7

45 3 0
                                    

Luka. Memang perih awalnya.
Tapi seiring waktu juga akan menghilang. Walaupun akan ada bekas yang tertinggal.

-------------------------

Lima menit lagi jam istirahat akan berakhir. Anak-anak sudah banyak yang berdatangan kembali ke kelas. Sama halnya dengan cowok yang saat ini sedang berada di depan Nadin dengan sebungkus ketoprak yang sodorkannya. Nadin benar-benar sudah kehabisan kata-kata untuk menolak semua yang diberikan oleh Rendy.

"Bukannya gue udah bilang, gue nggak laper," geram Rain.

"Gue tau. Tapi gue bawain ketoprak buat lo," kata Rendy.

"Gue nggak minta."

"Kan gue bilang, gue yang bawain buat lo."

"Gue nggak mau."

"Tapi gue maksa." Rendy tersenyum lembut.

"Udah deh, Rain. Lo ambil aja makanan itu. Lo nggak capek apa debat sama dia?" kata Mita pelan.

Rain pasrah, dan akhirnya mengambil makanan dari Rendy lalu meletakkannya di atas meja.

"Sama-sama," kata Rendy. Setelah itu dia melangkah menuju tempat duduknya.

"Thanks," jawab Rain pelan.

-----

Usai berkutat dengan dunia pendidikan. Akhirnya Rain bisa mengistirahatkan tubuh dan juga otaknya yang semakin hari semakin lelah dan berat saja. Ada saja yang membuat dirinya itu lelah. Baik itu tugas sekolah, masalah pribadi, ataupun yang lainnya. Sesaat Rain bisa merasakan ketenangan setelah tiba di rumah. Sesaat dia bisa terlepas dari gangguan dari Rendy si cowok menyebalkan.

Sebenarnya Rain mengakui kalau Rendy itu tidak terlalu menyebalkan. Hanya saja Rain tidak ingin terlalu dekat dengan Rendy. Meskipun hanya suatu hal kecil saja yang dia perbuat, tetapi itu sangat menyulitkan bagi Rain. Rendy selalu saja mengingatkan Rain hal-hal yang pernah terjadi di masa lalunya dari semua perhatian-perhatian yang dia tunjukkannya untuk Rain. Itu lah yang menyebabkan Rain menganggap Rendy itu menyebalkan. Rain hanya tidak ingin mengingat-ingat masa lalu kembali jika terus-menerus bersama Rendy.

Dari awal Rain sudah membuat tekad agar tidak berdekatan dengan Rendy jika ingin melupakan semua hal di masa lalu. Baik itu kenangan manis ataupun kenangan pahit. Tetapi rasanya takdir tidak mendukung dirinya melupakan semua itu. Ada saja nantinya yang membuat Rain bersedih jika sudah berhadapan dengan Rendy. Namun sekarang Rain benar-benar tenang jika sudah berada di rumah seorang diri. 

Tok ... tok ... tok ....

"Masuk aja Bi, nggak di kunci kok," kata Rain. Bibi masuk setelah Rain mengizinkannya.

"Non, di bawah ada tamu."

"Siapa Bi?"

"Bibi juga kurang tau, Non. Katanya dia temen Non Rain di sekolah."

"Siapa ya ...," gumam Rain.

"Ya udah, Bi. Suruh tunggu bentar, Rain akan turun ke bawah."

"Iya, Non akan Bibi bilangin. Tapi Non--" Bibi menggantungkan ucapannya.

"Tapi kenapa, Bi?"

"Em... tadi Bibi... dapet telpon dari Nyonya, Non. Katanya mereka hari ini akan pulang."

Mendengar hal itu membuat Rain teringat kejadian tiga hari yang lalu. Di mana, di suatu malam acara Anniversary pernikahan kedua orang tuanya yang telah Rain persiapkan. Namun gagal lagi akibat Mamah sama Papahnya membatalkan kepulangannya. Seperti biasanya.

RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang