Author POV
"Maafin aku yah. Bun."
Plakk.
"Kamu itu bisanya cuman nyusahin aja. Asal kamu tau ya, sekarang kita itu udah hidup susah. Ditambah lagi masalah kamu. Ayah gak mau tau. Lebih baik kamu pergi dari sini."
"Ayah,jangan usir abang yah. Kasiani dia yah."
"Diam kamu Ray. Dia bukan abang kamu. Dia juga bukan anak ayahkan? Dia itu cuma hasil dari kesalahan bunda kamu. Ngerti kamu?"
"Kesalahan? Kenapa sih sejak aku lahir ayah gak pernah sayang sama aku. Aku tau aku cuma anak hasil selingkuhan bunda. Tapi bisa gak sih ayah ngehargain aku dikit aja."
Plakk.
"Cukup Atha. Itu semua bukan murni kesalahan bunda juga. Itu juga kesalahan ayah kamu yang brengs*k itu. Dia sama seperti kamu. Bajingan akan melahirkan seorang bajingan."
"Tega ya ayah."
"Arrghhhh Athayaaa!!" teriak Ray sambil menyetabilkan nafasnya
Ray menangis. Larut dalam emosi yang mengisi mimpinya. Rasa sakit itu kembali menghiasi malamnya.
Ceklekk..
"Ray, kamu kenapa sayang?" tanya ayahnya sambil memeluk erat tubuh mungil Ray.
"Aku hiks.. Gapapa yah hikss. Hikss" ucap Ray menahan tangisnya yang semakin pecah.
Kenangan dan bayangan gelap itu seakan menghantui tidurnya. Dia sangat rindu sosok athaya. Tetapi juga sangat membenci dirinya karena selalu menyusahkan ayah ibunya.
"Yah.."
"Iya sayang?"
"Apa abang ga bisa tinggal sama kita lagi? Kenapa ayah benci banget sama abang,-"
"Dia akan kembali kalau dia sudah berubah. Dan kamu tau sendiri karena apa ayah membenci Atha."
"Tapi yah, yang salah itu papanya Abang. Bukan dia. Dia cuma,-"
"Korban? Tapi bagi ayah tidak. Karena kedatangannya hanya akan memberikan luka bagi ayah. Kamu masih ingat Delia kan."
Ray mengangguk. Dia kembali tertunduk mendengar kisah dan luka lama itu. Kisah itu terdengar sangat pilu. Dia masih ingat betul saat ayah sangat marah dan memukuli tubuh lemah Atha.
Dan saat itu, ayah dan bundanya menangis sejadi-jadinya melihat tubuh mungil delia yang terbaring lemah di nakas rumah sakit. Berselimut kain putih dengan bercak merah darah di sekelilingnya.
"Lebih baik kamu tidur lagi Ray. Besok sekolah kan." ucap Ayahnya.
Ray hanya mengangguk dan berusaha menyelimuti dirinya kembali. Dia sangat rindu segalanya. Di saat keluarganya belum berantakan. Disaat dia bisa melihat athaya dan delia.
*****
Ray POV
"Delia,Ray,Atha ayo makan. Bunda masak makanan kesukaan kalian lo."
"Bunda,nanti Atha ajak Delia keliling kampung ya."
"Naik apa Atha. Jangan aneh-aneh ya. Kamu itu baru saja sembuh."
"Naik sepeda angin nya bunda. Atha kuat kok bun. Ayolah bun. Boleh ya? Atha kan pengin ajak Delia main."
"Yaudah hati-hati."
Brakkk...
"Pak Gafa,bu Ana. Delia bu delia." seorang pria paruhbaya berlari memasuki rumah.
"Delia? Kenapa?" sepasang orang tua itu berlari menuju kecelakaan naas yang menimbulkan banyak darah di sekelilingnya.
"Deliaaa!! Gak mungkin. Kenapa bukan Atha. Kenapa harus Delia tuhan? Takdir macam apa ini. Hiks... Hiks.. Hiks.."
"Ray. Helooo Ray?" ucap Sandra sambil menjentikkan jarinya.
"Eh eng.. Apa?"
"Lo kenapa?"
"Engga San. Cuma laper."
"Yaela segitunya elo kalo ga ketemu nasi. Udah kuy ngantin."
"Bolos nih ceritanya?"
"Udah. Mao makan gak?"
Aku hanya menghela nafas dan beranjak mengekori Sandra.
"Hai bakpao." ucap anak itu sambil duduk tepat di sebrangku.
"Apa sih lo. Gausa sok kenal ya." balas ku cuek.
"Ngode banget sih kalo minta kenalan. Gapapa kali ngomong langsung kalo mau kenalan sama gue." Tambahnya.
"Kenalin,gue Rexy Alexandro anak kelas 12 IPA 3. Gue suka basket,ngeband, dan yang paling penting,-"
"Apasih gue gak mau kenalan sama lo." potongku.
"Dengerin dulu. Yang paling penting gue suka sama lo." lanjutnya.
Sandra hanya melongo di tempat mendengar perkataan Rexy yg tertuju padaku. Kami saling menatap tak percaya. Tapi selebihnya biasa saja.
Aku belum merasakan getaran yang selalu ku rasakan saat bersama Ryan. Hah Ryan lagi Ryan lagi.
"Gausa gombal. Masih pagi juga."
"Siapa yg gombal? Lo aja yang ke geeran kali. Orang gue sukanya gangguin elo bukan suka sama lo."
"Ashh serah lo aja." aku beranjak dari tempat itu dan meninggalkan Sandra bersama lelaki kelewat stress itu.
Tiba-tiba muncul lalu menghilang seperti hantu. Dia ahli sekali dalam hal itu.
"Adit? Kacamata lo ganti?" sapaku pada Adit yang berdiri didepan kelasnya.
"Iya Ray. Eh nanti mau ngikut ke danau gak?"
"Boleh. Gue juga udah lama ga kesana kan."
"Yauda pulang sekolah gue tunggu di parkiran ya."
Aku hanya mengacungkan ibu jariku tanda mengerti.
Sepulang sekolah kami berjalan bersama ke sana. Melihat indahnya senja dari kejauhan yang sangat hangat dan mempesona.
"Bagus ya Ray. Si cupu pinter juga cari spot pemandangan."
"Lah ngapain kamu disini Rex?" tanya Adit.
"Urusan lo? Inikan tempat umum. Bukan punya lo tolol." balasnya sambil menjitak kepala Adit.
"Rex,bisa nggak sih lo manggil Adit dengan sepantasnya? Lo juga ga boleh asal jitak kepala juga. Emang lo pikir lo siapa seenaknya aja!!" Ucapku sambil menatap sinis Rexy.
"Maaf."
"Dimaafkan." Ucapku dan Adit, kompak.
Rexy mengerjap berkali-kali dia tertawa mendengar keakraban kami. Tak terasa aku dan Rexy yang selalu ribut menjadi tenang seperti tak ada apa apa.
"Boleh gak gue jadi temen kalian?"
"Ha? Kamu? Kamu mau emang temenan sama anak cupu kaya kami?" balas Adit.
Aku hanya menyimak pembicaraan kedua lelaki di samping kanan dan kiri ku.
"Hahah jadi lo ngakui kalo lo cupu?"
"Ko diem? Becanda elahh." tambah Rexy.
"Yaudah mulai sekarang kita temenan. Gimana?" sahutku.
"Oke." balas Adit diiringi Seulas senyuman dibibir rexy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silent(END)
RomanceCinta itu rumit ya? Dia bisa datang dengan tiba-tiba dan jatuh kepada orang yang salah. Terkadang kita harus sakit karenanya. Karena penghianatan ataupun karena harus memendam Cinta itu dalam-dalam. Tidak. Itu semua salah besar. Cinta yang sebena...