Author POV
Seorang gadis cantik nan mungil berjalan menyusuri dinginnya malam di kota ini.
Dia berjalan seorang diri. Langkah kakinya kini semakin cepat. Pakaian pelayan lengkap masih melekat di tubuhnya yang terselimuti oleh jaket hitamnya.
Ini sudah pukul 11 malam tetapi dia masih berkeliaran di tengah kota yang semakin padat. Hari ini malam minggu yang tentunya banyak remaja keluar untuk mencari udara bebas.
Dia berdiri di halte bus dan menunggu bus sendirian. Hingga matanya menangkap siluet lelaki bertubuh kekar mendekat ke arahnya.
Dia kembali melangkah karena takut melihat preman-preman dan pemabuk yang mendekat ke arahnya.
"Tolong tolong!! " teriak nya sekuat tenaga saat salah satu dari mereka berusaha menahan tangannya.
Ray. Gadis itu ketakutan dan sesekali menjerit meminta tolong. Namun naas. Tak ada yang menolong dia karena takut dengan preman itu.
Bulir putih mulai berjatuhan membasahi wajahnya saat keempat lelaki berwajah seram itu merobek jaketnya sampai menampilkan balutan pakaian pelayan nya.
"Oh jadi gadis cantik ini pelayan? Hahaha pelayan."
"Kalau begitu malam ini biar kau jadi pelayan pribadi kita!! Hahaha" ucap seorang preman.
Gadis itu semakin meronta. Dia sangat ketakutan dan sesekali berteriak kencang saat orang-orang itu mulai kurang ajar.
Bugghh!!
Satu pukulan mendarat di wajah preman itu. Sontak keempat preman itu menoleh ke arah pukulan itu berasal.
Lelaki bertubuh tegap itu melindungi Ray.
Dia menarik tangan Ray dan meletakkan tubuh Ray di belakangnya. Preman itu mencoba melawan pria itu. Namun ke empat preman itu kabur terbirit-birit saat melihat pistol itu diacungkan ke arah mereka.
"Ray kamu baik-baik saja kan?"
"Iya aku hikss hikss." gadis itu menangis dalam dekapan nya.
Atha mencoba menenangkan adiknya yang masih memeluknya. Ray tak mampu membuat benteng antara dirinya dan Atha saat ini.
Namun, setelah beberapa saat dia melepaskan pelukannya. Pelukan hangat dari seorang kakak yang sangat di rindukannya.
Ego kembali merasuki dirinya. Dia teringat kata-kata atha yang menyebutkan bahwa dirinya lah penyebab meninggalnya ayah mereka.
Gadis itu beringsut menjauh dari hadapan Atha dan membelakanginya.
Atha sempat bingung karena hal ini. Diapun bertanya kepada Ray-adik-nya.
"Ada apa sayang? Kau masih marah kepada kakak hem? "
"Kau bukan kakakku. Dan aku bukan adikmu. Kau sudah membunuh ayahku, lalu haruskah aku membunuh ayahmu juga heh?"
"Ray, ap-,"
"Apa yang aku katakan benar kan? Karena kau Delia meninggal, karena kau ayahku meninggal. Dan karena kau juga aku seperti ini."
"Ray, maafkan aku. Aku tau semua kesalahan ku. Karena egoku. Tapi tetap saja Ray, aku tak sengaja membuat Delia pergi. Aku sangat menyayangi dia. Ini adalah permainan takdir, Ray."
"Permainan menurutmu? Jika manusia bisa berhati-hati dalam bertindak, ini semua tak kan terjadi. Selalu saja kau yang bodoh dan ceroboh." balas Gadis itu, sinis.
Athaya hanya menampilkan seulas senyum lalu kembali menarik tangan adiknya itu.
"Lepaskan! "
"Ray, ayo pulang sayang. Ini sudah larut malam. Bunda mengkhawatirkan kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silent(END)
RomanceCinta itu rumit ya? Dia bisa datang dengan tiba-tiba dan jatuh kepada orang yang salah. Terkadang kita harus sakit karenanya. Karena penghianatan ataupun karena harus memendam Cinta itu dalam-dalam. Tidak. Itu semua salah besar. Cinta yang sebena...