03

758 67 7
                                    

Sohyun masih memikirkan barusan mimpinya yang sangat membuat dirinya trauma. Dia masih berada di balkon selama lebih dari 2 jam.

Kejadian buruk yang diingatnya, membuat mata Sohyun mulai berkaca-kaca. Air mata yang sudah ia tahan, kini menetes secara perlahan. Mulai dari perlahan-lahan hingga menangis deras, air mata pun bercucuran.

Mendengar suara tangisan dari luar, membuat Sejeong terbangun dari tidurnya. Dia segera menyalakan lampu dan menuju balkon, dan melihat Sohyun menangis sendirian dengan udara di kota Seoul yang begitu dingin.

Sejeong langsung memeluk Sohyun erat. Dia mengerti penderitaan yang dialami oleh sahabatnya. Penderitaan yang datang secara bertubi-tubi dan tidak bisa diduga.

Dia berusaha menenangkan hati dan pikiran Sohyun yang benar-benar sakit. Sohyun tak berdaya dan hanya bisa pasrah akan kehidupannya.

"Kalo kamu mau nangis, nangis aja! Gak usah ditahan. Aku ngerti penderitaan kamu. Tapi kalo kamu tegar dan kuat, pasti rasa sakit itu hilang secara perlahan meskipun bekas itu tetap ada." Kata Sejeong sambil menepuk bahu Sohyun secara perlahan.

Sohyun masih menangis, dia tidak bisa berkata-kata. Tapi hati kecilnya mengatakan bahwa, dia sangat bersyukur memiliki sahabat yang baik dan juga pengertian.

20 menit kemudian. ...

Sohyun dan Sejeong duduk di tepi kasur Sejeong. Jam masih menunjukkan pukul 5 pagi. Dan aktivitas manusia sebagian masih dalam terlelap.

"Aku mau mandi dulu." Ucap Sohyun.

"Iya. Akan aku siapkan seragam mu. Setelah itu, kita sarapan bareng." Sahut Sejeong.

Sohyun mengangguk setuju. Dia segera mengambil handuk dan perlengkapan mandi. Setelah selesai mandi, Sohyun segera berganti pakaian dan memasukkan buku seadanya.

Setelah siap, Sohyun dan Sejeong beserta kedua orangtua Sejeong juga sarapan. Awalnya Sohyun sedikit malu, tetapi dengan dorongan oleh orangtua Sejeong dan Sejeong sendiri membuat Sohyun menjadi berani.

******

Kini Sejeong dan Sohyun berjalan kaki untuk berangkat sekolah. Apartemen Sejeong memang strategis, dekat dengan sekolah Sekyung, rumah sakit Kimsoo, serta perusahaan besar lainnya.

Sesampainya di sekolah, Sohyun harus berada di kantor terlebih dahulu dan diantarkan oleh Sejeong dan Eunwoo yang juga baru datang ke sekolah.

Setelah mengurus semuanya, Sejeong dan Eunwoo meninggalkan Sohyun. Karena bel masuk akan segera berbunyi.

"Kring. .. Kring.... Kring..." Dentang bel sekolah berbunyi dan waktunya para siswa untuk menerima pelajaran di kelas masing-masing.

Sohyun harus mengikuti langkah wali kelasnya di belakang. Kepala tunduk dan rasa malu serta ketakutan bercampur aduk di dalam dirinya.

Sesampainya di depan kelas 3-2 disitulah mereka sampai. Berawal dari sang wali kelas untuk masuk terlebih dahulu, kemudian nanti wali kelas memanggil Sohyun untuk masuk ke kelas.

Kelas yang awalnya ramai seperti pasar raya, kini sepi senyap seperti suasana pemakaman. Dan pak guru pun angkat bicara.

"Annyeong! Ada kabar bahwa kelas kita kedatangan siswa baru. Jadi bapak harap, kalian bisa berbaur dengannya. Masuklah!" Ucap Lee Changmin seonsaengnim.

Pandangan semua siswa langsung tertuju ke pintu masuk. Termasuk Sejeong dan Eunwoo yang tersenyum senang.

Sohyun memasuki kelas dengan kepala tertunduk dan rambut yang terurai.

"Silahkan perkenalkan dirimu!" Ucap Lee saem.

Sohyun mengangguk paham dan segera memperkenalkan dirinya. "Annyeong! Namaku adalah Hong Sohyun, aku pindahan dari SMU Busan. Khamsahamnida." Ucap Sohyun.

Over Protective | Lee Taeyong [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang