Author POV
Pukul 1 dini hari.
Jakarta, Indonesia."Dokter!! Cepat to-tolong Rexy."
Ucap Anita sembari berusaha mengelap air matanya yang terus saja menetes.Beberapa dokter dan suster menerobos masuk ke dalam sebuah ruangan yang sangat berantakan. Benda pecah tergeletak dimana-mana.
Bau anyir yang timbul karena darah yang muncrat membasahi brankar rumah sakit. Belum lagi teriakan histeris dari lelaki itu.
"Ti-tidak. Jangan. Jangan ganggu aku jangan. Pergi kau!! Pergi, dasar bit*h."
Dokter memberi langkah paling tegas. Dia menyuntikkan beberapa obat bius di tubuh si pasien. Beberapa saat kemudian keadaan menjadi sunyi. Hanya bersisa tubuh tak bernyawa dengan beberapa luka sobekan maupun segalanya.
Di sisi mayat wanita itu ada seorang berpakaian putih sedang tertunduk lesu tanpa dapat mengatakan sesuatu. Wajahnya pucat pasi menatap mayat teman seperjuangannya yang bersimbah darah.
"Suster... Suster Feby? Kau dengar aku? Kau baik-baik saja kan?" Tanya dokter yang sedang bertugas.
"......"
"Suster? Apa kau perlu bantuan?"
"......."
"Suster, kau mengalami-,"
"Hahaha... Dia, dia datang. Dia dia akan membunuhku juga. Lalu dia kan membunuh dia, lalu kau. Iya kau. Hikss.. hikss.. Tanisa.. dia mati. Tanisa mati? Hahaha... Dia telah meninggalkan aku dokter dia telah..."
Racau suster yang tertunduk lemas tadi sembari bergantian menatap Rexy yang terbius serta dokter Ferdinando.
Dokter Ferdinando menghembuskan nafas berat. Dengan berat hati pula dia membius suster yang dinilai menjadi saksi mata atas terjadinya pembunuhan di ruangan B-16 itu.
Lelaki itu berjalan lunglai keluar dari ruangan B-16 yang sudah dipasang garis polisi. Rexy, pasien di ruangan itu juga telah dipindahkan ke kamar A-01.
Dokter Ferdinando, atau Ferdinand menatap kosong ke arah lorong B-16. Dia takut jika apa yang dikhawatirkan nya terjadi. Orang itu. Dia licik.
Ferdinand mengusap kasar wajahnya, frustasi. Lelaki itu berjalan ke ruangan Rexy yang masih terbaring untuk mengecek keadaan lelaki yang beberapa hari lagi akan pulang ke rumah itu.
"Bagaimana dokter?" Tanya Anita.
"Ya. Dia baik-baik saja,nyonya. Kemana saja anda saat kejadian itu terjadi? Adikmu bisa menjadi sasaran jika kau tak datang kala itu." Balas Ferdinand.
"Aku pergi ke bawah untuk membeli air mineral karena aku kehabisan air dokter. Ku pikir saat itu sudah malam, jadi adikku aman bersama dua suster itu. Tapi ternyata... Salah seorang suster itu terbunuh."
"Apa anda tau sesuatu tentang ini?"
"Tidak. Yang ku tau saat itu aku sempat memergoki seseorang bertudung merah mencolok keluar dari ruangan adikku. Namun, saat aku akan mengejarnya, dia berlari lebih cepat dan aku dikhawatirkan dengan adikku yang terus menjerit dan meronta. Tapi kau tenang saja, aku sudah memberi keterangan kepada polisi untuk kasus ini."
Dokter Ferdinand mengangguk lalu berangsur menjauhi ruangan Rexy yang temaram karena hanya satu lampu yang menyala.
Anita melangkah mendekati adiknya yang masih tertidur karena obat bius. Wanita yang nampak kurus itu membelai lembut wajah Rexy.
"Hikss... Kenapa ini bisa terjadi padamu sayang? Apa salahmu? Kenapa kau selalu sial?"
Anita mulai terisak dan tubuhnya bergetar hebat. Sesat kemudian James datang untuk menenangkannya. Tetapi tetap, dia tak bisa tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silent(END)
RomanceCinta itu rumit ya? Dia bisa datang dengan tiba-tiba dan jatuh kepada orang yang salah. Terkadang kita harus sakit karenanya. Karena penghianatan ataupun karena harus memendam Cinta itu dalam-dalam. Tidak. Itu semua salah besar. Cinta yang sebena...