Return : 12

5K 540 45
                                    

Felix menatap bingung layar handphonenya. Sebuah keanehan baginya dikala ayahnya menelpon dan memberi tahunya hal seperti itu. Bukan apa apa, tapi apa semenyakitkan itu hingga ia disuruh untuk tidak berusaha mengingatnya lagi? Ya, walau memang kejadian kemarin cukup membuatnya sedikit perih merasakannya, tapi apa semengecewakan itu?

Dan lagi, apa kenangan itu memang kenangan yang sebegitu menyakitkannya? Apa tidak ada sesuatu yang berharga yang ada dalam memori usia limabelas tahunnya itu agar bisa jadi alasan untuknya?

"Aish entahlah, kenapa aku malah menjadi seperti ini?" gumam Felix mengacak rambutnya frustasi. "Biar saja kenangan ini ku ingat atau ku lupakan seluruhnya sebagaimana waktu berlalu."

Felix pun beranjak dari ranjangnya, ia berniat untuk mandi dan tidak memikirkan hal ini dulu. Frustasi seperti ini bukanlah keahliannya, jadi dia tidak bisa berlama lama melamun atau menangis, paling lama pun dua hari.

Mungkin memang benar, kenangannya adalah hal yang menyakitkan. Dan sepertinya Changbin serta seseorang di caffe itu pernah menjadi bagian dari kenangannya. Felix enggan untuk tidak percaya, tapi dia juga ragu untuk mulai percaya dengan sepenuhnya. Kilasan berita yang ia tonton tentang kejahatan seketika berputar putar di otaknya, apa mungkin ini adalah salah satu modusnya? Tapi kalau iya, kenapa ayahnya dan Jisung ikut ikutan?

"kenapa jadi korban iklan begini sih?" gumam Felix memukul kepalanya pelan dengan gagang shower yang mengeluarkan air hangat itu.

°°°

Felix memutuskan untuk menelpon Jisung, dia menyuruh nya untuk datang ke kedai kopi di dekat apartement agar tidak terlalu jauh, kebetulan hari ini dia sedang tidak ada mata kuliah. Namun lelaki hamster itu belum juga datang walau waktu telah berlalu sekitar lima belas menit, bahkan caramel machiatto yang sedari tadi menemani Felix hampir habis. Serasa mulai jenuh, Felix pun memutuskan untuk menelpon saja meminta kepastian, siapa tahu dia tidak membaca pesannya dan malah asik mempelajari bisnis bersama ayahnya.

"Sung, kau ini jadi atau tidak?"

"Aku datang sedikit terlambat, kolega ayah ingin menemuiku tadi, sekarang aku sedang di jalan, tunggu saja ya!"

Sambungan telepon diputuskan sepihak oleh Jisung, Felix hanya mendengus kesal, harusnya dia yang menutupnya bukan Jisung. Akhirnya Felix memutuskan untuk memasang headphone sambil menunggu Jisung yang mungkin akan datang lima belas menit lagi, daripada dia bosan hanya melihat lalu lintas yang padat dan beberapa orang dengan pasangannya. Huh, dia iri.

Lagu dari sebuah boyband beranggotakan sembilan orang menjadi pilihannya, lagu dengan judul 'awaken' itu sedikit membawanya terjun dalam melodinya. Kepalanya berangsur angsur mengangguk mengikuti irama yang ada, tubuhnya merinding ketika suara berat milik salah satu dari mereka menghantam indra pendengarannya.

Saking terlalu masuk dalam lagunya, Felix tak sadar bahwa ada sesuatu yang terjadi disekitarnya...

°°°

Hyunjin kini tengah bersiap siap segera pulang ke markas, semalam ia baru saja sadar dan paginya langsung berniat ingin pulang walau sang dokter belum mengijinkan. Jadi, niatnya sih Hyunjin kabur.

Tak ada salah satu anggota pun yang menjemputnya, itu karena mereka tidak dapat kabar kalau Hyunjin telah sadar. Woojin yang biasanya menunggu Hyunjin pun harus pergi dulu mengingat kemarin Neo Cultur tiba tiba menyerang. Namun dia tak ingin langsung pulang, dia ingin pergi dulu sekedar jalan jalan. Dia merindukan kopi, jadi mungkin hari ini dia akan pergi dulu ke kedai kopi sebelum kembali pulang ke markas.

Hyunjin pergi dengan berjalan kaki, dia perlu meregangkan otot ototnya lagi, walau jalannya terasa sedikit sulit karena masih ada luka memar dan jahitan tapi ya setidaknya terbayar dengan segelas kopi kesukaannya nanti. Kedai yang ia kunjungi sebenarnya cukup jauh untuk di lalui dengan berjalan kaki, butuh waktu sekitar empat puluh lima menit untuk sampai disana, tapi lelaki ini enggan memakai transportasi umum dengan alasan kalau dia pakai uangnya untuk bayar taxi atau bus nanti uang yang dia bawa kurang untuk membeli kopi. Omong omong, uang yang dia dapat juga hasil dari mengorek ngorek baju dan celana yang dia pakai sebelumnya.

▶Return◀[ChangLix]🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang