Empat

619 132 13
                                    

"Kamu mau beli apa di toko buku?"

Pertanyaan tersebut keluar dari mulut Dawon saat tengah menyusuri trotoar dekat sekolah berdua bersama Luda.

"Nggak. Cuma nemeni kamu aja," jawab Luda yang berjalan di sisi kanan tanpa mengalihkan pandangan dari arah depan.

Sepulang sekolah, Dawon mengajak Luda pergi ke toko buku dekat sekolah untuk membeli buku diary. Awalnya berencana pergi sendirian. Namun setelah dipikir-pikir, ada baiknya jika ditemani seseorang.

Mereka menghabiskan perjalanan dalam kebisuan hingga tak terasa sudah tiba di tempat tujuan.

Setibanya di toko buku, Dawon langsung melangkahkan kakinya ke tempat ke penitipan tas baru kemudian ke bagian alat tulis. Karena tidak tahu harus ke mana setelah menitipkan tas, Luda ikut saja ke mana teman pertamanya itu melangkah.

"Ih, kiwoyo!" Luda langsung memekik begitu melihat bolpoin dengan bentuk lucu-lucu berwarna pastel sebelum mengambil salah satu darinya.

"Kayak kamu, Lud," ujar Dawon yang kini sibuk melihat-lihat buku diary tak jauh di sisi kanan.

"Ih, Dawon," protes Luda.

"Hehehe bercanda."

"Harganya berapa, ya?" Luda pun membolak-balikan bolpoin untuk mencari harga. Sayang, ternyata harga bolpoin itu melebihi uang saku hingga akhirnya dikembalikan.

"Lho, nggak liat-liat bolpoin lagi?" Dawon yang masih sibuk melihat-lihat buku diary refleks bertanya saat Luda berjalan mendekat.

"Nggak. Mahal banget," respons Luda yang kini berdiri tak jauh di belakang Dawon. Maklum saja, selama ini ia hanya membeli bolpoin murahan di warung tetangga. Itu pun sering macet meski tintanya masih banyak.

"Ya, emang segitu harganya di toko buku, Lud." Dawon mengembalikan buku yang tadi dilihat-lihat sebelum mengambil yang lain.

Sembari menunggu Dawon melihat-lihat, gadis bertubuh mungil itu iseng itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan terhenti pada rak bagian komik yang ada beberapa meter di depan sana.

"Won, gue ke bagian komik dulu, ya," pamitnya ke Dawon.

Lawan bicaranya hanya menggangguk pelan sebagai respons.

Setelah mendapat izin, Luda segera melangkahkan kakinya menuju tempat tersebut.

"My Sweet Kaichou ... My Sweet Kaichou ...."

Sembari bergumam demikian, manik hitam Luda terus menelusuri rak di hadapannya mencari komik yang diinginkan. Hingga akhirnya, manik hitam Luda terhenti pada suatu tempat di baris kedua dari atas.

Ada volume terbaru. Tapi kok, ya, tinggi banget.

Karena sangat tidak mungkin untuk mengambil sendirian, Luda pun mengedarkan pandangam ke sekeliling. Sayang, tidak ada satu pun pegawai toko di sekitarnya dan hanya seorang pemuda yang sedari tadi berdiri di ujung kanan sembari tertawa-tawa membaca komik.

Seragammnya, sih, sama. Tapi kalo nggak kenal, ya, nggak enak mau minta tolong.

Merasa sia-sia saja mencari bantuan, pandangannya pun dikembalikan ke rak.

Ya, udah nyoba ngambil sendiri aja.

Luda mulai berjinjit. Tangan kanannya lalu dijulurkan untuk menggapai komik yang sanyangnya belum berhasil.

Coba lagi.

Luda semakin berjinjit bahkan mulai melompat-lompat kecil.

Tap tap tap tap.

Saat itulah indera pendengarannya menangkap suara langkah yang mendekat.

"Kalo nggak bisa, ya, minta tolong."

Akhirnya gadis itu berhenti melompat-lompat kecil sebelum menurunkan kedua ujung tumit. Bisa dipastikan bahwa suara itu milik pemuda yang berdiri di ujung tadi.

"Mau yang volume berapa?"

"21."

Pemuda yang memang berpostur tinggi itu dengan mudahnya mengambil dalam satu gerakan.

"Makasih," ujar Luda sembari menerima komik.

"Hmm."

Luda melihat-lihat sampul komik itu sejenak sebelum mengucapkan terima kasih sekali lagi dan berlalu pergi.

"Wah, siapa tu cewek?" tanya Taedong yang tiba-tiba muncul dari belakang.

Hyunbin yang mendengarnya jelas terkejut, terlihat dari gestur tubuh. Kepala Taedong lalu ditoyornya.

"Udah nemu komik yang lo cari?"

Hyunbin meresponsnnya dengan menunjukkan komik yang sedari tadi dibawa di tangan kiri.

"Gue juga." Taedong membalas menunjukkan sekotak pensil warna titipan sang adik yang dibawanya.

"Yuk, ke kasir."

Taedong mengangguk lalu merangkul sang sahabat dan melangkah bersamaan.

Makasih.

Entah mengapa suara gadis tadi terngiang di kepala Hyunbin saat sudah melangkah.

To be continued

Ada yang kangeeen? 😆

Luda - Hyunbin udah ketemu lagi, tapi sama-sama nggak inget.

157cm ; Luda x HyunbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang