Karma

19 1 13
                                    


Semua orang pasti merasakannya bukan? Di saat orang yang kita sayangi lebih bahagia bersama orang lain. Atau hanya aku saja?

=(::)=

"Ibu," panggil anak perempuan itu sekali lagi. Ia mencari-cari sosok wanita yang biasa menemani harinya.

Dalam sudut kamar suara tangisan terdengar lirih. Setiap hari wanita muda tersebut menangis diam di dalam kamarnya. Ia seolah larut dalam kesedihan yang melandanya. Tidak ini cukup, batin gadis cilik itu memandang iba ke arahnya.

"Gadis.. Kamu sudah pulang?"

Sekali lagi kamu menghapus air matamu, ibu..

"Iyaa, bu. Ayah ada?" Gadis tau walaupun ia bertanya maka ibunya akan menjawab.

Tidakkah ibu bosan dengan pertanyaanku ini?

Dengan senyuman ia mengusap rambut Gadis pelan. Menjelaskan apa yang terjadi sebelum kedatangan Gadis.

"Ayahmu mengantarkan bunda ke dokter. Adikmu tadi muntah setelah sarapan." Jawab si Ibu.

Wajah Gadis mendadak berubah. Ia tidak suka kata 'adik' keluar dari suara lembut ibunya.

Dua orang itu tidak pantas mendapat semua ini.

"Dia bukan adikku," desis Gadis tidak menyukainya. Ia memundurkan langkahnya melepaskan kehangatan itu.

"Aku membenci Ayah!!" Teriak gadis sebelum menutup pintunya keras.

Apakah kamu bisa membencinya?...

=(::)=


Gadis berlari senang, tidak peduli beberapa orang ia tabrak. Ia ingin Ayahnya yang pertama kali tahu dia akan masuk SMP favorit.

"Ayah!"

Teriak Gadis dari luar rumah. Ia mengeluarkan senyum jahil saat Ibunya memberi tahu keberadaan Ayah.

"Ayah!"

"Apa?"

Gadis tersenyum senang, hari ini tidak ada pengganggu kecil itu. Ia akan memanfaatkan waktu bersama ayah selama mungkin. Pria itu ayahnya, bukan ayah orang lain.

"Besok temani Gadis daftar sekolah yah.." ajakan gembira dari Gadis.

Pria dewasa yang berusia 40-an itu mengacak rambut Gadis pelan. Dan jawaban yang diberikan membuat hati Gadis seperti tersayat duri.

"Dengan ibumu saja ya," Pria itu beranjak dari kursi meninggalkan ruangan.

"Ayah," Gadis memanggil lagi, membiarkan Pria itu menyejajarkan tinggi badannya.

"Hmm"

"Aku akan masuk smp kenapa--"

"Sama ibumu 'kan sama. Farrel juga akan masuk SD dan Ayah Bundamu harus menemaninya. Mengertilah," Gadis menunduk diam. Mendengarnya terasa panas, bukan pada telinganya tapi hatinya.

Padahal mereka tidak ada tapi kenapa Ayah mementingkan mereka..

"Baiklah," balas Gadis menerima keputusan Ayahnya. Masih menunduk, ia berjalan mendahului Ayahnya. Ia begitu kecewa dengan ucapan Ayahnya, sangat kecewa.

Apakah kamu menerimanya begitu saja?

=(::)=

Malam ini semua keluarganya berkumpul. Begitupun sosok yang menjadi bayang-bayang keluarganya. Gadis hanya cukup berpura-pura tidak menganggap mereka namun ibunya sungguh tidak mengerti.

CerPen-Judul ada di Bab-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang