusul oleh Thomas, Minho, dan Sonya. “Aku yakin Clare ada di sana.” Dia berjalan menuju reruntuhan gedung.

Mereka hati-hati berjalan di atas puing-puing bangunan. Newt membawa mereka ke tengah-tengah. Dia berhenti sejenak. Pandangannya berputar, seperti sedang memastikan dia mengambil arah yang benar. Sebentar. Dia berjalan lagi. Lima langkah lagi. Dia akhirnya berhenti.

“Di sini.” Newt menunduk, menatap bongkahan bangunan di bawah telapak kakinya. “Aku yakin tempatnya di sini.”

Tidak butuh waktu lama untuk Thomas, Minho, dan Sonya untuk segera berada di kanan dan kiri Newt. Mereka kompak menatap reruntuhan gedung yang cukup tinggi di bawah mereka. Thomas mengerutkan keningnya. Dia membayangkan sebuah ruangan bawah tanah di bawah kaki mereka. Dia berharap ruangan itu cukup besar sehingga Clarisse tidak akan kekurangan oksigen meskipun akses udara tertutup oleh tumpukan reruntuhan.

“Beruntung kamu memiliki teman-teman yang kuat, Newt. Kita mulai sekarang?” Minho berjongkok, menyentuh salah satu bongkahan.

Newt mengangguk. Dia memegang bongkahan yang sama dengan yang sedang dipegang Minho pada ujung yang lain. Mereka berdua mengangkat bongkahan itu, lantas menyingkirkannya dari area yang mereka pijak. Thomas mengambil bongkahan yang lain. Sonya turut serta, tapi sebelum dia mengangkat satu bongkahan, Minho mencegahnya.

“Ini tugas laki-laki. Kamu tidak perlu mengotori jari-jari lentikmu untuk melakukan ini.” Minho mengedip di akhir ucapannya.

Thomas dan Newt otomatis bertukar pandang. Mereka tersenyum seraya menggelengkan kepala. Anak itu, bisa-bisanya mencuri kesempatan untuk menggombal di saat seperti ini. Sonya juga menggelengkan kepalanya. Mengabaikan Minho, dia memilih membantu mereka menyingkirkan reruntuhan-reruntuhan itu.

Mereka menghabiskan berpuluh menit hingga area di sekitar mereka steril dari reruntuhan. Alih-alih melihat karpet yang menutupi lantai atau keramik, mereka melihat lantai yang terbuat dari kayu. Itu pasti pintu menuju ruang bawah tanah. Newt mengetuk lantai kayu itu.

“Clare, apa ada kamu di dalam?”

“Newt? Apa itu kamu?” Clarisse menjawab dengan cepat.

Seperti Newt, Thomas menghela napas lega. Dia baik-baik saja. Pasti sedari tadi Clarisse sengaja tidak berbicara sebelum dia mengetahui orang-orang yang berada di atasnya.

“Ya, ini aku.” Newt membuka lantai kayu itu.

Mereka langsung dapat melihatnya. Clarisse berdiri di samping tangga. Dia cepat-cepat naik. Sebuah tas kecil yang berada dalam pelukannya membangkitkan rasa penasaran Thomas. Apa pun yang ada di dalam tas itu pasti sangat berharga sehingga Clarisse merisikokan dirinya demi mendapatkan itu.

After the Crank (FF TMR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang