delapan : restu buat Ayah

3.5K 831 161
                                    

Ayah udah bisa keluar rumah sakit. Sekarang hanya ada gua sama Ayah di rumah. Sesekali Oma, Tante Sooyoung sama Om Sungjae mampir ke sini. Paling sering sih Tante Nayeon sama Yejin. Kadang jam setengah lima Tante Nayeon sama Yejin udah dateng. Kita berempat sarapan bareng. Bukan nasi goreng telor ceplok ala ayah. Sarapan gua lebih keren sekarang

"Kalian kapan daftar ulang?" Tanya Ayah.

Sebentar lagi memang daftar ulang masuk kampus. Kebetulan gua sama Yejin masuk kampus yang sama. Walau jurusan kita beda.

"Tanggal 8 Yah." Jawab Yejin. Sekarang dia permanen manggil Ayah.

"Yaudah barengan aja Nay. Sekalian jalan." Kata Ayah.

"Emang ga apa Jin?" Tanya Tante Nayeon.

"Ga apa kok." Jawab Gua.

Selama sering main ke rumah. Tante Nayeon ga pernah komentar foto Ibu dipajang dimana - mana. Gua sebenernya lagi menguji, apakah Tante Nayeon layak jadi istri Ayah. Kalau Tante protes pasti langsung gua ga restuin. Sampai saat ini Tante Nayeon biasa aja. Malah pernah bilang kalau gua ga ada mirip Ibu nya sedikit pun kecuali sifatnya.

"Weekend bukannya jadwal kalian ke pemakanan?" Tanya Tante Nayeon setelah kita makan bareng.

"Ayah baru sembuh Tan, biar aku sendiri aja." Jawab gua.

"Tante boleh ikut?" Tanya nya

"Boleh kok. Tapi siapa yang nemenin Ayah di rumah?" Tanya gua.

"Ayah ga serenta itu Jin." Jawab Ayah.

"Ada gua juga kali." Sahut Yejin.

Kali ini kaya tuker anak. Ayah sama Yejin, gua sama Tante Nayeon. Karena gua lancarnya bawa motor Tante Nayeon mau ga mau harus naik motor.

"Beneran ga apa Tan?"

"Naik motor doang udah biasa. Waktu SMA malah tante sering touring sama Ayah kamu tuh." Jawab Tante Nayeon.

"Ayah waktu mudanya kaya gimana?"

"Ayah kamu tuh flower boy. Pinter, baik, ketua OSIS, pokoknya cowok idaman deh Jin."

"Terus kenapa putus sama Ayah?"

"Dulu tuh, Ayah kamu posesif, tante nya anak aktif. Banyak berantem setelah Ayah kamu kuliah. Tante juga cemburuan. Yaudah akhirnya kita putus. Ga tau nya pas tante kuliah, nemu sahabat eh malah pacaran sama dia."

"Tante sebel ga sama Ibu pas tau pacaran sama Ayah?"

"Buat apa sebel. Toh dulu Tante putus karena keputusan bersama. Justru Ibu kamu keren bisa ngubah Ayah kamu yang kaku jadi lebih luwes." Jawab Tante Nayeon.

Gua puas dengan jawaban Tante Nayeon. Tapi gua perlu bukti sebelum restu gua keluar. Sampai di pemakaman, Tante Nayeon langsung duduk di deket pusara Ibu. Kita baca doa bareng.

"Tante duluan deh yang ngomong ke Ibu." Kata gua.

"Hallo Jisoo, sahabatku. Anak lo udah gede, ganteng. Kaya bapaknya. Inget ga pas kuliah lo cerita deket sama kakak tingkat, ternyata mantan gua. Gua ga merasa menyesal Jis, ngelepas mantan gua itu. Karena dia bisa jadi lebih baik sama lo, bahkan punya anak yang membanggakan. Anak lo masuk FK loh. Dulu lo pengen FK tapi nyasar di FE. Sayang lo harus pergi secepat itu. Jis, lo ga akan marah kan kalau gua kembali sama dia ? Gua ga bermaksud mengantikan lo. Mana bisa gua Jis. Itu kata - kata lo ke gua pas bilang lo jadian sama Jinyoung.  Sekarang gua balikin ya. Jis sampai kapan pun lo bagian hidup Jinyoung. Gua akan pernah menyentuh itu. Biarlah kita berjalan beriringan." Kata Tante Nayeon.

Gua langsung lemes dengernya. Tante Nayeon ternyata sayang Ibu juga. Dia juga paham pemikiran gua.

"Tante beneran sama ucapan barusan?" Tanya gua.

"Iya Jin, Jisoo itu salah satu temen terbaik tante."

"Tan, aku mau ngomong dulu sama Ibu."

Kali ini giliran gua yang duduk.

"Ibu, aku kesini sama Tante Nayeon. Ibu aku galau. Awalnya aku ga suka ada perempuan lain di hidup Ayah. Tapi setelah Ayah sakit kemarin. Aku sadar aku butuh sosok perempuan dewasa yang bisa urusin Ayah. Ternyata Ayah alay ya Bu. Ibu, aku sayang banget sama Ibu. Ibu selalu ada di jajaran nomor satu di hati aku. Ibu ga akan marah kan kalau aku manggil Tante Nayeon Bunda?"

"Jin kamu serius?" Tanya Tante Nayeon.

"Iya Bun aku manggilnya Bunda aja ya mulai sekarang." Jawab gua.

Tante Nayeon nangis. Gua jadi bingung. Soalnya nangisnya sesenggukan banget.

"Bunda kok nangis?" Tanya gua.

"Udah lama banget pengen anak cowok. Akhirnya..." jawabnya.

Gua merasa Tante Nayeon sama Ayah emang cocok. Sama - sama alay.

"Ibu, aku tahu kenapa harus restuin mereka. Karena sama alaynya. Semoga aku kuat ya bu." Batin gua.

"Ayo Bun pulang." Ajak gua.

"Iya anakku. Aaa seneng banget punya anak cowok." Katanya sambil narik tangan gua.

Sampe rumah, gua sama Bunda berniat sandiwara. Kata Bunda nanti Ayah kesenengan kalau tau gua udah ngasih restu. Disini juga gua baru tau, kalau Ayah sama Bunda lahir di tanggal yang sama. Baiklah gua harus memaklumi kealayan mereka.

"Kok lama Jin, Nayeon kenapa kok idungnya merah? Dia nangis?" Kata Ayah.

"Tanya aja sendiri." Jawab gua.

"Kamu kok jawabnya gitu. Kalian kenapa sih?" Tanya Ayah dengan nada meninggi.

"AYAH TANYA AJA SAMA BUNDA NYA."  Bentak gua balik.

Ayah diem.

"Yejin, Ayah ga salah denger?" Tanya Ayah.

"Lo manggil Bunda?" Tanya Yejin.

"Surprise" kata Bunda Nayeon.

"Aku udah restuin Bunda buat nikah sama Ayah." Kata gua.

Ayah langsung peluk gua.

"Tapi dengan satu syarat" ujar gua.

"Jangan pernah copot foto - foto ibu di rumah ini. Udah itu aja." Kata gua.

"Gampang itu mah." Kata Ayah.

"Termasuk yang di dalam kamar Ayah juga loh." Ujar gua.

Ayah terdiam.

Gua membatin memang semudah itu mendapat restu gua. Tentu saja tidak bung jinyoung.

(1) AYAH ! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang