Paket Spesial

18 2 2
                                    

Kay buat cerita ini karena pernah di request sama destyadhara mengenai monkey dream. Jangan tanya kalo nda tahu, dan kalo tahu diam aja xixixi..

Salah satu cerita pendek khusus untuk ulang tahun Indonesia yang ke-73 tahun. Udah tua dan udah dewasa untuk suatu bangsa besar di dunia dan saatnya kita sebagai generasi penerus dari para pejuang haruslah kita berjuang membuktikan kemerdekaan kita telah dinikmati oleh seluruh rakyat indonesia se-nusantara.

Okay, sekian kata-kata Kay. Ncus, kita ke cerita!!

(=::=)

Bertahun-tahun bangsa ini dijajah. Bertahun-tahun pula darah menggenangi tanah air. Bertahun-tahun tumpah darah juang tidak akan berhenti. Indus Nesos (Kepulauan India). Atau yang lebih kita kenal sebagai Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tanah air Bangsa Indonesia.

"Ra, kita tidak bisa menyerbu!" seruan di tengah keributan perang. Aku melirik pada seorang kawan yang menemaniku bergerilya.

"Jenderal terkena tembak!!"

Apa?

Pemimpin kita sudah ditaklukkan lawan. Para kompeni ini sudah mengepung kami rupanya. Aku dan beberapa prajurit sudah terluka terkena serangan.

Riuh suara kapal terbang menyelimuti langit. Tembakan dari ular asap berjalan terus-menerus memukul mundur para perwira. Tubuhku tak gentar saat serangan dari udara dan darat menyapu semangat kami. Mereka tidak bisa semudah itu menyiutkan nyali juang darah daging kami atas tanah air.

Kakiku terus kupaksa lari menjangkau kecepatan sang ular hitam berasap. Tidak kupedulikan beberapa tubuh kawanku yang tumbang. Tidak kupedulikan beberapa tembakan yang menembus dagingku. Darah ini mengalir tapi sakitnya tidak terasa, karena ini...

"DEMI INDONESIAKU!!" teriakku berhasil melemparkan bom pada kereta kompeni.

[BYARRR] Suara ledakan

"Dek, bangun!" sayup suara berat itu kudengar bersamaan dorongan dari bahuku.

Mataku mengerjap ke sekeliling ruangan sempit namun bergerak. Pandanganku beralih seorang Pria tua di sampingku. Dari tadi ia membangunkanku sepertinya.

"Eh, saya di mana?" tanyaku bingung. Bukankah aku harus mati setelah melemparkan granat pada kereta musuh. Tunggu dulu! Aku berada di dalam kereta?!

"Loh adek gak berhenti di stasiun terakhir ini?" Stasiun terakhir?

Ah, aku ingat. Namaku Raka Dwi Bagaskara. Aku bersama rombongan Mahasiswa pecinta alam sedang melakukan perjalanan menuju daerah Jawa Tengah. Namun semua temanku tidak ada di dalam kereta ini.

"Stasiun terakhir?" tanyaku memastikan keberadaanku. Barusan tadi aku melawan musuh dan penjajah bukan? Bagaimana bisa aku langsung berpindah di lain tempat dan waktu yang berbeda?

"Iya, ini kita udah sampe di stasiun Solo Balapan," hah, Solo? Bukankah stasiun itu sedang diperbaiki?

Sebentar, aku melirik pada tahun yang terpampang di koran. 1998. Ini mimpi?!

"Ini mau ke kota solo, Pak?"

"Iya,"

Tubuhku mendadak lemas, aku kembali masuk dalam mimpi. Kali ini aku berada di masa lalu. Aku harus bangun jika tidak mereka pasti tidak menyadari atas kehilangan salah satu temannya sehingga aku masih di dalam kereta.

CerPen-Judul ada di Bab-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang