Bab 11 : Dorm

11 0 0
                                    

ANNA POV

"Kau merindukanku?"
Campuran cairan yang dibuat Meridda berubah menjadi seorang pria tampan.

Meridda memeluk tubuh polos pria itu dengan penuh cinta.

Aku merasakan gejolak aneh saat Meridda memeluk pria itu. Rasanya, ketenangan, kebahagiaan,  dan besarnya cinta Meridda dapat kurasakan.

Sampai semua kembali berubah. Meridda dan pria itu masih saling berpelukan saat tempat yang kami pijaki kini berubah. Yang tadinya didalam sebuah ruangan, kini berpindah didalam hutan yang nampak sangat gelap.

Suasana hutan yang persis dengan saat aku mencari sosok hitam diMelgom kala itu.

Hutan yang dipenuhi kegelapan, hanya sedikit cahaya bulan yang dapat menembus hutan itu.
Suasana mencekam dimulai saat pria yang kini mengenakan pakaian serba hitam itu melepaskan pelukannya dari Meridda.

"Maafkan aku"

Meridda yang berpenampilan sangat kacau, baju putih panjangnya kini compang-camping dan dipenuhi lumpur dibagian bawahnya. Darah segar bercucuran dari puncak kepalanya.

"Apa maksudmu Jacob?" tanya Meridda dengan senyum tulus dan air mata yang masih membekas diwajahnya.

"Maafkan aku"

Aku sontak membungkam mulutku saat pria itu dengan cepat menancapkan belati kecil yang sedari tadi berada digenggamannya keperut Meridda.

"AAAAAA..."

Aku terbangun dengan nafas yang memburu. Tatapanku langsung tertuju kepada Mrs. Cowell yang duduk dikursi samping dipan yang tadi kutiduri.

"Ahh... Syukurlah kau baik-baik saja" katanya sambil bernapas lega.

Tentu aku menjadi bingung sekarang. Dan menatap wanita renta itu meminta penjelasan.

"Apa yang kau lihat disana Anna?" tanyanya dengan raut khawatir.

Aku menceritakan apa yang kulihat secara detail.

"Kau bahkan belum sampai pada penjelasan tentang kaum kita. Yang kau lihat itu hanya sejarah awal pemberontakan Meridda, Tavos, dan Venom"

"Maksudmu, aku belum sampai pada inti masalahnya?" tanyaku bingung.

"Bahkan setengahpun belum" balas Mrs. Cowell santai.

"Tapi kenapa?"

"Kau tidak bisa melanjutkan pembelajaran dalam metode ini" katanya lalu menatapku.
"Kau belum siap"lanjutnya.

"Lalu aku harus bagaimana?"

"Untuk sementara waktu, kau harus percaya dengan apa yang ada dihadapanmu. Semua hal yang kau anggap mustahil hilangkan itu dari pemikiranmu. Karena disini kau dapat melakukan semuanya. Baiklah, ikuti aku"
Mrs. Cowell berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu lain yang terlihat lebih besar.

Aku menatap tirai jendela yang besar diruangan itu. Dari cahayanya kutahu ternyata hari sudah pagi.
Kami berjalan menyusuri lorong yang mirip dengan lorong yang kulalui bersama pria brengsek tadi.

"Ahh kau masih membencinya?" tanya Mrs. Cowell tanpa memalingkan pandangannya kepadaku.

Aku mencoba mebiasakan diri dengan tak berpikir negatif.

"Eeh... Begitulah" jawabku sangsi.

Mrs. Cowell tersenyum tanpa menatapku. Hal ini membuatku mengerutkan kening.

Kami menaiki beberapa anak tangga dalam diam.

Anak tangga ini menuntun kami kelantai berikutnya yang persisi seperti lantai sebelumnya.

Lux BrujaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang