Love In Silent-29

193 8 0
                                    

Lampu masih berpijar terang walaupun matahari kian bersinar terang. Hari ini hari kepulangan Rexy dari rumah sakit. Tetapi bukannya senang, Anita justru sedih mengingat keadaan adiknya saat ini.

Dokter mengatakan padanya bahwa Rexy mengalami hilang ingatan sejak tragedi pembantaian di ruangan nomor b-16 itu. Dokter telah memastikan bahwa ingatan Rexy hilang karena ada yang memasukkan dosis obat terlalu keras untuknya.

"Dokter... Apa adik saya tak bisa mengingat sesuatu?"

"Dia sebenarnya tidak hilang ingatan walau kepalanya sempat terbentur pasca kecelakaan, nyonya. Namun, aku curiga ada oknum yang telah menyuntikkan sesuatu atau mencampur sesuatu dalam tubuh adik mu. Sejauh ini yang kami ketahui, cairan itu sejenis dengan cairan pelumpuh daya ingat."

"Ku sarankan kau memperketat keamanan untuk menjaga adikmu dan berkonsultasi dengan dokter Ferinando untuk melakukan terapi." Ucap dokter itu.

Anita mengangguk dan tersenyum formal kemudian beranjak pergi. Sementara itu, di ruang inap Rexy, dia hanya melamun dan terus saja diam. Dengan pakaian rapi yang masih melekat wangi di tubuhnya, lelaki itu seperti mayat hidup.

Sejak kejadian pembunuhan itu terjadi, dia lebih suka diam dan merenung. Lelaki gagah itu tak lagi mengingat apapun selepas kejadian.

"Rexy... Kau sudah siap? Kita pulang sekarang ya?" Ucap Anita.

Rexy hanya diam dan enggan untuk berkata apapun.

James mengusap lembut bahu Anita yang lemah. Wanita itu bahkan terlihat sangat kacau. Sejak dokter memvonis adiknya mengalami gangguan pada ingatannya, wanita muda itu tak bisa tidur bahkan makan pun tak dirasakan olehnya.

Mereka semua berjalan menuju mobil yang terparkir di depan rumah sakit. Tiba-tiba saja, Rexy menoleh ke arah wanita itu.

"Luna..." Gumam nya sekilas.

-------------------------

Masih di London.

Ray menatap ke luar jendela dengan raut wajah gusar. Tempo lalu dia berhasil menemukan nomor Anita dan menanyakan keadaan Rexy.

Saat Anita mengatakan bahwa Rexy mengalami gangguan pada ingatan nya, gadis itu menangis terus menerus. Dia tak tau apa yang harus dilakukan olehnya. Dia ingin kembali ke negara asalnya itu, namun pekerjaan mencegahnya.

"Nona Natasha?"

Ucapan Aldrich memecahkan lamunan Ray.

"E-hh ya tuan?"

"Hei jangan seformal itu pada ku nona. Panggil saja aku Al."

"Hmm... Ya, Al. Kau juga harus memanggilku Natasha saja tanpa nona."

"Hahaha tentu Natasha."

Ray tak lama memutuskan untuk pergi dari hadapan Aldrich. Gadis itu menuju ruangan kakaknya untuk mengambil berkas berkas. Ray berusaha mengambil berkas yang ada diatas rak buku besar itu namun tak sampai.

Dia terus mencoba hingga tak sengaja mendorong rak buku itu. Mulutnya ternganga saat mendapati ruangan kosong di balik rak buku besar itu.

Dengan pikiran parau dan langkah gontai, gadis itu melangkah masuk ke dalam ruangan temaram itu. Di sana banyak foto dua orang dengan pakaian seragam yang berbeda.

Salah satu diantaranya Ray sangat mengenalnya.

"Atha? Ini kakak kan? Lalu siapa gadis dalam foto ini? Kenapa banyak foto bertebaran di ruangan gelap ini? Kenapa? Tu-tunggu, kenapa ada foto Natalie juga di sini? Apa sebenarnya hubungan nya dengan kakak ku dan gadis ini?"

Love In Silent(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang