Love In Silent-13

320 17 0
                                    

Ray POV

08.15,Mansion Atha.

Brakkk...

"Aduh, sakit." rintihku saat menuruni tangga mansion.

"Kamu kenapa Ray? Jalan itu yang benar." bunda menasehati ku.

"Ini semua gara-gara bunda nih gak bangunin aku pagi-pagi. Aku kan jadi telat berangkat kerja."
Ucapku sambil mengerucutkan bibirku.

"Apa kamu bilang? Bunda itu sudah letih membangunkan kamu tapi masih tidak bangun juga jadi bunda biarkan."

Aku hanya ber-oh-ria lalu berpamitan pada bunda. Bunda melarangku pergi bekerja karena kakak tidak suka aku bekerja. Dia bilang dia mampu membiayai aku kuliah.

Tapi tetap saja si keras kepala ini tak suka diatur. Aku ingin memiliki penghasilan sendiri, jadi bunda menyerah saja dengan keputusan ku.

Kebiasaan buruk ku di pagi hari memang seperti ini. Aku akan terlambat bangun lalu menyalahkan bunda atau alarm di kamarku.

Sementara bunda hanya bisa tersenyum dan menertawai kekacauan yang selalu ku buat saat pagi hari.

Aku tersenyum tipis mengingat kejadian setiap hariku. Tanpa ku sadari mobil sport merah yang mengantarku sudah sampai di tempat tujuan.

"Terima kasih Mr. Erick."

"Sama-sama nona."

Mr. Erick, itulah nama sopir pribadi kakak yang mengantarku ke kafe tempatku bekerja. Yap, sekarang aku sudah seperti putri raja yang menyamar menjadi pelayan dengan diantar jemput oleh mobil mewah.

Itu semua atas perintah dari boss ku. Athaya. Kakakku yang bawel itu tidak berhenti memarahi ku untuk tidak keras kepala dan menuruti kemauannya.

Pertama, dia menyuruhku berhenti bekerja. Kedua, dia menyuruhku berangkat kuliah pagi bersama sopir yang sudah diutusnya. Ketiga, dia bahkan akan mengirim pengawalnya jika terjadi sesuatu kepadaku.

Tapi tetap saja aku melanggar perintah nya. Aku tau mungkin saat ini dia sedang mengacak rambut nya karena frustasi membalas perkataan adiknya lewat telpon.

Maafkan aku kakak, bunda.

Aku tersenyum tipis lalu menyebrang ke arah RE-Coffe berada.

Saat berada di depan tempat itu aku sangat terkejut. Sepi sekali kafe ini. Tidak ada pembeli dan satupun pelayan berlalu lalang dihadapan ku.

Aneh? -batinku.

Aku mengotak-atik ponsel dalam genggaman ku. Ohh shiitttt ini tanggal merah!?!

Aku baru ingat hari ini tanggal merah dan tidak ada pekerja yang datang kemari. Bodohnya diriku? Mungkin aku terlalu lelah memikirkan lembaran demi lembaran diary milik ayahku.

Yaps, aku membaca buku itu hampir semalam suntuk. Sampai-sampai aku tak bisa tidur dan akhirnya terlambat.

Eh ternyata yang aku khawatirkan tak terjadi dan percuma. Hari ini libur, sayang.

Ahh aku mengacak rambut ku frustasi lalu kembali ke halte bus kemarin malam. Jujur saja, aku masih sangat takut datang kemari setelah kejadian yang hampir saja menimpaku.

Aku menyapu pandangan sekitarku dan tak menemukan kecurigaan yang mendalam. Jadi aku berusaha santai seperti pengguna halte lainnya.

Aku mengecek ponselku dan memainkan beberapa permainan anak kecil di sana. Seperti mobile legend, mungkin?

Uppss ralat!! Semua umur menyukai game ini termasuk aku.

Lama sekali aku menunggu bus ini. Dan tiba-tiba pandangan semua orang mengarah ke arah jalanan luas di depanku. Refleks, aku juga ikut menoleh.

Love In Silent(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang