Bagian 3

19.1K 1.1K 26
                                    

"Kalau kau berani menolak menggantikan kakakmu,siap-siap melihat keluargamu hidup di jalanan karna berani mempermalukan keluargaku" Ancamnya tajam saat kami sudah ada di dapur memisahkan diri dari keluarga besar.

Padahal aku dengan mantap akan menolak menggantikan kakakku saat di tanya tadi tapi belum juga menjawab dengan seenak jidatnya ni laki main narik hingga ke dapur yang membuat ancamannya tadi tidak terdengar oleh keluargaku yang ada di ruang tamu.

Aku harus bagaimana? Aku bimbang akan memilih yang mana. Masa depanku atau keluargaku? karna aku yakin ancamannya itu bukannlah bualan semata. Aku pernah iseng mencari tau tentang calon kakak iparku yang mungkin sebentar lagi akan jadi calonku ini di internet dan aku di buat tercengang dengan banyaknya perusaan yang di bawah pimpinannya di tamba dengan mas re...merupakan calon pewaris perusahaan keluarganya yang kaya raya melintir itu.

dengan kuasa dan kekayaan yang di miliki mas re...bisa di pastikan membuat keluargaku yang kekayaannya tidak seberapa bangkrut dalam sekejap.

"Jangan banyak berfikir dengan sesuatu yang sia-sia!!! kamu tinggal pergi ke depan dan katakan kau setuju menggantikan kakakmu yang kabur itu!!!"

Aku menatapnya memelas" tapi aku  masih ingin kuliah mas re..."ujarku dengan mata berkaca-kaca. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupanku kalau aku menikah di usia sekarang apalagi dengan statusku yang masih mahasiswi. Aku masih ingin senang-senang dan hidup dengan bebas tampa terikat dengan ikatan pernikahan apalagi menikah dengan pria dingin yang tidak aku kenal dan selalu menatapku tajam.

" siapa bilang kamu tidak bisa kuliah saat kita menikah nanti?kamu tetap bisa kuliah" sahutnya dengan tatapan lembut

" Tapi temanku yang sudah menikah berhenti kuliah. Katanya setelah kita menikah kita harus melayani suami,baik mengurus pakaian kerjanya, makananya, serta memberikan anak serta prosesnya." kataku dengan menghapus air mata di kedua pipiku sambil sesunggukan mengingat nasip temanku setelah menikah. Aku tidak mau seperti itu.

"Kamu tidak perlu khawatir tentang itu, karna aku tidak menuntun kamu harus mengurus pakainku, makananku karna sudah ada yang mengurusnya, kecuali..." ujarnya berhenti yang membuatku penasaran.

"Kecuali apa mas re..." tanyaku yang sudah tidak dapat membendung rasa penasaranku dengan kalimatnya yang berhenti.

"Kecuali memberikan anak dan prosesnya" jawabnya dengan tersenyum kecil entah apa maksudnya yang membuatku lesuh. Padahal aku sangat senang tidak harus mengerjakan sesuatu yang biasanya di kerjakan oleh bibi.

"Kenapa tidak memintanya kepada yang mengurus pakain mas re...?" tanyaku polos yang langsung di hadiayi jitakan di kepalaku yang membuatku mengaduh kesakitan.

"Walau aku bisa mendapatkan proses pembuatannya dari perempuan manapun,tapi kalau anakku harus lahir dari rahim wanita yang menyandang istriku. Kamu mengerti " katanya dengan tatapan setajam elang. Aku menggelang-gelang tidak mengerti

"Maksudnya, aku tidak perlu melakukan prosesnya dan hanya memberikan mas re anak. Memang bisa?" tanyaku bingun karna tidak mengerti arah pembicaraanya. Bagaimana tidak bingun prosesnya dengan perempuan lain tapi hasinya dengan aku. Kok aku ngak pernah belajar saat di SMA tentang itu ya. Padahal aku jurusan IPA.

"Ya tentu saja tidak bisa"ujarnya kesal.

" Tapi...

"Tidak ada tapi tapian. Sebaiknya sekarang kamu pergi ke depan di mana keluarga kita sedang menunggu dan katakan kamu bersediah menikah denganku " perintahnya memotong ucapanku

Sesudah mengatakan perintah laki laki dingin itu langsung berbalik badan dan berjalan ke arah ruang tamu.

Aki menghentakan kaki kesal. Terpaksa aku harus menuruti perintanya. Karna demi apapun aku tidak sanggup melihat keluargaku harus menderita seandainya aku menolak menikah dengan mantan calon kakak iparku itu.

"Ayo vi...kamu pasti bisa" gumamku pada diri sendiri memberi semangat.

*****

"Sekarang kita akan masuk di inti acara yaitu,memasangkan cincin tunangan ke jari pasangan." ujar MC wanita yang langsung di sambut riuh bahagia dan tepuk tangan dari para undangan dan keluarga besar kami. Aku hanya tersenyum masam melirik mereka yang bahagia.

Aku melirik calon tunangan yang sebentar lagi jadi calonku itu dengan cemberut. Dan merutuki laki-laki itu dalam hati sambil melihatnya dengan tajam. Berharap tatapan tajamku bisa memutilasi tubuhnya. Seakan sadar di perhatikan calon tunanganku itu melirikku dengan tatapan datar. Aku melengos memalingkan wajahku dengan cemberut.

"Akan di mulai dari sang wanita yang akan memasangkan cincin kepada sang pria!"intruksi MC yang lagi-lagi mendapat  tepukan dan sambutan riuh dari para undangan.

Para undangan yang sebelumnya terheran-heran mengetahui nama calon wanita berbeda dengan nama di kartu undangan yang di terimah mereka juga ikut bertepuk tangan dengan semangat. Entah apa yang di katakan keluargaku dan keluarga mas re...hingga mereka sudah tidak membahasnya.

Aku mengambil cincin emas polos yang di sodorkan sepupu perempuanku tampa minat. Aku mengerutkan alisku bingun melihat huruf V di cincin bulat tunangan kami. Seharusnya huruf S yang ada di cincin itu walaupun pada akhirnya akulah yang jadi tunangannya. Tapi kan saat memesan cincin ini ka Sandra yang jadi calon tunangannya. Seharusnya inisial ka Sandra yang ada di cincin ini.Masa ia dia bisa mengubahnya hanya dalam hitungan jam.

Walaupun terlihat sederhana dan polos,aku yakin harganya tidaklah murah dan pasti membutuhkan beberapa hari untuk membuatnya.

" Sampai kapan kamu akan melihat cincin itu dengan mata melotot" ujar seseorang di telingaku yang membuatku berjengit kaget. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku mendongak untuk melihat asal suara itu yang ternyata suara mas re. Aku tidak sadar entah sudah berapa lama aku memandang cincin ini,hingga membuat mas re marah.

Aku menghela nafas sebelum memasangkan cincin di jari manis mas re...yang langsung mendapat tepuk tangan dari para undangan.

Sesuai intruksi MC mas re...memasangkan cincin di jari manisku yang sialnya pas. Padahal aku sudah berdoa dalam hati supaya cincin itu tidak pas sehingga acara pertunangan ini bisa batal. Namun sayangnya doa jelekku tidak di kabulkan.

Fix cincin ini bukan milik ka sandra. Kalau cincin ini memang di buat untuk ka sandra pasti tidak muat di jari manisku. Karna ukuran jari manisku dengan ka Sandra berbeda.

"Selanjutnya,kita akam melihat mereka  memberikan ciuman sayang ke pasangannya." ujar MC dengan seenak jidatnya. Aku ingin sekali melemparkan pembawa acara yang sotoy itu di mulut harimau. Berani-beraninya dia menyuruhku yang masih polos ini melakukan itu.

"Kau duluan!"

"Apa?"

"Ciumannya!" jawabnya kesal sambil memotar bola matanya.

Aku mendesah"Menunduk!"

"Untuk apa?"

"Tentu saja untuk memberikan mas re...ciuman" sahutku bosan.

Mas re...menunduk sesuai dengan permintaanku. Mungkin dia juga mengerti bahwa dia itu ketinggian hingga tidak banyak protes dengan permintaanku itu.

Walaupun mas re...sudah menunduk aku tetap harus berjinjit sedikit untuk mencium pipinya.

"Sekarang giliran sang pria memberikan ciuman sayang pada sang wanita" intruksi MC itu lagi yang langsung membuat mas re...maju mempersempit jarak di antara kami.

Mas re...menunduk. Aku berfikir mas re...akan memberikan ciuman di pipiku seperti apa yang aku lakukan. Tapi tebakanku salah saat aku merasakan sesuatu yang lembab di atas bibirku dan sedang melumat bibir mugilku.

Aku melotot dan memegang dadaku yang tiba-tiba berdebar.

"Ada apa denganku?"

***

Bantu koreksi ya,apabila ada salah-salah kata dalam tulisanku ini

Dan mohon vote dan komennya di part in

       *terimah kasih*


Calon Istri PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang