Changbin berdiri, meninggalkan markas yang sudah kosong sejak sejam yang lalu. Ya, Jisung dan Felix telah pergi, meninggalkan tangisan Felix yang masih bisa terngiang di pikiran Changbin. Ekspresi lelaki bermarga Seo ini menjadi tidak bisa ditebak, datar, namun kosong, tanpa ada aura seperti biasanya.
Pikirannya melayang, mengikuti alam bawah sadarnya membawa pikirannya ke beberapa tahun yang lalu. Sebelum dirinya menjadi se brengsek sekarang, sebelum dirinya menjadi sejahat sekarang, sebelum dirinya se liar sekarang, sebelum dirinya jatuh dalam dunia gelap ini.
Dulu, saat ia tahu bahwa Yongbok diculik, dia jatuh terpuruk dan mencoba mencari sebisanya. Hingga hari pertama pun berlalu, dia belum bisa menemukan Yongbok. Hatinya hancur dan khawatir, hal itu karena Yongbok adalah cinta pertamanya yang ia ingat bahkan hingga saat ini, mungkin benar kata orang kalau cinta pertama itu susah dilupakan.
Namun nihil, ia tak bisa menemukan kembali keesokan harinya. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menceritakan hal ini pada Bangchan yang sudah lama tak ia kunjungi. Ketika ia pergi ke sana, pembantunya menyuruh Changbin menyusul ke gudang, karena katanya Bangchan ada di gudang. Ia pun berjalan kearah gudang yang berada di belakang rumah tersebut, namun ia tak menemui Bangchan disana. Ia pun menunggu sambil mengitari sekeliling gudang yang penuh dengan kardus dan tumpukan kayu reot.
Betapa terkejutnya Changbin saat matanya menangkap sebuah selimut tebal berwarna coklat . Mungkin menurutnya Bangchan tertidur disitu karena ada surai warna hitam yang mencuat dibalik selimut. Hendak lelaki bermarga Seo itu mengejutkannya, namun apa yang dia lihat?
Bukan, bukan Bang Byung Chan.
Seseorang yang ia begitu kenal, terduduk sekarat -bahkan Changbin kira mati-, mengeluarkan darah yang sudah mengering di pelipis dan beberapa bagian tubuh lainnya, banyak luka lebam disekitar wajahnya, dan lagi kening bagian atas yang bolong seperti ditancapkan paku. Sungguh, Changbin benci mengingat hal ini.
Saking kaget nya, dia sama sekali tidak bisa bergerak dan menutup rahangnya yang terbuka, ia tak tahu harus melakukan apa.
"Lix-"
BRAK
Seseorang mendobrak pintu dengan keras, suara nafas terengah engah menjadi latar belakang kejadian menegangkan itu. Keringat sebutir jagung menghiasi pelipis Bangchan yang kini terpaku khawatir di depan pintu.
"A-aku bisa jelaskan ini semua..."
↘ ↘ ↘
Jisung terdiam di depan pintu, sudah sejak kemarin lelaki itu tidak ingin membuka pintu kamarnya. Ya, Jisung paham, kejadian ini pasti sulit untuk diterima, dia tahu bahwa Felix merasakan sakit disaat ingatan itu kembali mendesak pikirannya, dia paham. Belum lagi sebuah trauma besar yang kini menyelimuti dirinya, hal hal bodoh itu terulang kembali setelah empat tahun.
"Felix, kumohon- ini semua salahku, aku minta maaf, keluarlah Lee, kau ceritakan padaku, kita berbicara, jangan seperti ini."
Sayangnya Felix enggan membukakan pintu, dia masih asik bergelung dalam selimut sambil menatap kosong album foto kenangan lamanya itu. Sejak kemarin kepalanya sakit mengingat semua, dan kini dia mengosongkan pikirannya entah kenapa, menatap kosong tanpa ada ketertarikan, menghela nafas dengan hidung merahnya, mata bengkak seperti menangis satu bulan, ah sudahlah. Menyedihkan.
"Felix baiklah, kalau kau tak mau keluar, aku yang pulang, aku lelah Felix. Aku butuh istirahat dan masih harus mendatangi meeting penerus perusahaan ayah. Jadi aku pamit ya?"
Pesan Jisung dengan suara lantang agar dapat didengarnya, dia sedikit khawatir apabila Felix kenapa napa, tapi dia percaya Felix bukan orang yang mudah bunuh diri karena hal hal seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
▶Return◀[ChangLix]🔞
Fanfiction[SLOW UPDT] [Judul awal Boss] Felix, hanya siswa biasa pada awalnya. Seseorang yang tak ia kenal tiba tiba masuk dan menyeretnya untuk hidup dalam kegelapan yang lelaki itu buat. Seo Changbin, lelaki ini lah yang membuat Felix terombang ambing. Dan...