"Gianna! Bantuin mamah dong!" terdengar suara wanita setengah paruh baya dari lantai bawah memanggil Gianna.
"Bentar mah. Otw!" balas Gia tak kalah teriak.
Gia menghentikan aktivitas menonton drama kesukaannya dan langsung menghampiri mamahnya yang dibawah.
"Gianna jangan lari-lari nanti jat---"
Bugh!
"Aduh mamah, sakit!" rengek Gia manja.
"Udah dibilangin berapa kali kalo turun dari tangga jangan lari-lari. Bandel sih dibilangin!"
"Hehe iya iya mah. Ada apa mah manggil aku?"
"Nih anterin kue bolu ke rumah mantan kamu!" titah mamahnya menyebut kata 'mantan' dihadapan Gia membuat Gia mendengus keras.
"Ano bukan mantan mah!" benar Gia.
"Terus?"
"Calon imam aku mah!"
"Ye ngarep!"
Gia terkekeh. "Mamah aja deh yang nganterin, jauh mah panas lagi!" ujar Gia malas.
"Kamu ini. Mamahnya kok disuruh-suruh. Ampun deh gi, rumah ano cuma sebelahan gitu doang segala jauh sama panas!" omel mamahnya.
"Ok. Tapi aku balik nanti mamah harus beliin aku es krim sama coklat banyak-banyak ya!" pinta Gia dengan puppy eyes nya dan diangguki oleh mamahnya yang terlihat tidak ikhlas.
"Mamah gak ikhlas ya? Sama anak sendiri gak ikhlas ih!" ujar Gia menoel-noel dagu mamahnya.
"Sejak kapan kamu jadi genit gini sih Gi?" tanya mamahnya membuat Gia tersenyum manis.
"Sejak mamah lahirin aku. Bye mamah. Pesanan aku jangan lupa ya!" ujar Gia dan keluar dari rumahnya.
Dengan semangat '45 Gia berjalan menuju rumah Ano yang letaknya di sebelah rumahnya sendiri, dan tak sengaja ia bertemu dengan kakak kandung Ano. Gibrant. Entah ide dari mana Gia pun mulai menjahili Gibrant dengan melempar kerikil ke arah Gibrant.
Pluk!
"Siapa sih yang ngelempar gue pake kerikil kuker banget!" gerutu Gibrant yang terdengar oleh Gia.
Pluk!
Lagi. Gibrant merasa kesal dengan kerikil yang mendarat di pipinya.
"Woi, siapa sih keluar lo!" teriak Gibrant semakin kesal dan Gia pun tertawa keras.
"Wah lo gi ternyata. Sini lo!" teriak Gibrant kearah Gia yang sedang bersembunyi dibalik pintu pembatas antar rumah mereka.
"Yah, ketahuan deh!" ucap Gia dan langsung menghampiri Gibrant.
"Lo ngapain ngelempar gue pake kerikil hah?" interogasi Gibrant kesal.
"Takut dikira hantu ya?"
"Iyalah. Apalagi kayak lo. Dikira tuyul lagi!"
"Enak aja nyebut gue tuyul." ucap Gia tak terima.
"Salah sendiri. Kerumah orang gak salam dulu kek apa kek!"
"Assalamualaikum abang Gibrant tercinta!" ucap Gia dan menyalimi tangan Gibrant.
"Waalaikumsalam. Nah gitu kek!"
"Ano ada kan bang?" tanya Gia dan dibalas anggukan oleh Gibrant.
"Ano lagi tidur, langsung ke kamar nya aja!" ucap Gibrant dan Gia langsung melengos masuk kerumah Ano yang saat siang begitu kedua orang tua Gibrant dan Ano sedang tidak dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gianna & Giovano (Slow Update)
Teen Fiction[Tahap Revisi] Dia cantik, tinggi, putih, dan pintar. Tetapi dia cerewet , suka marah, gak pedulian, sekali ngomong aljabarnya kemana mana, bermulut pedas, prestasi dimana mana,kadang suka ketawa sendiri kayak orang gak beres, ketua tim cheerleader...