I LUSI

21 0 0
                                        


Ada seorang gadis bernama Lusi, berdarah campuran indo-tidak diketahui. Dia hanya mengetahui ibunya seorang ilmuwan yang berasal dari negeri Holand. Ayahnya tidak pernah menjelaskan apapun mengenai Ibunya. Hingga ejekan demi ejekan itu datang tiada henti.

"Huh, anak lacur lewat!!"

"Kalian ini, biar kan londo ini melangkah dengan tenang. Papanya seorang pencari kalo kalian dibawa olehnya pasti dijual!!"

"Hallo, miss can I help you. Begini bukan cara bicara mereka.."

Lusi tetap melangkah menunduk masih erat tangannya ia letakkan di telinga. Ia tidak ingin mendengar kalimat cemooh itu. Orang tuanya bukan figur rendahan.

"Hey. Lusi ada apa?"

Seorang Pria mendekatinya, ia kenal Pria itu tapi mulutnya sudah terkunci. Lusi berjalan tanpa memperdulikan Pria yang dilewatinya.

"Apa mereka menjahilimu?" tanya Pria tinggi itu begitu menyusul langkah Lusi.

"Lusi?"

"Berhenti bekerja di Bar, Daddy!"

"Untuk se-"

"Lusi marah, seluruh orang di sini hanya tau Daddy bekerja di Bar, bukan pelayan!"

"Lusi jaga suaramu itu!"

"Apa Lusi bukan anak Daddy?"

"Lusi salah satu anak hasil pelacuran itu ya?"

"Bukan,"

"Ceritakan Daddy, Lusi bisa menerima apapun!!"

"Maaf Lusi, tidak bisa."

Lusi hanya mampu memandangnya, tidak, saat ini Daddy tidak ingin diganggu, pikirnya. Tetapi dia butuh jawaban!!

(=_=)

Lusi selalu membawa buku lusuhnya kemana-mana dia berpikir indah sekali jika cerita di bukunya menjadi ceritanya. Ya, ia ingin kasih sayang seorang ibu. Semua buku cerita yang ia dengar dan baca, ibu adalah orang yang paling menyayangi kita. Namun..

"Lusi, sayang.. ayo kita makan malam,"

Lusi menghembuskan nafas berat dengan raut wajah sedih. Sekali lagi makan malam bersama Daddy, batinnya tidak suka. Dan setelah itu pasti ia akan ditinggal sendiri karena ayahnya bekerja saat malam hari.

Kaki kecil Lusi mengambil jarak yang jauh saat Pria dewasa itu memberikan piring Lusi. Lusi memilih mengambil sendiri makanannya. Tangannya menyatu dan berdoa lalu memakan makanannya dengan diam tanpa celotehan riang yang biasa Lusi mulai.

"Lusi Daddy berpikir--"

"Terimakasih untuk makan malamnya, Tuhan. Daddy Lusi akan tidur segera."

Pria itu menatap Lusi dengan tajam. Anak manisnya sudah berubah menjadi anak yang dingin. Pria tersebut tidak mencegah ataupun mengejar putrinya. Yang ia lakukan saat putrinya pergi adalah menangis. Menangis meratapi nasib malang putrinya.

Di waktu yang sama itu juga Lusi menangis, ia tahu perbuatannya menyakiti perasaan Daddynya. Ia juga bisa merasakan ayah yang merawatnya dari kecil itu teramat menyayanginya tanpa kekurangan apa pun. Akan tetapi kasih sayang Ibu pasti berbeda dengan Ayah bukan?

Lusi segera menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia sangat hapal kalo Ayahnya akan mengecek dirinya di kamar sebelum pergi. Saat langkah kaki itu datang, mata Lusi berusaha tertutup rapat. Ia berpura-pura tidur.

"Lusi, sudah tidur?" tanya Pria namun tidak ada jawaban dari anaknya.

Pria itu mengelus rambut halus anaknya dengan lembut. Mengecup dahi putrinya setelah sebuah tutur kata terlepas dari lidahnya.

CerPen-Judul ada di Bab-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang