Bagian 12

17.1K 1K 99
                                    

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku menyesuikan dengan cahaya lampu yang ada di ruangan ini. Aku berusaha duduk sambil menguap. Aku mengedarkan pandangan kesegala arah hingga mataku melihat sosok manusia yang dua hari ini terus berada disisiku dan menungguiku, sedang tidur sambil duduk di sofa panjang beberapa meter depanku.

Aku mendengkus melihatnya.

Walaupun selama dua hari ini, laki-laki itu merawatku dan memenuhi ke inginginku, dari Membelikanku makanan yang aku inginkan, membantuku minum obat, dan menemaniku di kamar mandi. Walaupun aku menolak dengan keras hal itu, ia tetap memaksa melakukannya.

Selama dua hari ini pun ia tidak keluar ruangan kecuali menemaniku cari angin di taman rumah sakit. Tapi apa yang dia lakukan tidak sedikit pun menghilangkan rasa marah, kecewa yang aku rasakan padanya karna penghianatan yang ia lakukan. Di tambah lagi sampai saat ini dia tidak memintah maaf, menyebabkan Aku berada di rumah sakit ini karna mendorongku demi membela selingkuhannya.

Mengingatnya hanya membuatku kesal. Aku melampiaskannya dengan menatapnya tajam setajam silet yang aku punya. Namun sayang itu tidak berefek apa- apa padanya karna ia masih dengan entengnya tidur dengan damainya.

Aku membuang muka kesal ke arah lain asal bukan ke arahnya. Aku mentap layar tv di di dinding depanku yang tidak menampilakan gambar apapun selain hitam dengan tatapan kosong. Apa yang harus aku lakukan dengan pernikahan ini? Pernikahan ini baru dua hari berlalu, tapi sudah di hantam badai perselingkuhan.

Memang awalnya aku tidak menginginkan pernikahan ini. Tapi aku juga tidak mau bercerai dan menjadi janda di usiaku yang baru akan beranjak dua puluh tahun.

Tapi hatiku rasanya sakit saat bayangan kemarin singgah tampa aku minta di kepalaku. Walau belum memiliki perasaan cinta pada mas Rey, aku tetaplah wanita yang punya perasaan yang akan sakit bila suaminya berselingkuh.

Aku bingun, apa aku harus memendam  masalah ini sendirian atau mengatakan pada keluargaku? Kalau aku mengatakan pada keluargaku, ibu dan ayahku pasti akan sangat sedih mendengarnya.

Saat aku dengan gencar-gencar menolak penikahan ini, mereka dengan yakin meyakinkanku, bahwa laki-laki yang di pilih oleh mereka yang awalnya untuk kakakku adalah laki-laki terbaik yang pernah mereka kenal.

Bagaimana nanti perasaan mereka, saat tau sifat asli mas Rey?

Hingga saat ini, aku belum mengabari keluargaku tentang aku yang ada di rumah sakit. Aku bingun harus mengatakan apa kalau mereka bertanya kenapa aku ada di rumah sakit? Jadi aku memutuskan untuk saat ini tidak memberitahukan pada orang tuaku tentang keadaanku. lagipula aku sudah tidak apa apa.

Sebenarnya dokter sudah memperbolehkan aku pulang sejak kemarin. Tapi laki-laki yang sedang mengerjapkan matanya di sofa panjang itu, melarang dan meminta pada dokter agar aku tetap di rawat di rumah sakit ini satu hari lagi sampai aku benar-benar pulih.

Mengingatnya hanya membuatku tambah kesal. Tidak taukan dia kalau aku ingin cepat-cepat keluar dari rumah sakit ini. Berada disini hanya membuatku bad mood, bukan hanya karna aku tidak menyukai rumah sakit, tapi juga karna aku tidak tahan melihatnya.

Aku menolehkan kepalaku saat mendengar ada yang masuk di ruangan rawatku. Ternyata dokter dan dua suster yang memang langganan datang ke ruanganku untuk mengecek ke adaanku.

"Bagaimana perasaanmu sekarang" tanya dokter bima yang aku baca dari name tagenya sambil mengambil alat yang tergantung di lehernya dan menaruhnya di dadahku.

"Sudah lebih baik dokter"

"Ehmm"

Aku memutar bola mataku malas, karna lagi-lagi mas Rey berdehem setiap dokter bima itu memeriksa dadaku. Padahal kan itu prosedur pemeriksaan. Dasar  orang aneh.

Calon Istri PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang