Return : Memory Forgetten

6.5K 755 109
                                    

Sekolah nampak asing bagi Felix. Ini karena dia baru saja pindah dari Australia bersama kedua orang tuanya. Dia yang besar di kota semacam Melbourne membuat nya serasa risih dan tak sebebas biasanya. Karena setahu dia, guru dan teman teman di negaranya kini tinggal sungguh kejam. Felix yang masih berumur 15 tahun hanya bisa memikirkan bagaimana dia keluar dan kembali ke Melbourne, Seoul sungguh tak cocok untuknya bahkan di minggu pertama dia pindah.

"Sial-" umpatnya dalam bahasa inggris, sesekali dia berdecih dan kembali mengumpat ketika banyak pasang mata yang melihatnya secara aneh?

"Dia blasteran? Seperti Bangchan? Gila lama kelamaan sekolah kita penuh dengan orang asing."

"Tapi setidaknya Bangchan masih lebih tampan daripada dia, aneh sekali penampilannya."

Ayolah, Felix ini orang korea juga, ya walau lahir dan besar di Aussie, dan lagian Felix tak akan pernah sekolah disini kalau saja dia tak pindah dari negara nya. Andai dia bisa berbicara pada mereka yang malah menggosip, dia sudah pasti melakukannya dengan kasar. Penampilan Felix saat masih di Aussie yang ia kenakan hari ini adalah style para pembuli. Hanya saja, entah kenapa mereka memandang aneh style nya, seperti Fashion terror?

Hah, benar benar.

"Kau murid baru kan?" tanya seseorang saat Felix hendak menemui kepala sekolah.

"Ya, ada apa?" tanya Felix balik dengan suara rendah dan datarnya, padahal sebelum dia pindah Felix tak sedingin ini. Mungkin hanya tak suka, atau belum terbiasa.

Lelaki tadi mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Felix. Bisa dilihat, lelaki ini adalah kakak kelasnya, warna dari celana serta dasinya menegaskan bahwa dia adalah anak kelas 10, sedangkan Felix kelas 9. "Aku Changbin, kepala sekolah menyuruhku untuk menemuimu dan mengantarmu ke kelas, beliau sedang rapat sekarang."

Felix mengangguk tanpa ada basa basi. Dia mengikuti arah kaki lelaki yang ia baru saja ia kenal itu dengan kedua tangan dimasukkan kedalam saku. Kepalanya ia biarkan tertunduk, menghindari segala tatapan yang diberikan padanya, karena sejujurnya Felix benci diperhatikan oleh orang banyak.

"Ini kelasmu. Kalau begitu aku duluan ya!" Changbin segera meninggalkan Felix di kelas yang baru.

Felix menatap kelas nya dengan ragu, masuk atau tidak? Atau kabur saja? Sayangnya, dia itu masih sayang dengan kedua orang tuanya. Dia memikirkan masa depannya juga, apalagi reaksi kedua orang tuanya. Jadi apa Felix kalau kedua orang tuanya kecewa? Bagaimanapun dia sayang dengan orang tuanya.

"Yasudahlah, jalani saja dulu." Akhirnya Felix memasuki kelasnya, menduduki kursi paling belakang yang masih kosong.

Hari demi hari berlalu, Felix kini mulai akrab dengan teman teman sekelasnya. Mungkin dia harus mengubah mainset nya tentang temannya ini, ya walau ada saja yang tak suka, tapi banyak pula orang yang akrab dengannya. Gaya Felix pun berubah, lebih terlihat lucu dan menggemaskan, membuat siapa saja merasa gemas untuk sekedar memukul lengannya, namun terkadang mereka protes dengan sura berat Felix, tak cocok.

"Yongbok kan?" tanya seseorang ketika Felix baru saja keluar dari kelasnya.

"Ah iya, kau kak Changbin kan?" Felix menjawab ramah.

"Ternyata kau masih ingat namaku, syukurlah. Ah iya, aku ingin meminta bantuan mu boleh?" tanya Changbin.

Felix terlihat bingung, "bantuan untuk?"

Changbin menarik lengan Felix dan membawanya ke lapangan, alasannya agar nampak sepi. Karena pada dasarnya, kelas Felix itu termasuk kelas paling berisik. Belum lagi beberapa orang yang kejar kejaran di koridor, bisa bisa belum saja dia berbicara yang ada sudah tak kedengaran karena berisik.

▶Return◀[ChangLix]🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang