Prolog

5.1K 349 4
                                    

Darah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Darah ...

Hanya aroma amis darah memenuhi indra penciumanku. Kepalaku terasa berdenyut saat aku berusaha membuka mataku. Tubuhku seakan mati rasa, tak bisa merasakan apapun namun tetap kupaksakan tubuhku untuk bergerak. Berjalan gontai, bahkan aku tak bisa merasakan tanah yang aku pijak. Rasanya aku seperti berjalan di udara. Pandanganku mengabur, aku kembali terjatuh dalam kubangan darah merah pekat yang masih segar.

Aku terbatuk, beberapa darah masuk ke mulutku. Sial! Sekarang seluruh indra pengecapku dipenuhi rasa anyir. Tapi yang lebih menyebalkan ini bukan darah milikku. Melainkan milik para serigala yang sudah gugur di tanah ini. Kepalaku terasa sakit saat kilasan ingatan beberapa jam lalu menyerang kepalaku. Hatiku seperti terpotong jadi bagian yang lebih kecil saat menatap pemandangan yang ada di sekelilingku.

Tak ada hal lain yang bisa ku lihat selain mayat para serigala dan genangan darah merah yang menyebar sejauh mata memandang. Perasaan menyesakkan menghujami dadaku. Membuatku merasa kematian adalah hal terbaik dari pada menyaksikan pemandangan mengerikan ini. Tapi tidak ... Mungkin Dewi Bulan masih memberiku waktu untuk menebus dosa-dosaku. Atau mungkin Dewi Bulan sudah menyiapkan kutukan lain untuk membalas segala dosa-dosaku. Ya, pasti seperti itu ...

Tubuhku kembali tumbang saat merasakan sesuatu menarik kaki kiriku saat berusaha melangkah. Seorang pria wolf yang belumuran darah menatap sayu ke arahku. Tangan kanannya yang dipenuhi bekas cakaran mencengkram kakiku erat. Tangan satunya berusaha menggapaiku. Sedangkan aku berusaha melepaskan diri dari pria itu.

"Pembunuh ..." desis pria itu penuh penekanan. Mata sayu yang tampak kosong beberapa detik yang lalu berubah jadi tatapan penuh kebencian dan kulihat dendam di sana.

"Dewi akan menghukummu! Moongoddess yang agung pasti akan memberikan hukuman yang setimpal dengan perbuatanmu!" teriak pria itu dengan amarah yang menggebu-gebu membuatku semakin berusaha melepaskan diri. Dadaku terasa semakin menyempit dan perkataan pria itu membuatku semakin berusaha keras membebaskan diriku. Dengan segenap kekuatan yang tersia, kutendang kuat-kuat kepala pria itu. Cengkeramannya baru terlepas setelah sekitar lima kali aku menendangnya.

"Kau akan menyesal ..." desis pria itu lirih dengan suara yang sudah sangat parau dan menyedihkan. Membuatku berhenti dan menatap wajah pria itu yang mungkin sebentar lagi akan menjemput ajalnya.

"Akan ada satu hari dimana kau akan merasakan namanya kehilangan. Kau akan kehilangan segalanya! Kau akan hancur! Kehancuran yang membuatmu memilih mati dari pada terus hidup dalam penderitaan yang tiada akhir! Ingat ... lah kata-kataku ini. Tunggulah hari itu! Moon goddes pasti akan menghukummu! Karena hari ini, aku mengutukmu!"

Mendengar kutukan pria itu membuatku seakan tak mampu bergerak. Langit tampak kelabu gelap, seolah Dewi benar-benar murka dan mengabulkan kutukan dari pria itu. Tanpa sadar air mataku turun begitu saja, pandanganku semakin mengabur dan sisa tenaga yang yang kumiliki tak mampu membuatku tetap tegap berdiri. Kegelapan menelanku dan suara teriakan kematian terus berdengung dalam mimpiku.

***

My Luna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang