24.Kebenaran yang terungkap

2K 88 0
                                    

Pagi hari, di hotel tempat Asyhilla menginap. Ia kedatangan tamu saat ia baru saja bangun, seorang pemuda yang sudah siap dengan koper dan passportnya. Datang menjemput Asyhilla.

Ting tong

Asyhilla mengusap wajahnya, ia mengambil pashmina yang kemudian ia kerudungkan di kepalanya dan ia lilitkan ke lehernya. Ia membuka pintu dan melihat Avi. Avi masuk kerumah kamar Asyhilla,dan Asyhilla pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.

"Ada apa, Vi? Tumben pagi-pagi, " Tanya Asyhilla yang baru keluar dari kamar mandi.

"Kita pulang, Syhill, "

"Loh, kenapa?"

Avi menceritakan tentang Dhian yang meminta hak dalam perusahaan, Asyhilla kaget karena ia baru tau jika Dhian bukanlah adik seibu dengan Luis. Luis adalah anak kandung dari Bram dan Rina, sedangkan Dhian adalah anak kandung dari Bram bersama wanita lain. Rina adalah kakak dari Rudi ayah Asyhilla, dan Fira ibunda Avi, serta adik dari Genta ayah Loli dan Revan. Dhian memanglah adik kandung sedarah dengan Luis, memang hanyalah berbeda ibu, namun perlakuan Dhian yang meminta hak waris perusahaan seolah melupakan keluarga yang sudah mengalir dalam darahnya sejak kecil.

"Selama ini mungkin lo nggak sadar, Syhill. Kemanapun Luis pergi, dimanapun dia ada pertandingan basket sekalipun yang dia ajak selalu lo Syhill. Bukan Dhian, adiknya. "

"Semuanya tau, kecuali aku?"

Avi mengangguk.

"Dan gue juga memperlakukan lo seperti Luis jagain lo, Revan dan Loli awalnya nggak tau. Tapi karena, ada insiden Dhian yang jatuh dari tangga, akhirnya mereka tau kalo Dhian adik Luis beda ibu, soalnya golongan darah mereka beda. Luis golongan darahnya A sama dengan Om Bram A dan Bunda Rina O tapi Dhian malah B. Kan mereka curiga, dan Papi Genta cerita. "

Genta selaku ayah dari si kembar Revan dan Loli menceritakan semua rahasia keluarganya. Luis dan Dhian terpaut usia 3 tahun, dan saat Bram belum pulang dari luar kota. Seorang wanita ditemani anak kecil berusia 8 tahun datang kerumah Luis yang saat itu masih berada di Tangerang. Dan wanita yang usia tak terlampau jauh dari Rina mengatakan bahwa "Ini anak adik saya dengan Bram, saya kakak Mona. " Rina hanya terdiam ditengah pintu, mematung, membisu seolah dunianya kini hancur, namun ia tetap tegar hingga Bram menceritakan semuanya saat ia tiba dirumahnya.

Flashback On

"Kamu siapa?"

"Gue Luis, lo siapa?"

"Aku Dhian, anak papa Bram. "

"Berarti, lo adek gue?"

Dhian yang saat itu belum mengerti hanya mengangguk. Rina mencoba untuk tidak bertengkar, namun hatinya meronta-ronta.

Rina sedang menghidangkan makanan diatas meja makan, ia mencoba mengawali pembicaraan kepada Bram yang sudah duduk dengan heningnya, namun malah didahului oleh Bram. Bram mengambil ikat rambut berwarna pink dengan boneka kelinci.

"Tadi ada Asyhilla, Ma?"

Rina hanya menggeleng lalu, "Nggak ada, cuma ada Dhian, " Rina masih dalam batas sabar.

"Dhian?"

"Iya, anak kamu sama Mona kan?" Ucapan Rina datar namun menusuk hati Bram.

"Maksud kamu apa?"

"Kamu yang maksudnya apa? Aku salah apasih mas? Sampe-sampe kamu punya anak sama wanita lain?"

Saat Bram hendak bersimpuh meminta maaf kepada Rina, Rina langsung memanggil Luis dan Dhian.

"Luis, ajak Dhian makan nak, "

Rina tetap bersikap baik kepada Dhian, namun yang dirasakan Bram adalah siksaan batin. Rina tetap menjaga rumah tangganya, ia tak mau keluarganya tau tapi pada akhirnya semua keluarga tau. Awalnya, Rina hanya mengaku bahwa Dhian adalah anak angkat, namun lama-lama Bram tersiksa akan batinnya yang sakit saat Rina tetap berperilaku baik kepada Dhian putrinya.

Pengakuan Bram, jelas memancing kegaduhan dalam keluarga Rina. Apalagi karena, Rina adalah anak kedua di keluarganya, beberapa anggota keluarga menyarankan untuk bercerai namun Rina tetap membangun rumah tangganya bersama Bram hingga kini. Hanya saja, Rina bersikap biasa saja terhadap Bram, peduli tapi kadang acuh.

Hati wanita mana yang tak sakit? Jika cintanya di duakan? Apalagi, sekarang anak dari wanita lain disebarkan olehnya. Sungguh, Rina adalah wanita tegar yang Luis banggakan.

Flashback Off

Asyhilla dan Avi sekarang sudah sampai di bandara, mereka kini menuju ke pesawat dan duduk di kursinya. Asyhilla yang baru menyadari sikap Dhian, malah terlintas dibenaknya wajah Fabian.

"Syhill, pokoknya kita harus selamatin keutuhan keluarga besar kita. "

Asyhilla mengangguk, dan setelah berjam-jam di pesawat dan transit satu kali di Kuala Lumpur, mereka tiba di Indonesia tepatnya di Yogyakarta. Mereka bergegas menaiki taksi dan menuju rumah eyang yang tak terlampau jauh dari bandara.

Barulah hendak mereka mengucap salam, suara Dhian sudah terdengar menggelegar hingga kedepan pintu.

"Aku kan juga anak papa! Jangan Luis aja yang dibangga-banggain!"

Asyhilla dan Avi perlahan masuk kerumah yang sedang gaduh itu, Revan dan Loli yang melihat mereka segera menyuruh mereka masuk.

"Buruan masuk!" Bisik Loli dari jauh.

"Asal lo tau! Gue rela kasih sayang mama dibagi buat lo! Tapi apa yang lo bales buat keluarga ini!" Kesal Luis.

"Kita nggak bermaksud pamrih, tapi lo harus jaga sikap, kita nggak pernah beda-bedain lo, semua sama cucu oma dan opa, cicitnya eyang. " ujar Revan.

"Kalo kita nggak sayang, kita nggak akan terima kamu yang datang dianter sama tante kamu sendiri. Dan bahkan mereka menitipkan kamu ke Rina, apa kamu nggak bisa bedain? Keluarga mana yang nerima kehadiran kamu?" Sahut Fira mama Avi.

"Kamu diperlakukan sama. Dan jika keluarga ibu kamu menerima kamu lebih baik dari keluarga ini, mungkin kamu nggak tinggal dan dibesarin sama keluarga ini, " ujar Genta.

"Pa! Papa jangan diem aja!" Kesal Luis yang duduk berkerumun bersama keluarga besar Ibunya.

"Bunda sudah rawat kamu, dan nggak pernah sedikitpun bahas soal kamu yang bukan anak kandungnya, bukannya Syhilla ikut campur, tapi kalo kamu jadi bunda. Saya rasa kamu nggak akan kuat, "

"Lo nggak usah ikut campur!" Dhian menunjuk ke Asyhilla yang ikut bicara.

Avi yang sedari tadi menahan amarah kini tak bisa menahan lagi. "Lo nggak usah nunjuk-nunjuk Syhilla! Lo itu nggak tau terimakasih! Kalo lo mau sama keluarga ibu lo! Yaudah sana!" Kesal Avi yang menghalangi tangan Dhian yang menunjuk kearah Asyhilla.

"Dhian, jangan menyalahkan orang hanya karena kamu tidak ada yang membela, kamu nggak bisa melampiaskan semuanya ke Asyhilla. Asyhilla nggak tau apa-apa, dia putri saya, kalo kamu ada apa-apa selesaikan dengan saya, papanya. " ujar Rudi papa Asyhilla.

Ucapan Rudi semakin menyayat relung hati Bram, hingga ia akhirnya angkat bicara. "Kamu mau perusahaan! Ambil! Kamu urus semuanya! Tapi tolong! Jangan hancurkan keluarga ini! Mereka sudah nerima kamu! Papa juga nggak pernah ngelantarin kamu! Asal kamu tau, keluarga Mona yang nggak nerima kamu sebagai anggota keluarganya. "

Dhian dengan raut wajah penuh kekecewaan pergi meninggalkan ruang keluarga dan meninggalkan rumah Eyang, entah kemana. Tapi yang pasti ia pergi meninggalkan keluarga ini.

Relationship Goals [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang