3

56 6 0
                                    

GIA POV

"Apa-apaan dah tu orang pake gue segala yang minta maaf!" gerutu gue kesal dengan cowok yang barusan gue  tabrak lima menit yang lalu.

Gue pun berjalan menuju kelas terindah gue XI Ips 1.
Belum juga gue sampai di kelas, gue melihat seorang cewek yang modelnya sebelas dua belas dengan gue. Urakan.  Gue sudah sangat mengenali cewek tersebut siapa lagi kalau bukan Selna adik kelas songong gue yang lagi-lagi menggoda Geano sang mantan kekasih gue. Mantan kekasih. Mantan kekasih. Terkadang ada rasa cemburu dari diri gue sendiri ketika Ano yang selalu didekati oleh semua cewek di SMA 2 Merah Putih. Tetapi, gue bersyukur untung saja Ano sangat cuek terhadap tingkah cewek yang selalu mengajaknya berbicara.

Gue semakin menatap sinis ketika melihat Selna memegang wajah Ano. Dengan langkah cepat secepat kilat gue menghampiri mereka berdua dan langsung berdehem. Gue takut jika Ano polos gue dinodai sama Selna. Gak terima gue.

"EKHM!" deham gue keras bak toa membuat Selna yang sedang memegang tangan Ano melirik gue kesal. Tuh mata belum pernah dicolok kali. Pikir gue. Ano yang melihat gue disampingnya langsung bernafas lega.

"Ano lo ngapain dikelas gue?" bisik gue kepada Ano.

"Aku nyari kamu babe. Pas mau masuk kelasmu eh- malahan tuh twins kamu nyamperin aku!" jawab Ano santai.

"TWINS?" teriak gue keras. Ano mengangguk lalu terkekeh kecil.

Gue menatap Selna sang bukan adek kelas gue  dan langsung kembali menatap Ano.

"Gue? Punya kembaran kayak dia? Ogah mending gue kagak usah punya kembaran. I Know  Geano Ravandra. Dia urakan kayak gue. Tapi please  dia nih gak cocok kali tampilan urakan gini. Gak ada bandingnya dari gue!" ujar gue panjang lebar sambil menampakkan wajah tak suka gue kepada Selna membuat Selna melototkan matanya.

"Apa lo? Mau ngajak gue ribut? Ayo siapa takut!" tantang gue sambil menaikkan ujung lengan seragam gue keatas bak seorang preman pasar. Selna yang gue tantang langsung ngibrit lari dari hadapan gue dan Ano.

"Woy pengecut lo!" teriak gue kesal.

"Udah Gi. Malu ah! Yuk!" ucap Ano dan mengajak gue untuk duduk di taman sekolah.

"Tadi si kampret ngomong apa aja sama lo-- eh kamu!" tanya gue nyengir.

"Dia mau ngajakin aku jalan!"

"Terus kamu mau?"

"Sebenarnya sih mau, tapi gara-gara kamu datang gak jadi jawab deh!"

Gue berdecak sebal dan menatap Ano sinis.
"Ck. Paling juga kamu gak mau aslinya. Kita putus Ano!" ujar gue mendrama membuat Ano tertawa lepas.

Gue tersenyum melihat Ano yang begitu bahagia. Sudah sangat lama gue tak melihat tawa itu ketika dokter telah mendiagnosa penyakit kanker  yang diderita Ano.

"Eh kamu napa senyum-senyum terus? Kamu gak waras ya?" tegur Ano sambil menampakkan wajah takutnya jika benar saja gue gak waras otomatis ia akan mengajak gue terapi di Singapura. Terapi penyakit tak waras. Pikir Ano begitu.

Gue mengerjapkan mata dan menatap Ano sinis.
"Enak aja bilang aku gak waras. Eh, tapi beneran kan kamu gak bakal mau diajak jalan sama Selno itu. Terus kenapa tadi pas dia megang wajah kamu, kamu gak nepis?" tanya gue berbondong-bondong membuat Ano terkekeh lagi. Kayaknya Ano suka kekehan deh akhir-akhir ini.

"Cerewet banget sih udah kayak pacar aku!" ujar Ano.

"Ck, kan aku emang pacar kamu!" jawab gue santai membuat kerutan di dahi Ano berlipat-lipat.

"Masa sih?" lah? Kampret emang nih si Ano. Jelas-jelas gue kan emang pacarnya. Dulu maksudnya.

Gue hanya berdecak sebal dan menatap Ano tajam.

"HEH ELO KAN YANG TADI NABRAK GUE TERUS GAK MINTA MAAF?" teriak seorang cowok dihadapan gue dan Ano membuat telinga gue berdengung hebat. Gila nih orang! Cowok suara kayak toa! Cewek kali dulunya. Bentar-bentar tadi dia bilang apa? Nabrak dia gak minta maaf? Wah bener nih, ini mah cowok yang tadi nabrak gue di koridor kelas sepuluh. Gue mendongakkan kepala gue dan menatapnya angkuh.

"Apa lo? Yang salah kan lo kok jadi gue? Dimana-mana yang salah minta maaf bukan yang gak salah! Dasar aneh lo!" timpal gue ikut kesal.

"Cih! Di dalam kamus hidup gue, gak ada namanya seorang Giovano Arsan Galaktosa meminta maaf dengan orang yang salah ataupun gak salah sama gue. Minta maaf ya minta maaf itu kudu! Fardhu 'ain taulah!" ujar cowok yang gue denger namanya Giovano itu sambil berkacak pinggang.

"Lo pacarnya cewek bar-bar ini yah? Bilangin tuh sama cewek lo, kalo salah itu minta maaf!" ujar si cowok kampret itu lagi.

"No, aku gak salah. Kamu jangan percaya sama dia. Jelas-jelas yang salah itu dia bukan aku!" jelas gue kepada Ano. Membuat Ano semakin bingung.

"Yee gak ngaku lagi. Emang lo yang salah! Pokoknya masalah ini belum selesai." ujar cowok itu kembali dan berlenggang pergi dari hadapan gue ataupun Ano. Ano yang masih bingung pun bertanya ke gue ada apa dengan cowok yang tadi. Alhasil gue menceritakan kejadian saat dimana si cowok kampret itu nabrak gue membuat Ano tertawa terbahak-bahak.

"Kok kamu ketawa sih?" tanya gue kepada Ano yang masih setia dengan ketawanya.

"Habis lucu, yang salah dia kok kamu yang minta maaf!" jawab Ano membuat gue mendengus kesal dan mengajak Ano pergi dari taman menuju ke kantin tercinta.

"Mau kemana Gi?" tanya Ano membuat gue tersenyum licik.

"Ke penghulu, kita nikah duluan!" bisik gue membuat  Ano membulatkan matanya sedangkan gue tertawa keras.

🌹🌹🌹

AUTHOR POV

"WOY! GURU-GURU PADA RAPAT KITA FREE CLASS!!" teriak Deno ke seluruh penjuru kelas membuat kelas XI Ips 1 bersorak senang.

"Free class lagi?" tanya Gia kepada Xilva teman sebangkunya dan hanya dibalas deheman oleh Xilva.

Gia beranjak dari kursinya dan keluar kelas menuju tempat favoritnya.

"Giaa lo mau kemana?" teriak Xilva dari tempat duduknya.

"Rooftop!" balas Gia tak kalah teriak.

Tak ada balasan dari Xilva yang berarti Xilva tak menyusul Gia untuk ke rooftop.

Sesampai di rooftop, Gia duduk di sofa lama yang tersedia di rooftop yang notabenenya adalah Gia sendiri yang membawa sofa itu setelah habis nyolong dari ruang Osis. Entah dengan cara apa membawanya hanya Gia dan Tuhan saja yang tau.

Tak berselang lama, Gia membaringkan tubuhnya disofa sambil memasangkan earphone ditelinganya sambil mengikuti alunan musik yang ia dengar dan merasakan angin yang menerpa wajah bersihnya tersebut membuat dirinya mengantuk dan memejamkan mata.

Bugh!

"Anjir!" Pekik Gia terkejut dan memandang sinis kearah cowok yang berada di hadapannya tersebut.

Halohaa gue back nih uyeehh😂 lama bgt ya Gianna Giovano updatenya😂 haha. Gimana nih sama part ini? Ngeh gak? atau biasa aja? wkwk monggo diwoco disek yo gengs😌😂 semoga tambah suka tambah cinta. Masih pemula jg belajar pake genre Humor wkwk😂 jangan lupa like&commentnya yaaa! 😘 see u next time👋

Salam Author terketjeh😎😋

Gianna & Giovano (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang