Bagian 6

19.2K 1.1K 60
                                    

"Kamu yang mandi duluan atau aku?" tanya mas Rey saat kami telah tiba di kamar pengantin yang sudah di sediakan oleh hotel yang masih satu gedung dengan tempat resepsi kami di adakan.

"Aku duluan" ucapku cepat karna ingin segera mengistirahatkan badanku yang letih karna di paksa beraktivitas bahkan sebelum raja menampakan sinarnya.

"Ya sudah, cepat sana?" usirnya dengan wajah datar. Aku mengentakan kakiku kesal dan langsung cepat-cepat menuju kamar mandi.

Aku yakin wanita yang membuat suamiku menegang waktu di resepsi itu yang membuat mood suamiku berubah hanya dalam hitungan detik.

Padahal sedari pagi, setelah  mengucapkan ijap kabul mas Rey tersenyum-senyum bahagia seakan pernikahan ini memanglah keinginannya.

Tapi setelah kemunculan wanita yang entah dari mana asalnya mas Rey menampakan wajah datar. Bahkan beberapa kali aku mengelu sakit betis dia tidak perduli. Boro-boro perduli melirikku saja tidak.Mas Rey hanya tersenyum seadanya saat ada yang memberi selamat. Tapi aku yakin pikiran suamiku di tempat lain bukannlah pada orang-orang yang memberi selamat itu.

Ini semua gara-gara wanita itu. Entah apa hubungannya dengan suamiku hingga membuat mood suamiku berubah. Awas saja kalau mereka berani main api di belalangku.

Kalau itu terjadi aku akan membuat kepala suamiku itu botak. Enak saja dia berani selingkuh di belakanku. Aku berkorban banyak demi pernikahan ini. Aku di paksa olehnya meninggalkan predikat lajang menjadi wanita bersuami di usiaku yang baru 19 tahun. Jadi aku tidak terimah di selingkuhi.

Walaupun pernikahan ini tidak pernah aku inginkan. Tapi aku menghargai pernikahan ini. Pernikahan bukanlah sebuah permainan yang bisa dengan seenak jidat kita mencorengnya dengan persilingkuhan. Jadi aku tidak akan membiarkan wanita itu merusak makna indah dari pernikahan ini.

Tapi ngomong-ngomong kenapa aku seperti ustazah.

***

Setelah menghabiskan waktu sejam berendam di bath up yang di taburi bunga mawar membuat badanku rileks dan siap masuk dalam selimut. Namun rencana tinggal rencana saat melihat raut wajah suamiku yang sedang bertelpon entah dengan siapa.

Entah siapa orang yang di telpon atau yang menelpon suamiku hingga wajah suamiku terlihat khawatir.

"Kamu sudah selesai?tanyanya basa-basi setelah menutup panggilan entah dari siapa

Aku menganguk yang langsung membuatnya cepat-cepat berjalan ke kamar mandi. Bahkan dia tidak mau repot-repot menatapku.

Aku menggelang mengusir pikiran tentang Siapa yang menelpon suamiku di malam pernikahan kami. Aku mencoba berpikir positif, Mungkin itu berkaitan dengan masalah bisnisnya, hingga membuat Mas Rey khawatir. 

Sambil mengeringkan rambutku dengan handuk aku mendengar dering hanpone. Yang pasti itu bukan dering ponselku. Karna ponselku bukan seperti itu bunyi deringnya.

Aku celingak-celinguk mencari suara dering ponsel itu. Ternyata ponsel yang berdering ada di atas nakas.

ini adalah ponsel mas Rey yang di gunakan menelpon tadi. Saat aku mendekat deringnya sudah berhenti. Aku penasaran siapa yang menelpon. Apa yang menelpon orang yang sama yang bertelponan dengan mas Rey tadi?

Di dukung oleh rasa penasaran yang tak terbendung, aku mengambil ponsel mas Rey sambil melihat ke arah pintu kamar mandi dengan was-was.

Aku membuka ponselnya yang untungnya tidak terkunci. Aku dengan cepat melihat catatan panggilan tidak terjawab. Ternyata nomornya tidak terdaftar di kontak. Aku yang akan menaruh ponselnya kembali ke atas nakas tidak jadi saat ponselnya berbunyi yang menandakan sms masuk. Kayak jaman dulu aja masih pake sms san. Padahal ini kan jamannya WA.

Calon Istri PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang