Love In Silent-19

250 8 0
                                    

Ray POV

"hoaaamm.." aku menguap lalu menatap sang surya yang sudah menampakkan sinarnya.

"Pagi dunia!!" ucapku sambil menyingkap tirai yang menutupi jendela kamarku.

Ponsel ku bergetar dan menampilkan sebuah nama yang ku kenal. Rexy. Aku mengangkat panggilannya dengan mata yang masih sangat mengantuk.

"Ray,gue mau ngomong sesuatu yang penting sama lo."

"Ngomong ya tinggal ngomong lah Rex. Pernah gak gue gamau ndengerin Lo?"

"Oke. Kalau gitu gue tunggu Lo di taman kompleks rumah Lo nanti sore ya. Please lo dateng. Karena gue gak tau sampai kapan gue bisa nemenin lo."

"Iya iya bawel."

"Lo,gak..."

Tuttt...

Aku memutuskan sambungan telpon sepihak. Aku sangat buru-buru untuk pergi ke rumah Ryan saat ini. Yap,kami berencana untuk pergi ke mall hari ini. Mengulang masa-masa saat kita berdua terhalang oleh Natalie yang terlalu terobsesi pada Ryan.

"Mama,abang,Ray pergi dulu ya."

"Kamu itu Ray,baru turun kok udah minggat lagi." Balas bang Atha.

"Abangku sayang,Ray itu udah gede,jadi Ray mau jalan-jalan sama siapapun suka-suka ya hehe"

"Hmm.. kayaknya ada yang udah baikan nih ya?" Balas Bunda.

"Bunda apa sih? Udah ya para fans Raya mau berangkat. Dah bunda,abang"

Aku melangkah ke arah Ryan yang sudah tersenyum manis dan menunggu di atas motor sportnya. Saat aku akan mendekati Ryan tiba-tiba aku tersandung batu dan terjatuh ke tanah.

"Bwahaha bodoh banget sih Ray Ray. Jalan tuh liat-liat Napa. Haha"

"Hey,orang jatuh itu ditolongin bukan di ketawain Ryan!!"

"Ya udah berdiri sendiri aja kali. Itu luka juga biasa aja."

Aku hanya memutar malas bola mataku lalu kembali berjalan menuju motor Ryan. Siku dan lutut ku sedikit perih,namun aku tetap menahan rasa sakit agar Ryan tidak menertawakan aku.

Jangan ditanya seperti apa wajahku sekarang. Mungkin warnanya Semerah kepiting rebus dengan saus tar-tar rasa mayonnaise.

Ryan menatap wajahku dari spion motor nya lalu tersenyum padaku. Sedangkan aku masih tetap memasang wajah Donald duck ku.

"Senyum dong Ray. Lo cantik kalau senyum."

Satu kalimat. Manis? Memang. Sampai rasanya aku ingin melayang ke angkasa. Dia. Dia memang sangat lihai membuatku terbang ke awan dan juga jatuh sejatuh-jatuhya dalam waktu bersamaan.

"Hei jangan menatapku seperti itu. Ayo cepat jalankan motornya."

"Ck,kau ini. Aku masih ingin menatap matamu Ray. Aku sangat merindukanmu."

Lagi!! Dia membuat jantungku berdegup kencang. Dia meraih tangan kanan ku yang melingkar di pinggangnya seraya berkata.

"Maaf ya Ray. Gue mohon Lo jangan pergi lagi."

Aku hanya tersenyum lalu menyandarkan kepalaku di punggung nya. Lalu dia menyalakan mesin motornya menuju tujuan.

Dalam perjalanan aku hanya bisa diam dan menikmati hembusan angin yang menemani keheningan diantara aku dan Ryan. Aku tersenyum cerah saat kami sudah sampai di tempat tujuan kami.

"Ayo turun princess,keburu film nya mulai."

"Mager gue Yan. Berasa lama banget gitu gue gak naik motor ini." Ucap ku.

Love In Silent(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang