Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan. Tidak terasa hari yang paling bersejarah dalam hidupku akan terjadi hanya dalam hitungan jam lagi. Sebentar lagi statusku akan segera berubah dari gadis singgel menjadi wanita bersuami.
Aku menghela nafas gusar.
Hanya aku saja atau ini di alami oleh semua gadis yang akan menikah. Apa setiap gadis yang akan menikah akan merasakan dak dik dan perasaan khawatir melandanya. Atau hanya aku, karna menikah dengan paksa menggantikan kakakku yang seenak jidatnya kabur dan melimpahkan tanggung jawabnya padaku.
Aku menengok dari kaca rias ke arah pintu saat seseorang masuk tampa mengetuk pintu terlebih dahulu. Seseorang yang tak ada sopannya itu ternyata sahabatku Nabila yang memberitahukan bahwa rombongan calon suamiku dengan keluarganya besarnya sudah menuju ke mari. Aku menganguk-nganguk dan setelahnya perias pengantin kembali momoles wajahku dengan berbagai macam alat mek ap.
Pernikahannya, eh maksudnya akadnya akan di lakukan di rumahku sendiri. Lalu akan di lajutkan dengan resepsi yang akan di lakukan di hotel yang masih merupakan hotel mas re...
Berbicara tentang mas re...aku jadi kesal sendiri. Bagaimana tidak, selama dua bulan ini dia tidak pernah menampakan dirinya di hadapanku maupun menghubungiku. Selama dua bulan ini dia Seperti hilang di telan bumi. Bahkan setelah foto pre wedding hanya dua kali kami bertemu. Saat mengukur busana pengantin yang akan kami pakai hari ini dan pemesanan cincin,itu pun hanya sehari setiap di datang di jakarta.
Suamiku maksudnya calon suamiku bekerja menjadi CEO di perusahaan perhotelan di singgapure yang didirikan sendiri selama menjalani study SI di singgapure beberapa tahun lalu. Perusahaan mas re...itu cukup sukses dan sudah memiliki cabang di beberapa Negara termasuk indonesia.
Mengetahui hal itu saat melakukan foto pre wedding yang di katakannya sendiri. Sebenarnya bukan di katakan sendiri juga sih tapi,karna aku menanyakannya.
Mana mungkin mas re...yang pelit bicara itu akan mengatakannya sendiri. Sampai langit berubah kuning pun mas re ...tidak akan mengatakannya. Makanya aku berinisiatif menanyakannya duluan.Aku yang tidak tau tentang apapun selain dia sukses,tercengang mengetahui bahwa mas re...menetap di singgapure. Aku yang kuliah di jakarta jelas saat itu uring-uringan. Dan aku memohon lebih tepatnya memaksa agar aku tetap kuliah di jakarta setelah kami menikah.
Setelah menggunakan cara ngambek dan mengancam akan kabur di hari pernikahan akhirnya mas re...menyetujui agar aku tetap kuliah di jakarta setelah kami menikah.
Aku bersyukur atas itu karna lagi-lagi mas Rey mengala denganku. Memang dari dekorasi, warna dan model baju pengantin, pemilihan cincin sampai undangan semua sesuai dengan pilihanku.
Aku tidak tau kenapa dia menuruti semua keininganku tentang konsep pernikahan ini begitu mudah. Kecuali tentang pilihanku yang akan tetap tinggal di indonesia setelah kami menikah. Keinginanku yang itu kalau bukan dengan ancaman akan melarikan diri di hari pernikahan dia tidak akan menetujuinya.
Mungkin dia takut nama baiknya dan keluarganya tercoreng kalau sampai aku melarikan diri di hari pernikahan kami yang akan terjadi beberapa jam lagi. Mungkin itu alasannya Atau bisa saja dia sudah jatuh cinta padaku.
Mungkin juga melihat dia dengan mudah mengabulkan keinginku. Aku menganguk-nganguk. Sebelum kemudian menggelang kepala dengan kuat. Itu tidak mungkin melihat sikap dinginya padaku.
Ah...sebodoh amat. mau dia jatuh cinta ke... atau tidak itu tidaklah penting bagiku sekarang. Karna bagaimana pun pernikahan ini terjadi bukan kehendak aku maupun mas rey. Yang penting sekarang ini aku tetap bisa tinggal di indonesia setelah pernikahan.
Bukan aku tidak mau ikut dengannya ke singapure juga. Aku tetap akan menyusul ke sana karna bagaimana pun aku sudah menjadi istrinya maksudnya akan menjadi istrinya. Sudah kewajibanku sebagai istri apabila kami sudah menikah untuk tinggal bersama. Tapi bukan sekarang karna aku masih kuliah.
Mas rey mengusulkan agar aku melanjutkan kuliahku di singapure tapi aku tidak mau. Aku malas harus menyesuikan lagi dengan lingkungan baru. Lagipula keluarga dan sahabatku ada disini. Walaupun mas rey akan menjadi suamiku tatap saja ia masih asing bagiku karna pernikahan ini begitu mendadak.
"Vi...cepat turun! Na Revan dan keluarganya sudah tiba." aku berjengit kaget dengan suara ibu yang tiba-tiba itu.
"Iya bu, sebentar!"
Aku berdiri dari kursi depan meja rias sambil menarik nafas panjang dan membuangnya berlahan sambil melihat diriku sendiri di cermin di depanku.
"Viviane?"
Oh...kalau ibuku sudah memanggil namaku seperti itu artinya ibuku sedang kesal. Aku langsung berbalik dan berjalan cepat ke arah pintu di mana ibu sedang menunggu. Entah kemana ini sahabat-sahabatku yang berjanji akan menemaniku.
"Iya bu..." walau hati berdebar-debar aku tetap memaksakan diriku pergi ke ruang keluarga yang sudah di sulap menjadi aula pernikahan.
Dan disinilah aku sekarang,duduk di samping calon mempelai laki-laki yang terlihat semakin tampan dengan jas hitam sedangkan yang serasi dengan kebayaku yang warna putih
Aku menghela nafas pasra saat mas rey telah menjabat tangan ayahku dengan mantap dan mengucapkan kalimat sakral yang mengubah statusku dalam hitungan detik.
"Saya terimah nikah dan kawinnya Anastasya Vviane binti Ravael dengan emas 18 karat dan seperangkat alas sholat di bayar tunai"
"SAH..."
" SAH..."
***
"Mas rey kenapa tamunya banyak sekali"
Bisikku kesal karna sudah lelah berdiri menerima salaman dari para undangan yang tidak pernah aku bayangkan bisa sebanyak ini. Aku sangat capek dan ingin cepat-cepat mencari kasur untuk mengistirahatkan tubuhku yang sangat letih ini. Katakan aku lebay tapi tubuhku ini benar-benar sangat lelah apalagi setelah akad di lanjutkan dengan resepsi. Aku belum beristirah sama sekali dari subuh."Kenapa?kamu capek?"tanyanya dengan khawatir.
"Iya"jawabku lesu tapi tetap menerimah salaman dari para undangan yang entah siapa saja dengan ramah.
" sabar ya, sebentar lagi akan selesai"ucapnya dengan lembut
Aku menganguk."Selamat ya atas pernikahanmu" ucap seorang wanita seksi yang membuat mas Rey menegang. Aku mengerutkan alisku bingun. Apa hanya perasaanku saja.
Aku melihat wanita seksi yang masih belum melepaskan tanganya dari tangan mas Rey itu dengan bingun. Makin bingun lagi saat melihat ekspresi wajahnya yang sedih. Seharusnya dia tersenyum bahagian kan,seperti yang lain.
Aku melirik Mas Rey ingin mempertanyakan siapa wanita ini. Tapi aku di buat melotot melihat ekspresi yang sama di tampilkan laki-laki yang telah sah menjadi suamiku itu.
Hey...ada apa dengan mereka. Jangan bilang mereka adalah sepasang kekasih. Awas saja kalau iya. Aku tidak akan diam kalau benar mereka adalah sepasang kekasih. Kalaupun mereka adalah sepasang kekasih tapi mulai hari ini aku telah memutuskan hubungan mereka.
Aku bukanlah orang lemah seperti pemeran utama dalam sebuah sinetron. Karna aku dalah pengganti entah apa hubungannya aku tidak peduli. Yang pasti aku tidak akan tinggal diam apabila mereka masih menjalin hubungan setelah pernikahan ini.
***
*Aku belum mengeditnya*Maaf lama
Aku sebenarnya malas menulis. Tapi karna melihat begitu banyak yang menanti cerita ini aku memakskan diri untuk melanjutkan cerita ini.
Aku mohon doa supaya aku bisa melanjutkan cerita ini dan Majikan suamiku aampai selesai. Tapi selain doa aku juga butuh vote kalian. Karna melihat begitu banyak yang memberikan vote aku jadi semangat menulis.
*terimah kasih banyak*

KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Istri Pengganti
RomansaProlog... Anastasaya viviane,adalah gadis polos,cerewet,dan manja ini di umur 19 tahun harus rela menggantikan kakaknya untuk menikah dengan laki-laki bermata tajam dan super dingin yang terpaut 12 tahun dengannya. Bagaimanakah nasip pernikahan dua...