21.Rasa yang Terpendam

1.9K 89 0
                                    

Perlahan Asyhilla membuka pintu tersebut, dan yang ia dapati

"Cari siapa, om?"

"Pak Bram nya ada?,"

"Ada, silahkan masuk om,"

Asyhilla membuka lebar-lebar pintu rumah itu, dan Bram yang notabenenya Papa Dhian begitu senang melihat kedatangan Rizal.

Asyhilla menduga bahwa orang bernama Rizal adalah orang tua dari calonnya Dhian, dan dugaan itu benar.

"Maaf ya, Bagas agak telat datangnya, "

"Iya, nggak apa-apa kok, " ujar Bram.

Rumah tersebut nampak menghening sejenak, dan setelah ketukan pintu terdengar keheningan itu pecah seketika. Semua keluarga sudah berkumpul, dan Dhian membukakan pintu dan benar saja calonnya kini datang, Dhian membawa calonnya masuk, dan separuh keluarga nampak sedikit kaget.

Jadi, Bagas itu Fabian? -kaget Asyhilla.

Astaghfirullahaladzim, cobaan apalagi untuk Asyhilla, ternyata yang di grup itu bener?

Loh, bukannya itu mantannya Syhilla.

Seperti itulah kagetnya beberapa orang yang telah mengenal Fabian sebagai mantan kekasihnya Asyhilla.

"Eh, nak Bagas udah datang, sini ajak duduk yan, " ujar Rina dan Bram kedua orangtua Dhian.

Dan Luis, kakak kandung Dhian yang mengenal Fabian pun kaget akan tingkah laku adiknya yang tak tau bahwa itu adalah mantan kekasih saudaranya.

Asyhilla menatap penuh kekosongan ke arah Fabian, mungkin memang tak sepenuhnya rasanya tersimpan begitu dalam untuk Fabian, tapi yang jelas masih ada rasa yang tertinggal didalam kalbunya.

Fabian duduk dimeja makan, bersama keluarga Dhian. Ia sejenak melirikkan matanya ke arah Asyhilla yang berada dihadapannya, namun Asyhilla memalingkan pandangannya. Makan malampun berjalan dengan lancar, namun rasa canggung menyelimuti batin Asyhilla, dan Fabian.

Kedua orangtua Asyhilla hanya diam, menahan banyaknya pertanyaan di kepala mereka, namun satu kalimat memecahkan semua pertanyaan itu.

"Loh? Fabian? Bukannya udah putus sama Asyhilla ya?" Ujar Revan yang menghampiri meja makan sepulang dari kuliah.

Bersamaan dengan itu juga, Loli saudara kembarnya mencubit lengan kiri Revan.

"Kalo nggak tau apa-apa diem aja!" ujar Loli berbisik.

"Uhuk, " Dhian tersedak saat sedang minum, ia kaget,

Allahu akbar! -Batin Asyhilla

Asyhilla mendelikkan matanya, Avi pun mengalihkan topik pembicaraan.

"Ohya, besok kita jadikan jalan? Bareng aja gimana?" Ujar Avi yang mengajak Asyhilla mengobrol.

"Ooo, iya Vi, ma, pa, Syhilla kekamar ya, " ujar Asyhilla yang beranjak dari kursi. "Syhilla ngantuk, duluan ya, " Asyhilla perlahan meninggalkan semua kecanggungan di meja makan, Avi dan Luis pun menyusul.

Revan dan Loli kebingungan, apa yang sedang terjadi? Dan kenapa ada orang lain dimeja makan ini? Apakah ada yang tak mereka ketahui? Dan benar saja, seharusnya malam ini adalah perkumpulan keluarga untuk mengenalkan calon Dhian, yaitu Fabian, tapi malah bukan semua keluarga yang berkumpul hanya orang-orang tertua, seperti orangtua Asyhilla, orangtua Avi, orangtua Luis dan Dhian, serta orangtua Revan dan Loli.

"Ini putra saya, Fabian Bagaskara, "

Fabian hanya tersenyum ditengah ruang tamu itu.

"Yan? Kamu ajak nak Bagas keliling rumah dulu ya, " ujar Eyang.

"Iya yang, "

Fabian pun diajak berkeliling oleh Dhian, dan bercerita tentang hal-hal lucu yang ada dalam hidup mereka, hingga akhirnya Dhian bertanya tentang apa yang dikatakan Revan.

"Kamu, beneran mantannya Asyhilla?"

"Ya, gitu, "

"Berapa lama?"

"Sekitar 3 tahun, "

"Lama juga ya, terus kenapa putus?"

"Syhilla hijrah, dan keputusan dia buat aku sekarang kayak gini, "

"Kamu masih suka sama Syhilla?"

Fabian tersenyum.

"Sekarang, aku udah dijodohin Papa untuk menikah sama kamu, "

"Terus? Kamu mau?"

Fabian pun mengangguk.

Disisi lain, kamar Asyhilla.

"Lo udah lama move on kan?" tanya Avi yang menemani Asyhilla duduk di balkon yang mengarah ke taman belakang rumah yang ia tempati sekarang.

"Buat apa Vi, aku hijrah karena Allah, bukan karena mau Move on. " ujar Asyhilla yang sekarang berdiri memegang pagar pembatas balkon.

"Sakit nggak Syhill?" tanya Avi.

"Ya, sakit sih ada, sedikit?" ujar Luis yang berdiri dan tak sengaja melihat Dhian bersama Fabian.

"Ya, sakit pasti ada, bukan lebih ke arah sakit karena kecewa sama Dhian, tapi gaktau kenapa?"

Luis segera berdiri menutupi pandangan Asyhilla.

"Kenapa sih kak? "

"Ng-nggak apa-apa, " ujar Luis yang menggaruk kepalanya.

Tak sengaja Asyhilla menoleh ke bawah, dan melihat Dhian bersama Fabian sedang berjalan-jalan.

Luis dan Avi, menyuruh Asyhilla untuk tidur dan meninggalkan kamar Asyhilla. Avi dan Luis pun mengantar Fabian pulang ke depan rumah. Dan dari jendela atas, Asyhilla melihat Dhian yang mengantar hingga depan gerbang, terlihat jelas Dhian yang begitu bahagia sampai-sampai memeluk Luis kegirangan.

"Aku tahu, Allah akan datangkan jodoh padaku saat waktunya sudah dekat, " ujar Asyhilla yang menutup perlahan horden putih di kamarnya.

Dimobil Fabian.

Kenapa hati aku sakit, aku ngerasa udah nyakitin Asyhilla, Ya Allah, kenapa engkau datangkan sakit di relung hati hamba - Batin Fabian

"Apa Bian salah milih ya, Pa, " gumam Fabian.

"Ada apa, Bi?"

"Papa liat nggak, cewek yang pake hijab selain Dhian, "

"Liat, Asyhilla kalo nggak salah, " ujar Rizal.

"Itu, mantan pacar Bian, Pa, " ujar Bian kecewa, "Bian jadi ngerasa nggak enak, Pa, "

"Kamu masih suka sama dia?"

Diam, itulah yang Fabian lakukan. Ia merenung, tentang semua keputusannya, bahkan keputusannya untuk tinggal bersama Papanya beberapa bulan terakhir ini masih menjadi sebuah pertanyaan bagi dirinya sendiri.

Singapore,

Seorang wanita paruh baya, duduk di kursi tepi sungai, ia kini memandang ponselnya.

"Mama rindu, Bi, "

Relationship Goals [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang