Ia membenarkan dasi hitamnya sekali lagi. Ia tidak mau terlihat berantakkan hari ini. Harus sempurna, batinnya. Setelah merasa siap, ia menghembuskan napas dalam-dalam. Oke, Suho. Kau bisa melakukannya. Kau sudah biasa. Tenang, oke? Ia berbicara pada dirinya sendiri.
"Dad? Apa kau sudah selesai?" sebuah suara mengagetkan Suho, yang sedang mematut dirinya di cermin. Ujung mata Suho menatap seorang gadis kecil dengan rambut sebahu, baju serba hitam menatapnya tidak sabar. His little angel.
"Uh? Iya, sayang. Dad sudah siap."
"Mom tidak suka menunggu lama~!" ia memekik, melangkahkan kakinya lalu menarik tangan besar Ayahnya dengan tangan mungilnya. Suho terkekeh geli,
"Pelan-pelan, Chaerin.."
"Aku tidak sabar untuk bertemu Mom!" ia memekik. Tangan kecilnya masih menarik Suho ke ruang tengah, lalu mengambil sebuket bunga yang cukup besar.
"Biar aku saja!" kata Chaerin, anaknya, sambil mengangkat buket bunga itu.
"Apa kau yakin? Biar Dad saja yang--"
"No, Dad! Ayo lebih baik kita pergi sekarang!" Chaerin mengeluh tidak sabar. Suho tersenyum tipis,
"Baiklah, baiklah..."
Mereka selalu seperti ini setiap 3 bulan sekali. Membeli bunga, berpakaian super rapi, untuk menemui ibunya. Chaerin selalu menunggu-nunggu hal ini, makanya ia tidak sabar karena ayahnya yang super lelet. Kini mereka sedang ada di perjalanan. Cuaca agak mendung hari ini, tapi itu tidak menghalangi mereka.
Suho melirik Chaerin yang duduk di bangku sebelahnya, memeluk sebuket bunga sambil bersenandung. Suho lega, anak itu moodnya baik. Selalu baik, actually.
"Dad?"
"Ya?"
"Tidak. Aku hanya memanggil." Chaerin tersenyum tipis. Suho tertawa. Anak umur 4 tahunnya ini memang selalu begitu. Sama seperti ibunya, selalu memanggil tapi akhirnya akan bilang, Tidak, hanya memanggil. Ia menghembuskan napas, Oh, aku sangat merindukanmu...
Setelah 23 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di tujuan. Suho menggenggam erat tangan Chaerin, melewati padang rumput hijau, dengan beberapa pohon yang kini daunnya sebagian gugur. Setelah beberapa menit berjalan, mereka berhenti di tempat tujuan mereka.
"Mom!" Chaerin berseru, melompat ke sebuah gundukan tanah dengan rumput hijau yang melapisinya. Daun-daun yang gugur menutupi sebagian gundukan itu. Dengan semangat, Chaerin membersihkan dedaunan itu, dibantu Suho.
"Hi, sayang. Ini kami lagi." Suho mulai berjongkok, lalu menaruh sebuket bunga itu di depan sebuah batu silver berukuran sedang. Chaerin ikut berjongkok di samping ayahnya.
"Mom, apakah kami terlambat? Jika iya, itu adalah totally kesalahan Dad." Omel Chaerin dengan suara cemprengnya. Suho terkekeh,
"Maaf, sayang. Aku kewalahan memansang dasi ini, kau tahu? Biasanya kau yang... oh, baiklah, aku minta maaf." Suho mengelus rerumputan itu lembut. Chaerin menempelkan telinganya disana. Suho bingung, apa yang dilakukan malaikat kecilnya itu?
"Jangan khawatir, Dad! Mom bilang Dad dimaafkan."
Chaerin begitu polos, itu yang Suho suka dari anaknya. Ia juga anak yang kuat. Ia sama sekali tidak berkomentar saat tahu ia tidak punya Mom lagi. Chaerin anak yang ceria, juga talkactive, sama seperti ibunya, pikir Suho.
Setelah berbincang—dan kebanyakan Chaerin yang bercerita tentang kesehariannya—mereka pun berdoa, lalu memutuskan untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Again [Suho x Eunji] ✔️
Romance(DALAM PROSES EDITING) Disaat cinta sudah menjatuhkan mereka berkali-kali, apakah mereka bisa mencintai--lagi? Eunji, seorang penulis yang tidak bisa mencintai lagi karena calon suaminya lari di hari pernikahannya. Suho, seorang ayah satu anak yang...