Apa yang ada di pikiran tiap orang saat mendengar detektif? Jasnya yang terlihat profesional? Cerutu dengan kotak antiknya? Cangklong unik dan mahal? Tidak ada satu pun dari pemikiran elit itu terealisasi di agensi ini.
Agensi detektif akan menyelesaikan semua masalah dengan deduksi serta analisis yang terdengar sangat luar biasa, terkadang juga tidak masuk akal namun efektif. Banyak orang yang membutuhkan bantuan mereka dan banyak yang tersanjung dengan kemampuan otak yang mereka miliki. Permasalahan yang dialami Edgar pasti akan diselesaikan dengan cerdas oleh sang nona muda yang selalu membangga-banggakan kemampuan berpikirnya.
---tapi kemampuan itu sepertinya tidak ia perlihatkan sekarang.
"Pergi, dasar wanita tua!"
Lev berteriak dengan keras sambil mendorong paksa sang wanita malang tersebut dengan mop. Edgar sampai tidak bisa berkata-kata dan hanya bisa terdiam kaku melihat kelakuan partner sejatinya yang memang di luar batas, dan anehnya, ia bertingkah seolah telah sering melihat adegan yang tidak patut ditiru ini berulang kali.
Leader pada awalnya berusaha untuk melerai dua wanita ini, tapi sifatnya yang terlalu lembut kalah oleh ego si pegawai.
"Tidak sopan!" ucap si wanita tua. "Apa seperti ini sikap kalian ke korban pelecehan? Detektif macam apa kalian ini?"
"Pelecehan?" Leader seolah fokus dengan satu kata yang diucap si wanita tua, dan refleks ia menatap Edgar yang menggelengkan kepalanya dengan cepat.
Lev kembali membentak, "Pelecehan apanya? Kau tidak tahu apa-apa tentang Edgar. Edgar tidak akan pernah melakukan pelecehan!"
Si pria malang yang bodoh ini, Edgar, entah mengapa merasa terharu mendengar ucapan sang partner yang membela dan melindungi dirinya dari tuduhan palsu. "Lev.." ucap Edgar, "Kau percaya denganku, 'kan? Kau tahu kalau aku tidak akan melakukan tindakan kriminal, 'kan? Maksudku, kita partner dan... ukh."
Edgar menahan air matanya.
Apa ucapan dari Lev benar-benar sangat bijaksana sehingga membuat siapapun yang mendengarnya terharu?
Sepertinya hanya Edgar saja yang bereaksi berlebihan.
"Tentu saja aku tahu!" Lev menjawab ucapan Edgar. "Pria bernyali kecil sepertimu tidak mungkin berani melakukan kejahatan di depan umum. Seorang Edgar menjadi kriminal? Heh, jangan mencoret catatan luar biasa para kriminal yang telah berhasil aku tangkap! Aku tidak mau menambah nama Edgar di daftar nama kriminal yang aku koleksi!"
"Dengan kata lain," ucap Leader tiba-tiba menyela, "menambahkan nama Edgar ke koleksimu sama seperti mencoret nama baik mereka?"
"Leader memang luar biasa, sangat pintar, bijaksana dan mengerti kemauan sel-sel otakku," ucap Lev bersemangat, sementara air mata Edgar yang sempat mengalir kini tiba-tiba mengering.
Dia memang pria bodoh nan malang yang sering menjadi korban di agensi ini. Jika ia bisa melaporkan Lev atas aksi bully, ia pasti akan melakukannya sejak dulu.
Lev sekali lagi memberi dorongan yang kuat ke tubuh wanita tua, bahkan cukup kuat untuk mendorong wanita malang itu keluar dari wilayan gedung agensi.
Setelah "sampah" dibuang, saatnya membersihkan alat bersih-bersih yang berserakan. Tentu saja, si Edgar yang malang menjadi satu-satunya orang yang harus melakukannya.
"Lev." Leader berucap saat melihat si nona muda itu kembali ke ruangan. "Apa seperti ini cara kita untuk menyelesaikan masalah?"
"Apa maksudmu 'seperti ini'?" Lev bertanya.
"Mengusir dengan paksa dan tidak sopan tanpa penyelesaian yang logis."
Lev terdiam sejenak, kemudian ia menjawab,
"Leader, aku berani bersumpah demi apapun kalau aku sangat menghormatimu. Aku bersedia melakukan apapun dan aku akan menuruti segala perintah yang kau berikan. Tapi, Leader, aku tidak melihat adanya kesalahan dari apa yang aku lakukan. Aku hanya melakukan perintahmu dengan menyelesaikan segala masalah yang dialami klien tak diundang itu."
"Dengan cara mengusirnya?" Edgar tiba-tiba memotong.
"Edgar, kemampuan sel-sel otakmu masih di bawah batas dan aku sebagai partner-mu sangat kecewa."
Perkataan Lev tentu saja membuat Edgar kesal. Namun tidak cukup kesal untuk tidak mendengarkan seluruh penjelasan yang diberikan Lev.
"Pertama, aku tidak melihat adanya klien di sini. Klien adalah orang yang mendatangi agensi, menceritakan segala masalah yang dialami dan memohon bantuan kita. Wanita itu memang mendatangi agensi, tapi apa dia menceritakan segala masalahnya? Tidak. Dia hanya memberikan protes tanpa adanya bukti yang valid. Apa wanita itu memohon bantuan kita? Tentu saja jawabannya tidak. Berteriak dan memaksa masuk ruangan bukanlah cara untuk memohon bantuan. Meski aku akui, dia memaksa masuk karena Edgar yang menghalanginya."
"Dengar," ucap Edgar, kembali memotong pembicaraan, "aku tidak melakukan apapun. Sungguh."
Lev hanya menatap Edgar, sementara Leader mulai membuka mulutnya, "Aku tahu kalau kau tidak melakukan apapun. Tapi pasti ada alasan mengapa wanita itu mengejarmu."
"Aku tidak tahu mengapa dia tiba-tiba marah dan mengejarku!"
"Tidak tahu?" ucap Lev. "Edgar, tidak ada kata 'tidak tahu' dalam kamusku. Seorang detektif harus mengetahui segalanya, dan kau berada di sini berarti kau juga adalah seorang detektif. Apa sel-sel otakmu terlalu rusak dan tidak bisa memikirkan apapun?"
"Lev.." Edgar seolah menahan amarahnya dengan susah payah.
Tapi Lev menyadari arti tatapan mata yang ditujukan padanya.
"Amarah tidak akan menyelesaikan apapun," ucap Lev. "Satu-satunya yang bisa kau lakukan adalah diam. Tenang dan pikirkan setiap kemungkinan berdasarkan data yang ada."
Perdebatan ini tampaknya akan berjalan sangat lama.
Leader menghela napasnya. "Kita akan membicarakan ini lain kali. Aku harus pergi sekarang."
"Pergi ke mana?" Lev terlihat antusias. "Apa aku boleh ikut?"
Namun Leader hanya diam dan tersenyum, sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan ruangan.