Tiga

706 138 16
                                    

Krauk krauk krauk.

Tidak hanya mengambil camilan dari bungkus secara kasar, tapi Luda juga sengaja mengunyahnya cepat-cepat. Maklum saja, ia masih kesal dengan omongan Bu Kahi tadi. Bagaimana tidak? Yang berbicara demikian itu guru, lho, bukan teman-temannya. Rasanya benar-benar seperti di dorong ke jurang dari belakang oleh orang yang disayangi.

Nggak selamanya punya badan mungil itu buruk. Lo-nya aja yang belum tau sisi baiknya.

Dengusan langsung keluar dari mulutnya saat kalimat yang pernah diucapkan pemuda itu kembali terngiang di kepala.

Mana ada sisi baiknya? Sok tau emang tu cowok.

Tuk.

Luda sudah mau mengambil camilan lagi kalau saja tidak ada seseorang yang tiba-tiba menaruh minuman kaleng hingga membuatnya mendongak.

"Buat kamu." Orang itu menyodorkan minuman kalengnya lebih dekat ke Luda.

Luda mengerjap saat tahu si ketua kelaslah yang duduk di hadapannya. Nam Dawon.

"Nggak mau, ya?" Ada nada kecewa di suara Dawon saat bertanya demikian.

"Ah, enggak." Minuman kaleng yang ternyata soda itu pun segera diambil. "Makasih, ya."

"Sama-sama."

Jujur saja, Luda memang sedang kehausan sekarang. Bukan sengaja tidak membeli minuman saat membeli camilan tadi, tapi di depan lemari pendingin tadi terlalu banyak anak laki-laki. Ia, kan, jadi malas. Mana tubuhnya tinggi-tinggi semua lagi.

"Maaf," ujar Dawon tiba-tiba tepat setelah Luda selesai menegak minumannya.

"Huh?"

"Tadi ... aku nggak sengaja denger obrolanmu sama Bu Kahi pas ngumpulin lembar jawab di depan."

Pupil mata Luda melebar dengan perlahan.

"Makanya aku beliin minuman itu buat kamu karena ngerasa bersalah."

"Ng-nggak apa-apa, kok. Itu, kan, cuma obrolan nggak penting." Luda kembali menegak minumannya.

"Tapi aku tetep ngerasa bersalah," ujar Dawon lagi.

"Nggak apa-apa, kok."

Hening sesaat.

"Kamu itu imut."

Kalau sedang minum, Luda pasti sudah tersedak mendengarnya. Sebagai gantinya, ia yang sudah menguyah lagi hanya memlotot.

"Kok kaget? Aku ngomong jujur, lho," ujar Dawon. "Nggak cuma imut tapi juga babyface."

Uhuk uhuk uhuk uhuk.

Kali ini Luda benar-benar tersedak makanan. Well, itu baru pertama kalinya ia dipuji imut oleh sesesorang.

"Eh, maaf maaf." Dawon buru-buru mendekatkan minuman Luda yang langsung diambil oleh pemiliknya.

Apa itu sisi baik dari bertubuh mungil?

💰💰💰

"Napa lo? Baru jam istirahat muka udah kucel banget kayak lap kompor."

Ucapan Kim Taedong langsung menyambut Hyunbin begitu keluar kelas.

Bukannya menjawab, Hyunbin justru melenggang pergi. Tentunya dengan langkah kaki yang dihentak-hentakkan di lantai.

"Woy! Tungguin!"

Tak berselang lama, sebuah rangkulan sudah mendarat di bahu Hyunbin yang kini melangkah menuju kantin. Sama sekali tidak protes karena itu memang sudah menjadi kebiasaan Taedong tiap kali berjalan.

Taedong itu sobat kental Hyunbin sejak SMP. Ia pun masuk ke SMA itu juga karena mengikuti Taedong. Sayangnya, mereka tidak ditakdirkan duduk di kelas yang sama lagi.

"Napa, sih, lo? Cerita, dong." Taedong mengeratkan rangkulannya.

"Sebel gue." Hyunbin akhirnya angkat bicara. "Tadi gue dilempar penghapus sama Bu Boa pas pelajaran."

"Emang lo ngapain kok bisa samape dilempar?"

"Tidur. Ngantuk banget tadi."

Taedong langsung menoyor kepala Hyunbin. "Iyalah, ogeb!"

"Bukan itu masalahnya."

"Terus?"

"Habis marahi gue tau nggak lo Bu Boa bilang apa?"

Taedong menggeleng pelan.

"Ekhem," Hyunbin berdehem sejenak sebelum menirukan suara sang guru, "Tau nggak? Badan kamu itu bongsor. Jadi, apa pun yang kamu lakuin keliatan jelas dari sini."

Sungguh di luar dugaan, pemuda yang berjalan di sisi kanannya itu justru tertawa sebagai respons.

"Yeee, malah diketawain." Giliran Hyunbin yang menoyor kepala Taedong.

"Aku bukan ngetawain omongan Bu Boa, tapi suara lo yang nggak ada mirip-miripnya." Taedong tertawa lagi.

Hyunbin langsung memasang wajah cemberut.

"Sabar aja. Kan lo sendiri yang bilang kalo tubuh bongsor itu juga ada sisi baiknya."

To be continued

Sabar ya buat yang nungguin Luda - Hyunbin ketemu lagi 😊

157cm ; Luda x HyunbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang