"Awh! Sakit. "
"Oh. Maaf maaf. Saya tidak sengaja. "
Myungsoo sedang duduk di ranjang pasien disalah satu poli klinik di rumah sakit.
Seorang dokter sedang mengobati kedua kaki Myungsoo yang terluka cukup parah setelah membawa Jiyeon dari sawah menuju rumahnya dengan tanpa alas kaki.
"Kau sangat berani, terluka seperti ini masih bisa berlari dengan menggendong seorang wanita. "Ucap dokter itu yang sedang membersihkan luka pada telapak kaki Myungsoo.
"Aku tidak sadar Dokter, yang aku pikirkan aku harus menyelamatkannya. "Myungsoo menatap dokter yang sedang mengobati lukanya. "Dokter Park.
Park Bogeom. Dokter yang mengobati luka Myungsoo.
"Myungsoo? "Seseorang masuk ke dalam ruangan itu.
"Dokter Chan? "Dokter Park.
"Myungsoo. Luka kamu, Dokter Park. Lukanya parah? "Tanya Dokter Chanyeol.
"Cukup parah, tapi sudah kubersihkan. Istirahatlah Myungsoo, lukamu akan cepat sembuh. "Dokter Park sudah selesai memberikan pengobatannya pada pasiennya.
"Myungsoo. "Chanyeol duduk disamping Myungsoo.
"Iya dok? "Myungsoo.
"Terima kasih. Aku tidak tau harus bilang apa. Aku, terima kasih Myungsoo. "Chanyeol mengusap kepala Myungsoo.
"Sama-sama Dokter. "
"Kau tinggallah di Rumah sakit ini beberapa hari, untuk mengobati luka kaki kamu. Masalah biaya, aku yang menanggung Myungsoo. Bagaimanapun, kau penyelamat adik aku. "Chanyeol.
"Tapi kak, sekolah aku-"
"Dengan luka yang masih basah seperti itu kamu tidak akan kuat berjalan dalam waktu yang lama. Myungsoo. "Dokter Park.
"Dengarkan kata dokter. Itu baik untukmu. "Chanyeol.
"I-iya Dok. "
"Ya sudah. Ruangan kamu sudah siap, aku antar kamu keruangan kamu ya Myungsoo. "Chanyeol membantu Myungsoo beranjak dari ranjang itu dan duduk di kursi roda yang memang tersedia disana.
"Jiyeon apa kabar kak? Tidak apa-apakan dia dokter? "Myungsoo.
"Jiyeon tidak apa-apa Myungsoo. Tapi, kau belum bisa menemuinya. Maaf ya. "Chanyeol.
"Iya kak. "Myungsoo mengangguk.
....
"Sayang. Ibu bawa buah buahan. Kamu udah minum? "Bu Taehee datang dengan membawa satu keranjang buah-buahan segar.
"Udah bu. "Jiyeon merubah posisinya dari berbaring menjadi duduk.
"Hati-hati sayang. "Bu Taehee membantu putrinya duduk.
"Myungsoo dimana bu? "Jiyeon.
"Teman kamu dirawat di rumah sakit ini juga Sayang. Kakinya cukup parah. "Bu Taehee.
"Itu karena aku bu. Aku bikin dia terluka. "Jiyeon.
"Enggak sayang. Enggak. Dia akan baik baik aja kok. Kakak kamu yang rawat dia. Dia akan baik baik aja kok. "Bu Taehee.
"Hallo. "Seorang Dokter datang menghampiri pasiennya.
"Hallo. Dokter Oh. "Sapa Bu Taehee.
"Hallo kak. "Jiyeon.
"Gimana kondisi kamu Ji? "Tanya Dokter Oh Sehun.
"Baik. Udah baik kok. "Jiyeon.
"Apa ada yang dirasain? Mual atau pusing? "Dokter Oh.
"Enggak. "Jiyeon menggelengkan kepalanya.
"Jiyeon. Mulai malam ini, kamu akan kembali menjalani kemoterapi. Kami, sudah memutuskan. Jika memang kondisi kamu baik, malam ini kita mulai. "Dokter Oh.
"Berapa banyak kemo yang diberikan? "Tanya Bu Taehee.
