Bangunan bertingkat dua lantai itu berada di tengah kota, beberapa belas kilometer dari kantor kepolisian pusat, berwarna abu-abu gelap dengan tulisan Seungbu Private Investigation Agency di papan namanya. Agensi ini cukup dikenal masyarakat karena berbagai jasa yang telah mereka lakukan dan prestasi yang telah dimuat di banyak media cetak maupun elektronik. Tidak ada biaya yang diminta para agen ini kepada klien, namun mereka memberikan satu syarat kepada para pemohon:
Game yang kalian berikan harus menarik!
Bagaikan slogan, kata-kata itu tertulis jelas pada selebaran yang tertempel tepat di samping pintu masuk bangunan. Beberapa klien yang ingin membuat permohonan terpaksa mengurungkan niatnya saat melihat syarat itu. Mereka ragu, takut, dan tidak yakin jika sang nona muda, yang saat ini berada di dalam kantor direktur agensi, akan tertarik dengan kasus yang mereka berikan.
Tidak ada yang berani menentang bahkan mengabaikan tiap permintaan maupun perintah yang ia berikan. Kalaupun ada yang memiliki keberanian cukup tinggi untuk melakukannya, hanya ada satu orang saja.
"Bagaimana dengan urusanmu?" ucap seorang pria bertubuh tegap dengan rambut panjang sebahu yang tampak mulai memutih. Pria itu duduk dengan tenang di ruangannya yang penuh medali serta penghargaan, juga berbagai foto dari beberapa pengalaman penting yang tak bisa dilupakan.
Di meja kerja pria tersebut, sebuah foto yang menampilkan sang nona muda dan si pria kaku memegang penghargaan dengan senyum di wajah mereka telah dibingkai dengan rapi, dan ia juga mengetahui bahwa pria ini, yang dipanggil dengan sebutan leader olehnya, merawat foto tersebut serta membersihkannya setiap saat karena melihat tidak ada debu atau goresan pada foto tersebut.
Sang nona muda yang datang kemari karena waktu istirahatnya telah selesai segera menghela napas. Lalu menjawab, "Membosankan. Semuanya tidak sesuai dengan yang aku harapkan. Pria bodoh itu bahkan tidak mengetahui jawaban dari game sederhana dan kau menyuruhnya untuk menjagaku? Aku bahkan berani bertaruh kalau gelandangan di jalan memiliki IQ yang lebih tinggi darinya."
Leader tertawa pelan, namun pandangannya tetap fokus pada lembaran dokumen yang sedang ia baca isinya.
"Jangan hanya tertawa," ucap sang nona muda, "Apa tidak ada orang lain yang bisa menggantikan pria itu? Dia bukan asisten atau penjaga atau apapun jabatan yang dia miliki. Dia hanya pengganggu. Dari luar saja dia terlihat seperti seorang pria, tapi aku yakin di dalamnya ada seorang ibu-ibu rumah tangga yang kerjanya hanya bergosip dan memerintah setiap saat."
"Jadi, jiwa Edgar sebenarnya adalah ibu-ibu rumah tangga?" Leader kembali berbicara, dan kini ia memberikan sebuah fakta bahwa nama dari si pria kaku, seseorang yang diklaim sebagai pemilik jiwa ibu-ibu, adalah Edgar. Namun mendengar nama itu disebut, partner dari si pria kaku terlihat tidak senang.
"Dia Edgar palsu!" jawabnya sedikit menaikkan suaranya, membuat leader seketika tak lagi fokus pada dokumen yang berada di tangannya. "Edgar yang asli lebih hebat, berkarisma, lebih tampan dan memiliki sel-sel otak yang lebih baik dari pria bodoh itu."
Leader tak berkomentar, namun ia tetap mendengarkan ucapan dari sang nona muda.
"Sel-sel otakku menginginkan orang yang lebih baik darinya. Mereka ingin petualangan. Mereka ingin merasakan sebuah pengalaman di mana mereka harus bekerja keras," ucapnya, terus mengeluh tanpa henti. Namun ia tiba-tiba menambahkan jeda untuk berpikir sesaat, sebelum akhirnya berkata sambil mengelus kepalanya sendiri, "Ah, maafkan aku. Aku tahu tidak ada misteri yang bisa membuat kalian harus bekerja keras. Kira-kira sampai kapan aku harus terus berharap untuk bisa bertemu Edgar yang asli?"
Leader menghela napasnya. "Edgar mana yang kau bicarakan?"
"Poe."
"Dia sudah meninggal 169 tahun yang lalu."
"Karena itulah aku terus berharap bisa bertemu dengannya."
Leader terlihat tak tertarik. Namun bukanlah sifat sang leader jika ia mengabaikan setiap cerita dari sang nona muda ini. Dokumen yang telah ia baca sebagian itu disimpan ke dalam amplop berwarna coklat, kemudian ia masukkan ke dalam salah satu laci meja kerjanya. "Maksudmu berharap seperti kembali ke masa lalu? Mungkin aku akan mencari seseorang yang bisa menggunakan sihir agar membawamu kembali ke masa lalu, kemudian kau bisa bertemu dengannya."
Sang nona muda terdiam. Raut wajahnya memperlihatkan rasa tak percaya dengan pendengarannya sendiri. "Leader, kau serius?"
"Kapan aku tidak serius dengan ucapanku?" Leader berkata dengan santainya. Kemudian ia menyandarkan tubuhnya di kursi, menutup perlahan pula kedua mata untuk mengistirahatkan tubuh sejenak. "Aku akan menemukannya, lalu memintanya untuk mengabulkan permintaanmu. Kalau bisa, mungkin aku harus menyuruhnya untuk membawa Edgar yang asli ke masa kini, lalu kalian bisa menjadi pasangan agen yang sangat berbakat."
Sang nona muda yang hanya diam dan mendengarkan dengan seksama segera berjalan ke arah leader. Berniat membangunkan dan mengajak leader untuk beradu kepintaran dalam game, namun niat itu tak ia lakukan, dan dengan santainya pula ia mengeluarkan dokumen yang telah disimpan dalam laci itu.
Setelah membuka dokumen tersebut dan menghela napas pelan, sang nona muda kemudian berkata, "Kembali ke masa lalu hanya sebuah fantasi belaka dan aku, lebih tepatnya sel-sel otakku, tidak akan mengakui pengalaman kembali ke masa lalu itu sebagai misteri. Van Dine's 14th, the method of murder, and the means of detecting it, must be rational and scientific. Once an author soars into the realm of fantasy, in the Jules Verne manner, he is outside the bounds of detective fiction, cavorting in the uncharted reaches of adventure. Meski kau adalah leader yang sangat aku hormati, aku tidak akan memaafkanmu kalau kau memasukkan unsur fantasi dalam kehidupan misteriku."
"Dan satu hal lagi." Sang nona muda terus berkata sambil memasukkan kembali dokumen ke tempatnya dengan kasar. Ia juga tersenyum dengan sangat manis. "Detail kasus yang leader baca itu tidak menarik. Katakan pada klien kalau kita menolak permohonannya. Hanya dengan membaca laporan singkat itu, sel-sel otakku sudah mengetahui kalau kasus yang klien itu berikan hanya bunuh diri biasa."