Return : 17

1.5K 109 9
                                    

Dua buah kepala bukan lah hal yang merepotkan sama sekali bagi Hyunjin dan juga Changbin. Tenggat waktu yang tak sebentar pun mempermudah mereka untuk mendapatkan korban. Dan dengan pekerjaan level ringan itu, mereka telah mendapat uang 4 miliar banyaknya yang sekarang telah terpampang jelas di depan mata mereka.

Sebuah kartu dengan isi yang luar biasa, baru saja berpindah dari tangan Han Jisung.

"Ku kira akan lama, dua hari, ternyata cukup juga untuk membunuh mereka."

Hyunjin mendecih, "Bahkan dalam waktu sehari pun kami bisa mendapatkannya."

"Iya iya, aku tahu kalian profesional. Memenggal kepala kedua orang yang menjabat sebagai ketua partai itu memang pekerjaan yang sulit. Tapi kalian menyelesaikannya hanya dalam sekejap dan tanpa bekas. Oke, aku suka itu."

Changbin menggerakkan lehernya yang terasa kaku, "Ayah mu itu bukannya bergerak di bidang teknologi? Kenapa sampai harus memperhitungkan orang orang partai?"

Jisung menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa, "Entah, ayah ku memang orang yang tak ku mengerti. Tapi yang ku tahu, dia memang ingin menghancurkan mereka. Mungkin karena telah berkhianat. Asal kalian tahu, kedua kepala ini dulunya adalah ajudan ayah ku."

Dasar orang kaya -- pikir Hyunjin yang mungkin menjadi mayoritas pemikiran kalian. Kehidupan para pebisnis dan politikus yang tidak bisa ditembus itu ternyata punya sisi kotornya masing masing. Bukan hanya di drama drama yang pernah dia tonton saja, ternyata dia juga berlaku sama sekarang, menghadapinya langsung dan turut membunuhnya.

"Apa Felix baik baik saja?" Tanya Changbin.

"Oh iya aku baru sadar kau tidak masuk kampus kemarin. Tapi kau tenang saja, hingga pagi tadi Felix masih aman."

Jisung menjawabnya sambil menyesap kopi pahit americano yang baru ia dapatkan beberapa menit lalu. Dan suguhan tersebut ia berikan juga kepada dua orang di depannya selaku tamu yang datang ke kediamannya. Karena transaksi tersebut terkesan begitu rahasia dan membahayakan, Changbin serta Hyunjin pun disuruh untuk datang membawa hasil mereka serta untuk mendapatkan bayarannya. Kenapa tidak di luar? Ya karena rumah milik keluarga Han ini jauh lebih aman dengan berbagai macam penjagaan ketat.

"Aku sedikit khawatir, perkataan Hyunjin saat itu benar benar membuatku kepikiran." Ucap Changbin.

Hyunjin menatapnya tak percaya, "Tunggu, ini aku yang baru menyadarinya atau memang Changbin sekarang jadi lebih perhatian?!"

Sayangnya daripada membalas pertanyaan Hyunjin yang berlebihan dengan ekspresi lebay nya itu, Changbin malah kembali berbicara dengan Jisung. Membuat Hyunjin merengut seakan akan terlupakan, akan tetapi tak lama setelah itu Hyunjin kembali menimbrung percakapan tersebut karena dialah disini yang menjadi informannya.

Tidak benar benar yakin apa yang dia dengar kala itu membuat mereka sekarang dalam sedikit masalah. Memang, rasanya tidak pantas juga kan mengambil tindakan gegabah jika saja kepastiannya belum jelas. Tapi jika tidak bertindak, bisa salah juga. Apa lagi mengingat fakta bahwa Bangchan itu sangat teramat benci dengan kehadiran Felix. Changbin saja berkata, jika lelaki Bang itu bisa saja bertindak super nekat jika memang apa yang tidak diinginkannya hadir di depan matanya, mengacau segala keinginannya, dan menghancurkan kehidupannya. Walau kesannya berlebihan, apalagi ini adalah Felix yang tidak tahu menahu, tapi Changbin yakin sekarang atau nanti Bangchan pasti akan berulah.

Ketuanya itu memang punya sifat gila alami.

"Kalau begitu kau harus hati hati. Karena kau kaya, berbaik hatilah memberikan salah satu bodyguard mu untuk Felix." Usul Changbin.

"Heh, kenapa harus bodyguard ku? Ini semua bahkan bukan milikku, tapi milik ayahku. Kenapa bukan kau saja yang melakukannya? Aku yakin, dari sekian banyak bodyguard disini, kau lebih bisa." Balas Jisung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

▶Return◀[ChangLix]🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang