6

42 3 0
                                    

Mengapa kenangan selalu membuatku lemah

Rain
__________________


Pagi ini Rain ke sekolah bareng Mita. Mita pagi-pagi sudah datang ke rumahnya. Dia juga sudah tau kemaren Rain ke mana karena diberitahu sama Radit lebih dulu. Dan sekarang mereka lagi jalan bersama menuju kelasnya mereka berdua.

"Lo tau nggak, Rain. Ke-"

"Nggak tau," jawab Rain enteng.

"Ishh ... gue belum selesai ngomong Rain."

"Oh...."

Mita mengelus-elus dadanya, "Sabar Ta... sabar."

"Untung lo sahabat gue Rain, kalau enggak...."

"Kalau enggak emang kenapa?"

"Enggak kenapa-napa kok Rain. Balik ke topik awal."

"Kemaren, si Rendy sama temennya si Ben nyari lo," kata Mita.

"Ngapain?"

"Kayaknya tuh anak nganggep lo ilang deh gara-gara lo nggak balik-balik ke kelas ampe kelas bubar kemaren."

"Oh ...."

"RAIN!!!"

Itu suara teriakan laki-laki yang sudah sering Rain dengar. Rain menghela napas. Dia heran masih pagi ada saja yang sudah merusak ketenangannya hari ini.

Rendy berlari menuju Rain dengan Ben yang mengekornya di belakang. Setelah tiba di dekat Rain, Rendy langsung mencerca berbagai pertanyaan pada Rain. Ben yang saat ini ada di dekat Rendy, malah tersenyum-senyum ke arah Mita. Mita jadi pengen muntah rasanya melihat gelagat aneh dari Ben.

"Lo kemaren ke mana? kenapa nggak masuk kelas?" tanya Rendy.

"Bukan urusan lo."

Setelah mengatakan itu, Rain berbalik dan meneruskan langkahnya menuju kelas. Rendy tidak menyerah dan tetap menyusul Rain. Dia tetap bertanya sambil berjalan mengikuti langkah Rain.

"Okey, bener kata lo. Itu bukan urusan gue. Tapi harusnya lo minta izin dulu kan sama guru pengajar buat nggak masuk?"

"Gue udah izin," jawab Rain dingin.

Rendy terdiam.

Di belakang mereka. Seseorang sedang memantau gerak-gerik mereka dan melaporkan apa yang dia dengar dengan seseorang yang jauh di sana.

" .... "

"Belum ada."

" .... "

"Dia mulai berusaha mendekatinya," katanya.

" .... "

"Pasti. Semuanya akan berjalan sesuai yang Anda mau." Orang itu tersenyum miring.

" .... "

"Baiklah."

Tut.

Sambungan telpon terputus. Orang itu berbalik dan berjalan menuju kelasnya juga.

Setelah Rain sampai di kelasnya. Dia langsung duduk ke kursinya dan membuka buku novelnya. Rendy yang terdiam di samping meja Rain tidak bisa bertanya lagi. Rendy memilih berjalan ke kursinya dan duduk sambil memandangi punggung Rain.

"Kalo cinta kejar. Cinta perlu perjuangan, Bro," kata Ben sambil menepuk-nepuk bahu Rendy.

"Lo bisa bilang gitu ke gue. Lo sendiri nggak perjuangin cinta lo."

RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang