Satu

1K 184 20
                                    

"Kak," panggil Gunhee sembari mencomot satu potongan apel dari piring di atas meja yang ada di hadapannya.

"Hm?" respons Luda di sela mengupas kulit apel dengan pisau.

"Lagi PMS, ya?" Suara Gunhee tidak begitu jelas karena sedang mengunyah.

"Kok?" Luda mendongak dengan terkejut. Otomatis pergerakannya dalam mengupas apel juga terhenti.

"Lha tadi pulang-pulang banting pintu. Terus pas mau ganti baju, bajunya nggak ada Kakak marah-marah," ujar sang adik yang sudah menelan potongan apel. "Apa namanya kalo nggak PMS?"

"Anak kecil jangan sok tau, ya." Luda kembali melanjutkan mengupas.

Gunhee mendesis. "Anak kecil bilang anak kecil."

"Mwo?!"

"Anak kecil." Gunhee menjulurkan lidahnya.

"Ya!" Luda berniat memukul, sayangnya Gunhee sudah menghindar terlebih dulu.

"Anak kecil, anak kecil. Weee."

Luda yang tidak terima pun langsung mengejar Gunhee. Hingga akhirnya, aksi kejar-kejaran mengelilingi meja pun tak terhindarkan lagi.

Itu juga salah satu penyebab Luda tidak menyukai tubuh mungilnya. Sering diejek anak kecil oleh Gunhee mentang-mentang badannya mungil.

🐰🐰🐰

"Maaa!" panggil Hyunbin sembari mencari-cari sesuatu di tumpukan pakaian dan celana di lemari.

Belum ada respons dari orang yang dipanggil di luar sana.

"Ma! Mamaa!" Hyunbin menaikkan volume suara, sementara tangannya tak berhenti mencari.

"Ya, Sayang?"

"Tau baju kesayangan Hyunbin nggak?"

"Huh? Baju yang mana?"

"Itu, lho, yang dikasih Om Donghae beberapa bulan lalu. Oleh-oleh dari Jepang katanya."

"Duh, Mama tetep nggak ngerti. Coba kamu cari di tumpukan pakaian bersih yang belum di setrika di kamar belakang," ujar Yuri dari luar sana. "Mama lagi sibuk nyiapin makan malam. Nggak bisa bantuin nyari."

Hyunbin menurut saja. Namun sebelum keluar kamar, ia terlebih dulu mengambil sembarang pakaian dari lemari. Sedari tadi, ia memang bertelanjang dada seusai mandi.

Belum tiba di tempat tujuan yang ada di dekat dapur, laju tungkai pemuda berpostur tinggi itu sudah terhenti di ruang tengah. Tidak hanya langkah yang terhenti, namun kedua pupil matanya juga melebar melihat Eunbin--sang adik--yang tengah menonton televisi di ruang tengah.

"Kenapa, Kak? Kok ngeliatin Eunbin sampe segitunya?" tanya Eunbin setelah sadar sedang dipandangi dari kejauhan.

"K-kok bajunya bisa lo pakai, Bin?" Hyunbin bertanya sembari melangkah mendekat.

"Huh? Baju?" Pandangan Eunbin beralih ke kaus berwarna putih bertuliskan khas Jepang yang sedang dipakainya. "Oh, ini. Kata Mama, kaus ini udah kekecilan buat Kakak terus dikasih ke Eunbin, deh."

"Huh? Yang bener, Ma?"

"Apa, sih? Apa, sih?" Yuri pun melongokkan kepala dari balik dinding yang membatasi antara ruang tengah dan dapur serta ruang makan.

"Ini, bajunya kok bisa dipake Eunbin?"

"Oh, yang itu tah. Kan udah kekecilan, Bin, buat kamu. Mama aja risih liatnya, masa' kamu enggak?"

Hyunbin mengerucutkan bibir ke depan. "Kok nggak bilang dulu, sih, kalo dikasih ke Eunbin?"

"Mama lupa, Bin. Maaf, ya."

Hyunbin mendengus sebelum melangkahkan kakinya kembali ke dalam kamar.

"Ntar Mama beliin yang baru, deh," ujar Yuri saat anak sulungnya sudah berjalan kembali ke kamar.

Brak!

Baik Yuri maupun Eunbin sama-sama terkejut setelah mendengar Hyunbin menutup pintu kamar dengan kasar.

Selepas menutup pintu dengan kasar, Hyunbin kemudian merebahkan diri ke atas ranjang. Dalam hati sempat menggerutu soal postur tubuhnya yang tumbuh begitu cepat, padahal baru kelas satu SMA.

Ngomong-ngomong, ia jadi teringat dengan gadis yang tidak sengaja didengarnya menggerutu soal postur tubuh. Tidak tahu duduk di kelas berapa apalagi namanya, tapi yang jelas masih satu sekolah.

Kalo gue sama dia tukeran badan bakal jadi kayak apa, ya?

To be continued

Halo haloo. Gimana dengan part pertamanya? Semoga suka ya 😄

157cm ; Luda x HyunbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang