Bagian 10

15.3K 1K 83
                                        

Yuhu...aku sangat senang...karna cerita ini mendapat 400 lebih vote dan 100 lebih comen dalam dua hari. Itu sebuah kebanggaan untuk aku.

Karna aku senang, aku mengapload part bagian 10 cepat dan paling panjang di bandingkan part lain.

Entah kenapa melihat banyak yang vote dan comen, ide di kepalaku lancar selancar keteta api.

Terimah kasih...

Selamat membaca, maaf kalau tidak sesuai dengan harapan kalian.

***

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku berlahan, menyesuikan dengan cahaya yang tertangkap retina mataku. Setelah mataku yang indah dan imut ini terbuka sepenunya, aku mengedarkan pandanganku kesekeliling.  Aku bingun di mana aku sekarang, kenapa semua berwarna putih?, Apa aku sudah ada di surga?

Aku berusaha duduk sambil memegang kepalaku yang sangat sakit. Aku menengok ke kiri, karna merasa tanganku terhalang sesuatu. Ternyata itu adalah selang infus. Aku mencoba mengingat-ngingat apa yang terjadi hingga aku bisa berada di rumah sakit Seperti ini. Kenapa aku bisa mengatakan aku berada di rumah sakit. Karna semua yang ada di sini memang peralatan rumah sakit. Apalagi tanganku saat ini, yang sedang di infus.

Belum juga mengingat apa yang terjadi, aku merasakan sesuatu gejolak akan keluar dari perutku. Ini pasti karna bau obat-obatan yang ada di ruangan ini. Aku benci obat. Karna dari kecil aku lebih memilih di suntik dari pada minum obat.

Ada satu ketika saat aku sakit, aku di paksa minum obat. Tapi bukannya sembuh, aku semakin parah. Karna aku memuntahkan kembali obat-obat yang aku minum beserta makanan yang aku makan. Setelah kejadian itu, aku sangat-sangat menjaga kesehatanku. Karna aku memilih mencegah dari pada mengobati.

Tapi, ngomong-ngomong kenapa aku mala curhat. Seharusnya aku mencari toilet kan.

Aku mencoba turun dari kasur rumah sakit dengan berlahan, menjaga agar infusku tidak mengeluarkan darah. Aku harus membuat tanganku yang sedang di infus tetap di bawah agar darahnya tidak keluar.

Aku menarik napas lega, bisa menurunkan ke dua kakiku di lantai dan berdiri dengan tegak, walau masih terasa lemas kakiku di paksa menopang tubuhku yang langsing ini. Tapi aku harus memaksakan kakiku yang jenjang ini ke kamar mandi, karna tidak ada yang bisa aku minta tolong, aku sendirian di kamar ini. Aku melirik ke tanganku yang di infus, Aku lega karna dia tidak mengeluarkan darah Seperti yang aku khawatirkan. Aku melirik ke arah pintu karna mendengar ada yang masuk. Aku membuang muka saat tau siapa yang masuk di kamar rawatku ini. Aku ingat sekarang! kenapa aku berakhir di sini. Itu semua karna laki-laki brengsek itu. Melihatnya, membuatku ingat dengan jelas kejadian apa yang membuatku hinnga mendapat perban di pelipisku ini. Aku tidak tau, apa dia juga yang membawaku ke sini. Semoga tidak!karna aku sungguh tidak sudi harus bergantian di gendong dengan wanita ular itu.

Baru satu langkah, aku merasa seseorang menghalangi jalanku."vi kamu mau, kemana?"tanya laki-laki itu sambil memegang tanganku dengan lembut.

"Lepaskan...!" walau ingin bersikap biasa saja, tapi yang aku lakukan saat ini terdengar  Seperti bentakan. Tapi bukannya melepaskan, laki-laki itu seakan menuntunku kembali ke ranjang. Dia berpura-pura seperti tidak mendengar kata-kataku tadi.

Atau jangan-jangan dia memang tidak bisa mendengar,karna jambakanku di rambutnya kemarin. Aku mendongak menatapnya kasihan. Tapi, tunggu dulu! kenapa aku harus kasihan dengannya. Biarkan saja kalau itu terjadi, itu artinya ia kualat karna berani menghianati istrinya yang cantik jelita ini.

Tapi perutku sudah tidak bisa lagi bertahan oleh gejolak ini. Aku harus cepat-cepat cari kamar mandi atau toilet. Harus!!!

Aku mencoba melepaskan tanganku dari genggamannya, tapi tak kunjung bisa. Mungkin, karna tanganku yang lemah atau dia saja yang kelebihan kekuatan. Tapi aku tidak peduli. Aku sudah tidak tahan lagi.

Calon Istri PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang