Bab 5 (The Beautiful Day And A Story)

8 3 0
                                    

Pagi yang udaranya begitu sejuk Mona pun terbangun oleh ketukkan pintu dari luar yang tak lain dan tak bukan adalah mamanya "Mon ayo bangun sayang." ucapnya dengan begitu lembut. "Iya ma bentar lagi yaa lima menit lagii." sahut Mona dengan menarik selimutnya lagi menutupi tubuhnya.


"Ini ada temen kamu tuh jemput kamu. Rendy tetangga baru kita." ucap Desi kepada anaknya yang masih tidur. Bukan tapi sudah bangun malah tidur lagi. Dengan cepat Mona membuka matanya "I..iya ma Mona bangun." sahutnya dari dalam kamar.

Duh ngapain sih tuh anak kemari udah di bilangin gak usah jemput eh malah di jemput. Yaa itulah yang ada di pikiran Mona, dan ia pun teringat kata-kata Rendy yang akan menjemputnya setiap hari dan laki-laki itu berkata tak mau menerima penolakkan apapun dari Mona. Dasar gila tuh cowok. Di lihatnya jam dindingnya masih menunjukkan angka setengah 6 pagi. Memang beneran gila dia mana mungkin berangkat jam segini. Pikirnya. Lalu ia pergi untuk bersiap-siap.

"Ngapain sih kok lo pakai jemput gue. Kan gue gak--." belum sempat Mona selesai bicara saat menuruni anak tangga Rendy sudah memotong pembicaraannya "Kan gue udah bilang kagak mau nerima penolakkan." jawabnya dengan santai. Mona pun langsung berpamitan dengan mamanya dan menyalami punggung tangannya begitu pula dengan Rendy.

"Yaudah ma, Mona berangkat dulu yaa. Assalamu'alaikum." ucap Mona begitu pula dengan Rendy "Kita berangkat dulu yaa tan. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." ucap Desi dengan tersenyum kepada mereka berdua "Hati-hati di jalan yaa." imbuhnya. "Iyaa." jawab keduanya dan sejurus kemudian mereka berangkat.

Di jalan yang tidak begitu macet ini mereka berboncengan. Kenapa tidak macet? Ya karena masih pagi jadi jalanan masih belum terlalu padat oleh banyaknya orang yang akan pergi ke kantor. Oleh karena itu Rendy memilih berangkat lebih pagi agar bisa pergi ke taman dulu sebelum ke sekolah. "Kok jalannya beda bukan ke arah sekolah? Mau nyulik gue lu ya?." tanya Mona pada Rendy. Karena ia merasa arah jalannya bukan menuju ke sekolah. "Udah diam aja." jawab Rendy. Ia tau kalau gadis yang di boncengnya ini pasti belum sarapan karena ia tadi langsung berpamitan pada mamanya. Dan kebetulan di taman juga ada yang jualan nasi bungkus.

Sesampainya mereka di taman yang banyak di tanami beberapa bunga dan membuat udaranya menjadi semakin sejuk. Rendy pun hanya diam tanpa mengucapkan sepatah kalimat pun tetapi Mona yang sedari tadi ingin menanyakan beberapa pertanyaan dan malah ia yang memulai pembicaraan. "Ngapain lo ngajak gue kesini bukannya ke sekolah?." tanyanya tapi tak di gubris oleh Rendy. Rendy malah memilih untuk duduk di kursi panjang yang ada di taman tersebut. "Hei jawab, jangan-jangan lo beneran mau nyulik gue ya?." tanya Mona. Dan akhirnya di jawab oleh Rendy "Dih ngapain nyulik lo kayak gak ada cewek lain apa. Udah diem dulu sini. Bentar lagi lewat." ucap Rendy

Sedangkan Mona tak tahu apa yang di maksud Rendy dengan 'bentar lagi lewat. ' hanya diam dan langsung duduk di sebelah Rendy. "Nah gitu kan enak langsung duduk gak perlu pakai nanya-nanya segala." celetuk Rendy. Tapi hanya di hiraukan oleh Mona. Tak lama kemudian lewatlah bapak penjual nasi bungkus keliling. "Pak nasinya yaa dua di makan sini aja." panggil Rendy pada bapak penjual nasi bungkus itu. "Oke siap deh mas." ucap bapao penjual nasi bungkus itu.

"Ngapain?." tanya Mona karena ia melihat Rendy yang memesan nasi bungkus. "Ya mau makan lah. Lo pasti belum makan kan. Orang tadi lo langsung berangkat kagak sarapan dulu." jawab Rendy sambil menatap wajah Mona. Dan mata mereka pun bertemu pandang apalagi di tambah dengan suasana pagi yang menyejukkan angin pangi yang sepoi-sepoi menerbangkan rambut Mona dengan begitu lembut. Cantik hanya itu yang ada di pikiran Rendy. Begitu juga dengan Mona satu kata yang bisa mendiskripsikan wajah Rendy yaitu ganteng. Tanpa mereka sadari sedari tadi bapak penjual nasi bungkus itu membuyarkan lamunan mereka.

RESETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang