Untitled Part 4

8 2 0
                                    

Sebuah pesan masuk ke ponsel milik sang partner. Pesan itu berisi:

"Waktu istirahatmu tinggal delapan menit lagi. Selesaikan semua urusanmu dan segera kembali."

Sang partner menghela napas saat membaca pesan tersebut. Ia segera beranjak dari tempat duduknya dan berkata kepada si pria kaku, "Pekerjaan memanggil. Kau bisa membawa semua belanjaan sendirian, 'kan?"

Si pria kaku mengangguk, namun kepalanya masih terasa sakit karena memikirkan berbagai ucapan yang disampaikan sang partner terkait game kecil yang mereka mainkan. Menurut si pria kaku, semuanya terasa tidak masuk akal. Tak ada hal yang bisa ia tangkap dari suasana yang didapat di toko buku ini, apalagi petunjuk yang diberikan sang partner, semua terasa asing di telinganya. Ia juga tak mengerti mengenai satu hal. Bagaimana sang partner mengetahui Elyod tidak menyukai julukan yang ia terima? Julukan tersebut cukup bagus dan dapat memberikan popularitas secara instan. Siapa yang tidak menyukai popularitas yang bisa membawa banyak uang?

Daripada memikirkan semua itu, si pria kaku memilih untuk berkata, "Apa jawaban game barusan?"

"Sampaikan pada Elyod," ucap sang partner sambil memberikan sebuah bingkisan yang telah dibalut dengan kertas berwarna coklat muda dan pita tipis menyerupai benang berwarna merah, "Ini lebih cocok untuknya."

Setelah itu, sang partner pergi meninggalkan toko buku tersebut. Si pria kaku yang tetap berada di posisi hanya bisa menuruti semua kemauan sang nona muda sambil sesekali memerhatikan belanjaan yang hampir ia lupakan keberadaannya.


-------


Waktu meet and greet bersama Elyod telah tiba. Toko buku seketika dipenuhi oleh orang-orang yang ingin melihat dan bertemu langsung dengan sang pengarang terkenal. Beberapa di antaranya mengincar tanda tangan Elyod, namun sebagian besar hanyalah pengunjung biasa yang kebetulan masuk di waktu yang tepat dan ingin berfoto dan mengabadikan momen bertemu dengan si pemilik julukan "Agatha Christie masa kini", meski mereka tak mengetahui satu pun karyanya.

Si pria kaku, tentu saja, menyadari suasana yang miris ini. Ia menghela napas dan berniat mendekati Elyod setelah kerumunan mulai mereda. Namun orang-orang yang ada di tempat ini tidak ingin meninggalkan Elyod sesegera mungkin. Si pria kaku tidak memiliki pilihan lain tetapi menunggu selama hampir tiga jam hingga akhirnya ia bisa bertatapan langsung dengan sang pengarang terkenal.

"Halo," ucap si pria kaku kepada Elyod. Kemudian ia mengulurkan tangannya. "Temanku sangat menyukai karyamu dan dia ingin berjabat tangan denganmu. Tapi sayang sekali, dia tidak bisa datang."

"Oh, sangat disayangkan. Saya ingin bertemu langsung dengannya." Elyod membalas jabat tangan tersebut. "Berikan jabat tangan ini untuknya, oke?"

Si pria kaku tertawa kecil mendengarnya. Jabat tangan yang berlangsung selama beberapa detik itu membuat ia bisa melihat dan merasakan tangan sang pengarang terkenal. Entah kapan lagi ia bisa mengalami kejadian yang sangat langka ini.

"Apa aku pengunjung terakhir?" tanya si pria kaku, melihat ke belakang dan menyadari bahwa tidak ada lagi satu pun orang yang berbaris. 

"Anda adalah orang yang sangat beruntung," jawab Elyod, "Karena tidak ada orang lain yang menunggu gilirannya, Anda bisa menghabiskan waktu sebanyak mungkin dengan saya sampai manajer galak itu datang dan menyuruh saya pulang. Apa ada buku yang ingin saya tanda tangani?"

"Oh, tidak," ucap si pria kaku. Ia segera mengeluarkan sebuah bingkisan kecil pemberian sang partner, kemudian ia berikan pada Elyod. "Lebih tepatnya, aku tidak tahu. Partnerku menyuruh untuk memberi ini untukmu. Aku harap kau tidak kecewa dengan isi di dalamnya."

"Hadiah untukku?"

Si pria kaku mengangguk, sambil memerhatikan Elyod yang tampak ragu namun senang mendapatkan kejutan kecil itu.

Elyod tersenyum, lalu berkata, "Partnermu sangat baik."

"Ya, dia sangat baik." Si pria kaku langsung menyetujui ucapan Elyod. "Tapi hanya padamu."

Sang pengarang terkenal itu memberikan senyuman tipis, hampir tertawa. "Dia sangat menyukai misteri?"

"Sangat."

"Lebih dari si pengarang misteri itu sendiri?"

Si pria kaku mengangguk.

"Kalau dia sangat menyukai misteri," ucap Elyod, "Aku yakin ada maksud tersembunyi dari caranya membungkus hadiah ini. Apa dia mengatakan sesuatu, seperti memintaku untuk memecahkan maksud tersembunyi itu?"

"Tidak." Si pria kaku menjawab. "Sebenarnya sebelum event ini dimulai, dia mengatakan kalau poster yang tertempel di rak sana salah. Lalu dia mengklaim kalau kau tidak cocok dan tidak menyukai julukan yang kau terima. Tapi siapa yang peduli dengan ucapannya? Aku yakin dia hanya berkelakar untuk membuat kepalaku sakit. Oh iya, dia memintaku untuk mengatakan kalau hadiah itu lebih cocok untukmu."

Si pria kaku menyudahi penjelasan panjangnya dengan memberi senyum meremehkan. Ia akhirnya menyadari kebodohannya karena menganggap serius game yang diberikan sang partner, dan ia berpikir bahwa Elyod juga memikirkan hal yang sama, namun ternyata si pria kaku salah. Elyod memberikan reaksi sebaliknya.

Wajah sang pengarang terkenal ini sangat serius. Senyum ramahnya menghilang, digantikan dengan tatapan tajam yang melihat ke bingkisan dari sang penggemar. Jari telunjuk dan jempol tangannya meraih pita tipis itu dan menariknya perlahan. Simpul pita yang mulai longgar pun akhirnya terlepas, dan Elyod hanya perlu membuka kertas berwarna coklat muda itu untuk melihat apa isi hadiah yang diberikan.

"Apa partnermu," ucap Elyod tiba-tiba, "memberi alasan mengapa ia berpikir demikian?"

Si pria kaku yang menyadari perubahan sikap Elyod hanya menggeleng, lalu menjawab singkat, "Tidak."

Lagipula saat ini si pria kaku ingin melupakan rasa sakit di kepalanya karena berpikir terlalu berlebihan, ia juga lebih penasaran dengan isi bingkisan tersebut. Ia memerhatikan Elyod mulai membuka kertas pembungkus tersebut dengan perlahan, dan jawaban dari game sang partner masih belum ia dapatkan meski telah melihat apa isi bingkisan itu.

Tak ada yang istimewa dari hadiah yang diberikan sang partner. Hanya sebuah novel biasa, pikir si pria kaku. Novel karangan Arthur Conan Doyle dengan judul A Study in Scarlet, salah satu series dari sang detektif fiksi Sherlock Holmes.

Si pria kaku kebingungan. Tidak ada satu pun dari bingkisan itu yang memberikan petunjuk, apalagi jawaban dari game yang membuat kepalanya kembali sakit. Namun yang membuat si pria kaku semakin bingung dan tidak mengerti adalah senyuman dari Elyod. Wajahnya amat cerah dan berseri, sama seperti anak kecil yang akhirnya berhasil menemukan dan memiliki mainan yang ia sukai. Sang pengarang ini tampak sangat puas.

"Tuan, bisa sampaikan ucapan terima kasih pada partnermu?" Elyod berkata dengan ceria, sambil membungkus kembali buku tersebut dengan kertas dan pita. "Saya harus pulang sekarang. Banyak ide yang mengalir dan saya ingin menulisnya sekarang."

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang