Setelah melewati penerbangan selama beberapa jam, akhirnya aku dan mas Rey sampai juga di apartemen mas Rey.
Sebuah apartmen mewah bergaya modern yang terdiri dari tiga puluh lantai. Apartement mas Rey sendiri berada di lantai dua pululu lima. memiliki dua kamar yang salah satunya sudah di sulap menjadi ruang kerja yang juga sebagai perpustakaan mini. Ada sofa besar yang di depannya ada televisi super besar dan ada jiga dapur yang lumayan besar lengkap dengan alat masaknya.
"Aku akan ke kantor. Kau boleh keluar jalan-jalan tapi harus di antar sopir setelah sopir mengantarkanku ke kantor!" aku menganguk-nganguk tampa minat di ambang pintu apartemen mendengar patuah-patuah mas Rey. Tidak tau saja apa yang akan aku rencanakan di kepala cantiku ini untuknya.
"Selalu aktifkan hanponemu. Kalau terjadi sesuatu langsung hubungi aku!" lagi-lagi aku mangut-mangut tampa minat.
Setelah mengatakan patuah-patuahnya itu yang tentu saja tidak akan aku patuhi sebelum melakukan sesuatu, mas Rey pergi setelah memberikan kartu kredit dan sempat-sempatnya mencium keningku.
Setelah melihatnya hilang di bawa lift aku segera masuk ke dalam apartement mengambil tas dan segera berlari ke arah lift.
Mudah-mudahan mas Rey belum pergi.
Saat keluar dari lift aku melihat mas Rey ada di dekat pintu keluar apartemen sedang menelpon. Dengan pelan aku berjalan ke arahnya. Saat melihatnya menaiki mobil warna hitam mewah entah merek apa aku langsung mempercepat langkahku.
Aku langsung mencegat taksi yang baru menurungkan penumpangnya di depanku. Aku merasa bersyukur atas kehadiran taksi itu.
"Pak, ikuti mobil di depan ya?"
"Iya bu"
Aku terus memperhatikan mobil mas Rey yang persis di depan taksi yabg aku naiki. Aku bahkan berusaha tidak berkedip agar mobil yang di tumpangi mas Rey tidak hilang dari pandanganku.
Lima belas kemudian mobil mas Rey berhenti di sebuah gedung tinggi yang aku yakini adalah sebuah kantor. Aku tidak tau apa ini kantor mas Rey atau tidak.
Aku cepat-cepat keluar dari taksi saat melihat mas Rey keluar dari mobil hitam itu masih dengan ponsel di telinga. Entah sedang menelpon siapa?
Aku yang akan melangkah mengikuti mas Rey, secara refleks berhenti mendandak mendengar ponselku berdering cukup nyaring. Aku langsung mengambilnya dengan cepat dan langsung bersembunyi di sebuah pohon yang ada di dekat situ saat mas Rey membalikan badannya.
Untungnya refleksku cepat. Kalau tidak rencanaku yang akan mengikuti mas Rey bisa gagal.
Aku mengangkat panggilan yang ternyata dari mas Rey itu dengan cepat.
"Halo...mas Rey"
"Sopir akan segera ke sana. Jangan keluar selain dengan sopir!"
"IYA MAS REY" teriaku kencang karna aku tidak bisa mendengar suara mas Rey dengan jelas karna ada mobil kebakaran yang lewat.
"Kau sekarang ada di mana? Kenapa terdengar suara mobil pemadan kebakaran.
" mati aku"gumamku tampa sadar.
"Siapa yang mati?"
Aku gelagapan berusaha mencari alasan. Jangan sampai mas Rey tau kalau aku sedang ada di depan gedung kantornya.
"Viviane,di mana kamu sekarang?" tanya mas Rey dengan marah.
"Oh itu...mas Rey. Aku lagi di dekat pintu masuk apartemen.aku bosan ada di apartemen sendirian. Jadi aku berinisiatif menunggu sopirnya mas Rey di depan pintu keluar apartemen" aku menghela nafas lega karna jawabanku itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Istri Pengganti
RomanceProlog... Anastasaya viviane,adalah gadis polos,cerewet,dan manja ini di umur 19 tahun harus rela menggantikan kakaknya untuk menikah dengan laki-laki bermata tajam dan super dingin yang terpaut 12 tahun dengannya. Bagaimanakah nasip pernikahan dua...