Aku memberontak saat mas Rey memisahkanku dari pelukan Le min ho dengan cara menarikku dan menempatkanku ke belakang punggungnya. Aku memukul-mukul punggungnya dengan ganas, berharap ia melepaskan tanganku dari cengramanannya, agar aku bisa kembali memeluk pangeranku.
Aku cemberut, bukannya melepaskan tanganku. Mas Rey semakin mengeratkan genggamannya yang membuatku meringis kesakitan.
Tapi aku tidak menyerah, aku terus memberontak dan berusaha melepaskan tanganku dari genggaman mas Rey."Hey, santai! Kenapa kau melihatku seperti itu"
Aku berhenti memberontak dan memiringkan kepalaku ke kanan agar bisa melihat pangeranku yang terhalang tubuh gajah mas Rey. Aku tercengang melihat pangeranku yang sedang tersenyum. Aku menyentuh dadaku yang berdetak lebih kencang dari biasanya dengan tanganku yang bebas. Aku dag dig dug, kakiku lemas seperti jeli, pipiku mereh merona seperti tomat. Lebay memang, tapi aku benar-benar merasakan hal seperti itu hanya dengan melihat senyumananya.
Apalagi saat Le min ho mendipkan sebelah matanya padaku. Aku semakin histeris dan tampa sadar memukul-mukul punggung mas Rey membabi buta sambil melompat-lompat. Mas Rey melepaskan tanganku dan balik memandangku dengan tajam.
"Oppa! Oppa! Oppa!" teriaku heboh masih sambil melompat-lompat dan berusaha berlari ke arah Oppaku. Namun sayang mas Rey yang nyebelin selalu menghalangi jalanku. Aku ke kanan ia juga ke kanan, aku ke kiri ia juga ke kiri, aku berhenti ia juga berhenti. Menyebalkan. Apa mas Rey pikir kita ini lagi ikut paskibraka.
Aku menatapnya tajam. Mas Rey menatapku bingun.
" kau memanggil siapa? tidak ada kakek-kakek disini" tanya mas Rey sambil mengernyitkan alisnya semakin dalam. Aku menatapnya tajam. Enak saja dia mengatakan pangeranku kakek-kakek. Oppaku itu masih mudah tau. Dasar tidak gaul.
"Oppaku itu bukan kakek-kakek. Oppaku masih muda dan Gantik, tau."
"Gantik? Tumbuhan apa itu?" aku memukul dada mas Rey gemas sambil menatapnya kesal"bukan tumbuhan mas Rey. Gantik itu, singkatan dari ganteng cantik"
"Hah..."
"Sudahlah mas Rey tidak akan mengerti tentang itu" aku mengibaskan tanganku dan dengan cepat berjalan ke arah Oppaku. Langkahku terhenti saat ada seseorang yang menahan kerah bajuku dari belakang. Aku memberontak, menganyun-ngayunkan ke dua tanganku ke udara, berusaha mencapai Oppa yang tertawa dengan menawannya. Aku terus berusaha! Sedikit lagi aku akan mencapai Oppaku.
"Oppa! Oppa! Oppa! Sarange!" aku memanggil-manggil Oppaku yang masih betahnya tersenyum yang membuat hatiku semakin berdebar-debar.
"Revan. Mungkin nanti saja aku kemari. Selesaikan dulu masalahmu dengan istrimu!" setelah mengatakan kalimat yang tidak aku mengerti, sambil terkekeh geli Oppaku berjalan menjauh hingga menghilang di balik pintu.
"Oppa tunggu! Kau mau kemana?
Aku tersentak kaget saat mas Rey membalikan tubuhku secara tiba-tiba menghadapnya. Aku mendongak melayangkan tatapan membunuh padanya. Karna dia aku gagal menyusul Oppaku.
" Apa yang kau lakukan? Kenapa kau menatap Ryan dengan wajah menjijikan seperti itu? Dan kenapa kau memanggilnya Oppa. Oppa. Sarange!? dia Ryan,Bukan Oppamu" bentaknya dengan tatapan tajam.
Aku mendesis, memberikan pelototan tajam balik padanya"Dia Oppaku!"
Aku terus saja menatap mas Rey tajam yang juga balik menatapku tajam. Aku tidak peduli. Biasannya kalau sudah di berikan tatatapan tajam seperti itu aku akan langsung menunduk ketakutan. Tapi beda untuk saat ini. Aku tidak akan mengalah. Aku mengangkat dagu setinggi-tingginya menantangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Istri Pengganti
RomanceProlog... Anastasaya viviane,adalah gadis polos,cerewet,dan manja ini di umur 19 tahun harus rela menggantikan kakaknya untuk menikah dengan laki-laki bermata tajam dan super dingin yang terpaut 12 tahun dengannya. Bagaimanakah nasip pernikahan dua...