"Dua puluh lima kemoterapi yang akan dijalani Jiyeon Bu. "
Bu Taehee menghela napas sesak. Ia harus kembali menyaksikan siksaan yang akan dilalui oleh putrinya.
"Aku siap kok kak. Sebelumnya aku bisa kan? Sekarang pun, aku yakin bisa melewatinya. "Jiyeon tersenyum menatap ibunya. Meyakinkan ibunya bahwa ia akan baik-baik saja.
.....
Hari sudah malam, myungsoo yang sendirian di ruangannya merasa bosan.
"Abi mana sih? Lama banget. "Myungsoo beranjak dari ranjangnya dan melangkah dengan perlahan.
"AWWH! "Myungsoo merasakan ngilu pada kakinya saat menyentuh lantai.
Myungsoo mengambil dua buah tongkat yang membantunya berjalan tertatih.
Myungsoo berjalan keluar ruangannya sebab ia merasa bosan. Myungsoo menyusuri koridor rumah sakit.
"Jiyeon dimana ya? "Myungsoo bermaksud untuk menemui Jiyeon.
Dengan kondisinya, Myungsoo tak mampu berjalan dengan cepat. Ia melangkahkan kakinya perlahan dengan bantuan tongkat di kedua tangannya.
"Sakiit! Abang! Sakit bang. Aaaa! Huweeeek! "
Terdengar suara jeritan seseorang yang disertai kalimat yang membuat ngilu.
Myungsoo mengenali pemilik suara itu. Myungsoo berusaha mempercepat langkahnya.
"Abang sakiiit! Ibuuu! Abang, ab Huweeek! Sakiit. "
Suara itu semakin terdengar jelas. Myungsoo sampai di depan sebuah ruangan pasien.
Dari kaca kecil yang ada di pintu ruangan itu Myungsoo mengintip siapa yang ada didalam.
"Jiyeon? Ji. "
Terlihat Jiyeon yang sedang menangis dalam pelukan chanyeol. Terlihat Jiyeon yang meronta menahan rasa sakit yang ia rasakan dari efek kemoterapi yang di jalaninya. Beberapa kali pula Jiyeon memuntahkan cairan bening.
"Ji-"
"Jangan. "
Saat Myungsoo akan membuka pintu itu seseorang menahannya. Myungsoo menoleh pada seseorang yang menahan pintu itu.
"Dokter Oh? "Myungsoo.
"Jangan masuk. "Dokter Oh Sehun menghalangi niat Myungsoo untuk masuk kedalam ruangan Jiyeon dirawat.
"Saya ingin masuk dok. "Myungsoo.
"Jangan Myungsoo. Biarkan mereka. "Dokter Oh.
"Tapi Jiyeon-"
"Ini efek kemoterapi yang dijalaninya. "
"Kemoterapi? Lagi? Kenapa dok? "Myungsoo.
"Jiyeon. Kankernya kembali dan lebih parah Myungsoo. Dia harus kembali menjalani kemoterapi. "
Myungsoo menatap Jiyeon yang sedang kesakitan dalam pelukan kakaknya. Tak terasa air matanya mulai menetes. Ada rasa perih yang Myungsoo rasakan pada dadanya saat melihat Jiyeon yang menangis dengan raut wajahnya yang pucat.
Terlihat oleh Myungsoo, Jiyeon yang meremas pakaian Chanyeol saat menahan rasa sakit. Chanyeol terlihat tegar mendampingi adiknya yang mengalami efek dari pengobatan yang dijalaninya.
Dengan melihat hal itu, Myungsoo semakin sakit saat mendengar teriakan Jiyeon yang mengatakan bahwa dirinya sangat sakit, jiyeon berteriak bahwa ia sudah tidak kuat dengan yang ia rasakan saat ini.
Myungsoo ingin masuk ke dalam ruangan itu namun dokter oh menghalangi nya.
"Jangan. Tolong! Jangan masuk. Percayakan Jiyeon kepada kakaknya. "
"Tapi aku-"Myungsoo tak mampu meneruskan kalimatnya. Ia sudah semakin sakit. Air matanya terus mengalir. Bahkan, Myungsoo menangis sesenggukan melihat Jiyeon dari balik pintu.