Un- -Lucky-

107 11 10
                                    


Masih permulaan cerita. Ini salah satu kisah sedih yang pernah kudengar. Semoga dapat hikmah dari kisah ini.

-+-+-+-+-+-+-

Aku hidup bahagia dengan keluargaku. Awalnya aku pikir aku adalah anak yang paling bahagia diantara seluruh keluarga besarku. Bahkan salah satu sepupuku mengatakan bahwa dia sangat iri denganku.

Yah pantas.

Aku dikelilingi oleh orang yang kusayangi. Ayah ibuku selalu meluangkan waktu mereka padaku. Seluruh permintaanku dan kebutuhanku terpenuhi tanpa harus aku meminta. Orang orang akan mematuhi semua permintaanku. Bak negeri dongeng aku merasa hidupku seperti putri atau bangsawan. Tapi aku tidak pernah memperhatikan situasi dari keluargaku. Hingga seseorang menyadarkanku bahwa aku dunia ini benar tidak adil.

Saat itu aku menginjak usia 10 tahun dan saat itu juga aku memasuki hari pertama sekolah menengah. Aku sangat bahagia ulang tahunku dirayakan meriah setelah penyambutan siswa baru. Saat itulah aku mengenal seorang anak lelaki lebih tua dariku. Melihat tampilannya dia merupakan kalangan tidak berada. Aku tersenyum meremehkan saat dia mengucapkan selamat padaku. Ah dia juga seorang siswa baru. Aku hanya membalas seadaku tanpa membalas uluran tangannya. Ibuku tentunya menegur diriku tapi aku bersikap acuh, aku masih kesal akan ketidak hadiran ayah. Ayahku saat itu sibuk sehingga hanya ibuku yang menemaniku seharian itu.

Sepulangnya sekolah aku mulai bertanya pada ibuku, kenapa ayah belum pulang seharian ini padahal ini ulang tahunku. Ibuku hanya menjawab ayah sedang sibuk mengurus kantor barunya. Karena ayah telah memberikan kado yang indah yaitu sepasang boneka rusia dengan kotak musik khas ukiran entah apa. Aku memakluminya, aku tidak menuntut lagi. Aku yang percaya ucapan ibuku pun hanya mengangguk patuh. Ibuku menemaniku hingga aku tertidur dalam pelukannya dan mengucapkan selamat tidur.

Suara deru mobil membangunkanku apakah ayah sudah pulang. Aku yang terjaga karena haus pun segera beranjak dari tempat tidurku. Aku mengendap seperti biasa aku membuat kejutan pada ayahku. Hingga pintu terbuka aku hanya terperangah. Ibuku sedang dirangkul oleh pria lain-bukan ayahku. Aku berjalan mundur saat mereka menuju diriku bukan mereka menuju kamar ibu dan ayah. Aku bersembunyi di bawah meja saat mereka melewati. Dapat kudengar kata kata lembut dari Pria asing itu untuk ibuku. Dan saat itu mereka saling menutup pintu kamar dan menguncinya. Aku tak percaya pun segera menuju kamar dan bertanya keesokan pagi.

-----

Keesokkannya aku berangkat sekolah di antar oleh ibu dan ayahku entah pulang jam berapa. Aku ingin bertanya mengenai hal tadi malam pun terdiam mengingat betapa mesra dan harmonisnya keluarga kami. Aku tak ingin kebahagianku hilang karena pertanyaanku.

Hari-hari kulalui dengan menyenangkan hingga anak lelaki kumal itu datang menemuiku. Yah kami sekelas dan sekarang kami satu kelompok. Aku cukup risih dengan tampilannya yang berbeda jauh denganku. Saat itulah aku mengenal baik anak lelaki itu, dia bernama Wawan. Aku tidak kaget dia dari kalangan menengah, yang membuat aku kaget adalah kemampuan berpikirnya. Maka tak heran baru 2 hari kita mengerjakan tugas sudah selesai. Tapi karena ada pembuatan karya tangan aku meminta Wawan untuk datang ke rumahku.

Saat itu hari minggu dan Wawan yang dijemput oleh supirku tiba pada jam 10. Aku merengut sebal saat dia telat pada janji yang harusnya jam 9. Walaupun dia bilang maaf karena harus bantu kerja orang tuanya tetap saja aku masih merengut. Tak biasanya aku seperti itu sebenarnya bahkan pada orang tuaku. Kita pun melanjutkan tugas terakhir kita dengan khidmat tanpa bicara mungkin karena aku masih kesal padanya. Hingga ibuku tiba dengan membawa cemilan dan beberapa makanan minuman untuk kami. Wawan yang memang sopan hanya tersenyum saat ibuku mempersilahkan makanan dan langsung pergi.

CerPen-Judul ada di Bab-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang